Setelah menikah, saya tinggal bersama mertua. Ini itu harus ikut aturan keluarga mertua, suami seolah tidak bisa mandiri. Saya merasa lelah karena selalu jadi prioritas kedua.
Kalau saya bilang ingin tinggal terpisah, katanya saya jadi menantu tidak berbakti. Sekarang, sampai urusan mengasuh anak-anak pun mertua pun selalu ikut campur. Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana caranya mengkomunikasikan keinginan saya untuk mandiri pada suami saya?
IH, Semarang
Tim Ahli Menjawab:
Tinggal satu atap dengan mertua bisa jadi merupakan suatu kondisi yang tak bisa dihindari. Mungkin jika bisa memilih, keluarga muda yang baru menikah pasti ingin tinggal terpisah dari orangtua maupun mertua.
Tetapi jika tidak punya pilihan lain, tinggal serumah dengan mertua maupun orangtua harus dihadapi dengan segala konsekuensinya.
Ada beberapa hal yang bakal dihadapi ketika tinggal dengan mertua:
– Harus beradaptasi dengan situasi yang ada di rumah mertua, yang bisa jadi sangat berbeda dengan kebiasaan. Termasuk, aturan yang berlaku di rumah mertua
– Privasi menjadi berkurang, karena harus berbagi tempat dan waktu dengan mertua. Bahkan mertua bisa saja ikut campur jika ada masalah dengan pasangan kita.
Namun, tidak selamanya tinggal dengan mertua itu buruk. Tetap ada sisi positifnya jika kita bisa menyiasati kondisi yang ada menjadi suatu hal yang lebih baik. Beberapa hal positif yang bisa menjadi keuntungan tinggal serumah dengan mertua yakni:
– Selalu berpikir positif dan menjauhkan dari prasangka negatif. Anggap saja tinggal dengan mertua sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian ke kita dan bisa mendekatkan dengan mertua.
– Tidak ada salahnya bersikap mengalah, menurunkan ego dan mengembangkan komunikasi yang baik dengan mertua.
– Selama tinggal dengan mertua bisa memberikan waktu bagi pasangan suami istri untuk menabung dan bersikap lebih hemat. Paling tidak, bisa menghemat biaya sewa/kontrak rumah dan biaya rumah tangga lainnya
Yang paling penting adalah tetap menjaga komunikasi yang baik dengan suami maupun dengan mertua. Saling percaya, sikap terbuka dan saling memahami satu sama lain antar suami istri bisa menjadi kunci keberhasilan suatu hubungan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik, tutur kata yang sopan, nada yang lemah lembut dan pada situasi yang tepat bisa menjadi salah satu faktor yang membuat suatu hubungan menjadi lebih baik dan harmonis.
Komunikasi adalah kunci dari setiap masalah. Lakukan komunikasi dengan baik dan tepat. Tepat disini diartikan bisa pada moment yang tepat misalnya saat suami dalam keadaan santai rileks.
Bersiap Lepas dari Mertua
Mulailah dengan bercerita kepada pasangan tentang mimpi untuk membangun rumah tangga bersama. Perhatikan juga pendapat dari pasangan. Win win solution adalah tujuannya.
BACA JUGA:
- Tanya Dr Hasto: Berhubungan Seks saat Istri Hamil, Apakah Boleh?
- Tanya Tim Ahli: 3 Tahun Menikah Belum Punya Anak, Harus Bagaimana?
- Tanya Tim Ahli: Bagaimana Mengatur Tagihan Listrik?
Coba cari waktu yang tepat dimana suasana hati pasangan dalam kondisi senang dan nyaman, mengemukakan beberapa alasan kenapa kita harus mandiri (terpisah dengan ortu) dengan tidak menjelek-jelekkan atau menceritakan hal-hal buruk yang terjadi selama tinggal bersama mertua.
Selain itu bisa dicarikan pilihan alternatif bagaimana bisa tetap berbakti pada mertua meskipun tidak tinggal satu rumah.
Untuk masalah pengasuhan anak, kita harus bisa melakukan pendekatan secara halus tentang bagaimana pengasuhan anak. Misalnya mengajak mertua bareng-bareng nonton baik di tv, youtube atau membaca informasi tentang pengasuhan melalui berbagai media dengan tema membahas pengasuhan anak. Sehingga mertua punya pemahaman dan persepsi yang sama dalam mendidik anak.
Kamu punya pertanyaan seputar kesehatan reproduksi, edukasi seksual, perencaan keuangan keluarga, atau tips parenting, yuk tanyakan langsung ke tim ahli Siapnikah.org.
Caranya, klik kolom Tanya Jawab di bagian kanan atas, lalu tulis nama dan pertanyaanmu.
