Setiap orangtua selalu menyarankan anaknya untuk mencapai kemapanan terlebih dahulu sebelum menikah. Mereka tidak ingin anaknya tergesa-gesa menikah jika belum mencapai standart kemapanan. Apakah standar kemapanan itu? Jawabannya bisa berbeda-beda.
Ada yang mengatakan mapan setelah memiliki rumah sendiri, mobil sendiri, tabungan yang cukup, dll, sehingga itu menjadi ukuran standar untuk memutuskan nikah atau tidak. Ada juga yang mengartikan mapan sebagai sikap bertanggung jawab, optimistis dan memiliki rencana yang baik membangun kehidupan berkeluarga.
Kemapanan itu relatif. Setiap orang memiliki target kemapanan yang berbeda. Namun, satu yang pasti, untuk mencapai target tersebut kamu harus bekerja dan memiliki sumber pendapatan pasti yang bisa menopang kehidupanmu.
Jika sudah merasa mapan dan ingin menikah, hendaknya bersikap terbuka mengenai keuangan dan berkomitmen menjaga keuangan rumah tangga dengan sikap saling percaya dengan calon pasangan. Termasuk menyepakati pengelolaan keuangan rumah tangga nantinya. Kesiapan menikah baik secara fisik, mental maupun finansial dapat dibicarakan/dikomunikasikan secara terbuka dan jujur antar calon pasangan. Dengan demikian diharapkan dapat menemukan solusi bersama.
Diskusi Finansial Sebelum Menikah
Dalam tatanan masyarakat Indonesia, bertanya tentang keuangan pasangan sebelum menikah masih dianggap tabu. Seringkali pasangan baru tahu titik kurang lebihnya pasangan secara finansial setelah menikah. Padahal, siap finansial mestinya menjadi salah satu dasar ukuran siap nikah.
Buktinya, banyak pasangan yang bercerai karena kegagalan finansial keluarga. Dikutip dari Hukum Online, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab paling dominan terjadinya kasus perceraian di Indonesia dari tahun ke tahun.
Data dari Pengadilan Agama tahun 2017, menyebutkan, ada 415.848 perkara perceraian yang masuk ke pengadilan agama. Dari angka itu, sebanyak 374.516 perkara sudah diputus. Nah, dari perkara perceraian yang sudah diputus itu, sebanyak 105.266 perkara dipicu oleh masalah ekonomi. Ini adalah penyebab perceraian nomor dua setelah perselisihan dan pertengkaran terus menerus.
Karena itu, tak ada salahnya mulai membicarakan isu finansial sebelum kamu memutuskan untuk menikah dengan Si Dia. Mencari pasangan yang siap finansial adalah sebuah kewajiban, dengan dasar siap finansial bukan berarti harus kaya. Namun memiliki pekerjaan yang menghasilkan pendapatan untuk menopang ekonomi keluarga.
Mulailah dengan mengetahui pendapatannya. Kamu bisa terbuka dengan pendapatanmu sendiri terlebih dahulu. Lalu susun rencana keuangan bersama di masa depan termasuk aset apa yang ingin kalian miliki berdua. Rencana terdekat yang bisa kalian susun, tentu saja rencana pernikahan.
BACA JUGA:
- Ini Risiko Beban Finansial Jika Jarak Kehamilan Terlalu Dekat
- Tanya Tim Ahli: Apa Saja Persiapan Finansial untuk Menikah?
- 5 Tanda Kamu Sudah Siap Finansial untuk Menikah
Jika Didesak untuk Segera Menikah
Meskipun sudah dipandang sudah mapan, tak sedikit yang memilih menunda menikah untuk mencapai target tertentu. Namun, setelah kamu bekerja dan memiliki calon pasangan, usia cukup, desakan menikah bisa datang dari calon pasangan juga orangtua dan keluarga. Menyikapi desakan keluarga untuk segera menikah, perlu dihadapi dengan pandangan terbuka. Sampaikan target pada diri sendiri dan pastikan ukuran kemapanan yang ada dalam pandangan adalah realistis.
Harta bukanlah segala-galanya yang akan menentukan kebahagiaan dalam rumah tangga, oleh karena itu penting menyamakan persepsi dengan calon pasangan terkait pandangan tentang kemapanan, dan jangan lupa kemapanan juga dapat diusahakan bersama.
Kemapanan bisa diraih saat proses pernikahanan, karena melalui proses yang dijalani bersama dengan pasangan maka saling melengkapi menjadi strategi menuju kemapanan. Pernikahan diputuskan karena sebuah keyakinan.
Jika memang harus menikah sebelum target kemapanan tercapai, rencanakan penundaan untuk memiliki momongan dan pasangan fokus bekerja atau merintis usaha yang mungkin dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan seiring dengan bertambahnya anggota keluarga.