Mencegah Ketergantungan Gadget pada Anak dengan Story Telling

Story Telling Bisa Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak

Table of Contents

Saat pandemi seperti ini, sekolah anak-anak dilakukan jarak jauh #DiRumahAja dengan menggunakan gadget. Sehingga anak cenderung kecanduan gadget jika tidak dikontrol. Selain untuk sekolah, anak biasanya menggunakan gadget untuk permainan sampai lupa waktu hingga kecanduan.

Kecanduan ini akan berdampak negatif karena kemana pun ia pergi tentu tidak bisa lepas dari gadget tersebut, bahkan makan pun bisa jadi akan dibawa. Selain itu, saking asiknya bermain gadget maka anak akan lupa untuk belajar, bergaul dengan teman, singkatnya menjadi asosial.

Asosial ini muncul karena anak sudah merasa cukup dengan gadget. Dia merasa betah sendirian dengan gadget karena asyik bermain game sendiri. Terlebih game saat ini sudah banyak yang dimainkan secara online dimana pemain satu bertemu dengan pemain lain, anak-anak merasa cukup berteman secara online.

Memang saat anak tenang bermain gadget, orangtua tak perlu stress dan dapat melakukan aktivitas lain dengan tenang pula. Tapi, kecanduan gadget selain berdampak pada psikologis juga akan berdampak pada kesehatan fisik anak. Mata lelah, risiko kegemukan karena kurang gerak, bahkan gangguan jantung bisa muncul karena kurangnya aktifitas anak.

Disadari atau tidak, kesibukan orangtua menjadi salah satu faktor anak kecanduan gadget, orangtua awalnya merasa senang karena anaknya tenang bermain gadget. Mereka tidak perlu mendampingi putra putrinya bermain.

BACA JUGA:

Samanta Ananta M.Psi; Psikolog (Child and Family Psychologist) menjelaskan pentingnya story telling di masa pandemi. “Selain sebagai cara meningkatkan bonding dengan anak, story telling juga mampu membuat keterampilan sosial anak berkembang dengan optimal. Dan juga ada 3 hal yang dapat kita terapkan dalam situasi pendemik seperti ini, yaitu: pentingnya meluangkan waktu dengan si Kecil, parenting saat pandemi harus dikelola supaya ibu bahagia anak juga bahagia, dan bagaimana cara mengajari si Kecil dalam menghadapi situasi pandemi,” jelasnya.

Memang tidak mudah untuk membuat anak lepas dari gadget di masa pandemi ini. Minimnya kegiatan di luar rumah membuat anak merasa bosan. “Kalau anak sudah kecanduan sampai tantrum kalau HP diminta, lakukan terapi dengan menghapus aplikasi yang membuatnya kecanduan. Dampingi anak bermain dan berikan permainan lain untuk mengalihkan perhatiannya,” saran Samanta.

Orangtua harus bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya. Kesampingkan handphone, laptop, dan gadget Anda ketika bersama anak. Mereka adalah peniru yang ulung. Jika orangtua tidak bisa lepas dari gadget, mereka punya alasan untuk kecanduan gadget.

Berkebun di rumah, mencuci kendaraan, jika dilakukan bersama dengan anak sambil bercerita dan menanyakan keadaan mereka. Usaha mengatasi kecanduan gadget pada anak terasa menyenangkan jika orangtua ikut aktif mendampingi aktivitas anak.

Karena itu mulai pikirkan aktivitas yang bisa dilakukan anak ketika kamu menintanya untuk tidak bermain gadget.  Terdorong oleh keinginan untuk menggerakkan aktivitas offline di keluarga, LOTTE Choco Pie Storytime, Together. Sebuah Online Fan Gathering 2020 tentang pentingnya mendongeng untuk melatih imajinasi dan kreativitas anak dalam mempererat hubungan antara ibu dan anak, terutama di situasi pandemik seperti sekarang ini.

Acara yang digelar 17 Oktober 2020 ini diikuti oleh 35 pasang ibu dan anak terpilih. Mereka mendapat pengalaman untuk bercerita bersama Ariyo Zidni (Mas Aio) secara interaktif, dimana anak – anak bisa ikut bernyanyi dan berinteraksi menggunakan hasil karya mewarnai karakter Mama Marsha dan Mallow.

Ingen Ate Malem Meliala, selaku Marketing Manager Lotte Indonesia menjelaskan acara ini digelar untuk mewujudkan premium bonding moment di saat pandemik seperti ini. “Kami berkomitmen dengan memberikan inspirasi dan berbagi wawasan mengenai peranan orang tua khususnya di situasi seperti ini. Kegiatan story telling diharapkan dapat bermanfaat bagi para ibu yang selalu mendukung pertumbuhan dan kreatifitas anak dengan kegiatan yang positif dan edukatif,” jelasnya.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Scroll to Top