Tim ahli kami yang terdiri dari para pakar akan sigap menjawab pertanyaanmu.
Saya amat bingung di situasi seperti ini karna di sisi lain org tua saya tinggal sendiri dan sudah cukup tua untuk di tinggal kn karna aga sakit sakitan, di sisi lain mertua laki2 saya sama aga sakit dan sering cuci darah cmn beda nya mertua saya masih komplit inti nya masih suami istri dan anak2 nya berdekatan
cmn istri saya aga bingung untuk ninggalin nya karna merasa aga kasian takut nya tidak aya mengurus
mohon info yg lebih enak biar saya dan istri saya bida pindah rumah
dan saya sendiri ingin sekali menemani ibu sya yg saat ini sudah tua dan aga sakit sakitan
Saya tinggal serumah dengan orang tua saya pribadi selama 6 tahun lamanya..
Selama 6 tahun itu banyak sekali perselisihan antara saya dan orang tua saya dari hal kecil sampai yang besar..ingin sekali pindah rumah tapi posisi saya serba salah..jika saya ngontrak saya takut orang tua saya tersinggung karena posisinya orangtua saya yang ikut tinggal di rumah saya..dan jika saya tetap tinggal bersama orangtua saya perselisihan akan tetap terjadi begitu juga dengan suami saya..apa yang harus saya lakukan agar bisa pisah rumah dengan orang tua saya tanpa menyinggung perasaan mereka?
Assalamualaikum, saya baru menikah 30 januari kamrin, dapat 1 minggu saya di abwa ke rumah kaka pempuan suami yg di jakrta di karnakan ibu mrtua saya lagi di situ karna sakit, jadi mksd suami saya kita itung itung ngejenguk ibu, tapi lama udh dapt 1 minggu di jakrta ibu mrtua balik krmh dan saya di haruskan ikut sama suami sekalin katanya nemenin ibu, karna kita juga blm dapat kontrakan juga, saya dan suami proses dari kenal sampai nikah itu 4bln, 1 minggu tingal drmh kaka nya dan skrng tingail di rmh ibu nya dia kerja di jakrta pulang 1 minggu sekali, sbnernya di rmh mrtua juga ada anak prmpuan 1 tapi ngajar skolah dan ada 2 ponakan laki laki, aq dari sebelum menikah pengennya mandari meskilun harus ngontrak gitu, tapi keadaan ibu mrtua sakit dan alasan suami saya,sya harus nemenin bliau.
Saya tinggal bersebelahan dg mertua saya, mertua satu rumah dg adik ipar saya.
Yang tidak mengenakan jika mertua dan adik ipar sedang membicarakan saya, anak saya, cara saya mengasuh anak dll.
Saya pasti bisa mendengar itu karna memang cuma berjarak 2meter saja.
Mau bersabar seperti apa lagi saya , suami di ajak ngontrak gak mau.
Diajak pindah dirumah ortu saya yang kosong juga gak mau.
Saya sudah menikah selama 5 tahun dan rasanya semakin kesini saya mempunyai gejala depresi, tapi suami masa bodoh akan itu. Saya sering tiba2 menangis tanpa sebab, tiba2 bahagia.
Saya tertekan jika sudah mendengar perbincangan mmertua dg adik ipar yang suka menggosip, jadi bawaannya itu entah mereka gosip saya atau tidak, saya jadi jengkel was2.
Mertua selalu ikut campur bila kami sedang cek cok. Pasti yg disalahkan saya,
Sebelum nikah saya sudah meminta sama suami saya saya mau menikah tapi setelah itu kita pindah tidak tinggal di rumah orang tua atau mertua,saya ingin mandiri merasakan menjadi seorang istri yg ngurus suami dan anak. Sekarang saya tinggal dirumah orang tua saya yg selama 2th ini selalu di banding kan dengan adik saya yg jauh(ngotrak) saya ingin mengajak suami saya pindah karna hati seorang perempuan lebih sensitif jadi mudah marah,emosi dan sering ngebentak. Saya tidak mau jadi anak yg durhaka kepada ibu saya saya ingin pergi dari rumah tapi bagai mana cara saya berbicara dan mengajak kepada suami saya sedangkan dia tidak mengerti perasaan saya. Mohon solusi yg baik buat saya dan suami saya agar saya bisa menyampaikan ke inginan saya dan suami saya meng IYA kan karna menurut saya yg terbaik adalah mandiri.
Kak mau tanya dong gimana solusi keluar dari rumah mertua tpi. Ikut kos suami... Agar tidak terjadi gesekan saya kalo kmbli ksni past waktu hamil/punya anak bisa kembli kerumah mertua lagi
Karna saya pernah diomongi mertua saya.. Bhwa saya menantu tak dihrpkan/tak direstui ...tpi anknya tetap kekeh memilih aq