Beberapa pasangan suami istri harus menjalani hubungna jarak jauh atau LDR (Long Distance Relationship). Kepentingan bekerja, belajar, dan mendampingi orangtua adalah sebagaian alasan LDR suami istri. Ketika LDR tak bisa dihindari, maka sebagai orangtua, orangtua harus membuat kesepakaran khusus supaya anak bisa menerima keadaan tersebut.
Anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis penting bagi anak agar merasa nyaman dan bisa percaya pada orang lain. Cara menjaga keharmonisan rumah tangga yang mengalami LDR adalah menempatkan trust (kepercayaan) pada pasangan. Tanpa trust tentu akan menjadi sulit.
Berikutnya adalah dengan selalu mengingat komitmen yang ada dalam hubungan, hal ini menjadi fondasi bagi masing-masing pasangan untuk sadar/mengingat bahwa ada tujuan bersama dalam pernikahan yang ingin dicapai. Terakhir, adalah menjaga keintiman dan gairah dengan cara melakukan pillow talk sebelum tidur di mana didalamnya setiap pasangan saling memberikan pujian, menyampaikan rasa cinta yang dimiliki dengan ucapan lembut pada saat momen pillow talk selain update aktivitas keseharian masing-masing pasangan atau update tumbuh kembang anak dan aktivitas sekolah mereka misalnya.
Ketika hubungan ayah dan bundanya baik, anak bisa merasa tenang meskipun tidak selalu melihat orangtuanya bersama. Beri pemahaman dengan baik agar anak mengerti jika ayah atau bundanya berada jauh dan tidak selalu berada di rumah.
“Pemahaman disampiakan dengan memperhatikan usia tumbuh kembang anak. Jika penalaran anak masih belum berkembang luas, orangtua disarankan menggunakan contoh konkrit dalam memberikan penjelasan mengenai keberadaan ayah yang harus bekerja di negara lain. Misalnya dengan cara mendongeng bertemakan pekerjaan yang harus dilakukan ayah,” ujar Debora Basaria, M.Psi., Psikolog – IPPI, Tim Ahli Siapnikah.org.
Berikan pemahaman pada anak bahwa ayah atau bundanya bekerja adalah merupakan juga tanda sayang pada anak misalnya untuk bisa membiayai sekolah, untuk bisa membelikan mainan misalnya. “Sebutkan sesuatu yang konkret yang related dengan kehidupan anak bisa disampaikan sebagai alasan ayah atau bundanya bekerja tujuannya agar anak paham,” tambah Debora.
BACA JUGA:
- Tanya Tim Ahli: Pacar Kasar, Haruskah Membatalkan Rencana Menikah?
- LDM dengan Pasangan, Ini Risiko dan Benefitnya
- Tanya Tim Ahli: Pasangan LDR Dituntut Segera Menikah, Harus Bagaimana?
Untuk menjaga komunikasi, penting juga mengagendakan rutin waktu komunikasi ayah dengan anak-anak agar ayah atau bunda bisa berkomunikasi langsung dengan anak-anak. Tidak harus menunggu hal-hal istimewa terjadi, komunikasi yang rutin membuat anak merasa perlu menceritakan hal-hal sederhana yang terjadi dalam hidupnya sehari-hari. Dengan begitu, anak tak pernah merasa kurang perhatian dari orangtua.
Jarangnya komunikasi akan membuat anak tidak tahu apa yang harus diceritakan pada ayah bundanya ketika berkomunikasi. Jika dibiarkan, ini akan membuat hubungan orangtua dan anak semakin renggang.
“Kuncinya adalah komunikasi yang rutin, keterbukaan atas hal-hal yang terjadi di dalam rumah tangga, keterbukaan atas perasaan yang dirasakan satu sama lain selama momen LDR, dan terakhir selalu aktif mencari solusi atas permasalahan yang dialami serta menjaga spiritualitas yang baik dalam diri masing-masing,” pungkas Debora.