ACEH – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemnepora RI), menggelar kegiatan Siap Nikah Goes to Campus di Universitas Teuku Umar (UTU), Meuleboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, pada Kamis (15/8/2024).
Kegiatan bertema “Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus” ini, dihadiri sekitar 235 peserta dari UTU. Kolaborasi dan sinergi lintas sektor dari Kemenpora RI, BKKBN serta dengan Perguruan Tinggi adalah menyinergikan program dan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja dan pemuda tentang penyiapan kehidupan berkeluarga serta peningkatan kapasitas keluarga muda berdaya.
Baca Juga: Siap Nikah Goes to Campus
Dalam kegiatan tersebut, hadir Asisten Deputi Kepemimpinan Pemuda Kemenpora RI, Andi Susanto, S.STP., M.Sc, yang memberikan sambutan. Andi menjelaskan bahwa program kolaboratif antara BKKBN dan Kemenpora RI ini dilaksanakan berdasarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pelayanan Kepemudaan seperti yang tertuang dalam Perpres 43 Tahun 2022. Perpres 43 Tahun 2022 mendorong adanya koordinasi strategis lintas stakeholder penyelenggaraan pelayanan kepemudaan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan kepemudaan. Kegiatan ini juga merupakan salah satu wujud koordinasi lintas sektor kolaborasi dan sinergi antar kementerian dan lembaga, dalam hal ini tentang kepemimpinan keluarga yang berencana dan berdaya. Seperti diketahui Kemenpora memiliki program Keluarga Muda Berdaya. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas kepemimpinan pemuda. Sementara BKKBN mengedukasi remaja dan pemuda untuk mempersiapkan diri memasuki dunia pernikahan melalui program Siap Nikah. Kegiatan Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus, merupakan kali kedua sinergi program Kemenpora dan BKKBN digelar pada tahun ini. Sebelumnya kegiatan ini di Juli lalu dilaksanakan di Universitas Negeri Semarang (UNNES) Jawa Tengah.
Pada kesempatan tersebut, hadir Rektor UTU, Prof. Dr. Ishak, M.Si, yang memberikan sambutan sekaligus membuka acara mengatakan, kegiatan bersama Kemenpora RI dan BKKBN ini untuk mempersiapkan diri berkeluarga, siap nikah dan merencanakan masa depan. Selanjutnya ia mengatakan, UTU akan memastikan mahasiswanya mendapatkan pendidikan yang bermutu, memiliki attitude dan karakter yang mulia. Ia juga berpesan kepada mahasiswa sebagai generasi muda Aceh, agar tidak menjadi penonton, tetapi harus mengambil peran dalam pembangunan dengan ilmu pengetahuan, melalui hard skill maupun soft skill yang didapati saat di bangku kuliah.
Kegiatan Siap Nikah Goes to Campus ini didahului dengan pemeriksaan Hemoglobin (Hb) untuk peserta perempuan. Kekurangan Hb bisa menandakan anemia atau kondisi tubuh yang mengalami kekurangan jumlah sel darah merah. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl. Kegiatan pemeriksaan ini penting dilakukan agar peserta mengingat bahwa pentingnya pemeriksaan Hb untuk kesehatan dan apalagi untuk persiapan ketika mereka akan menikah dan untuk melahirkan generasi berkualitas.
Siap Nikah Goes to Campus ini dihadiri para Narasumber dari UNDP, Randa Sandhita dengan materinya “Perencanaan Keuangan dalam Rumah Tangga”, dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UTU, Dr. T. Alamsyah. SKM, MPH dengan materinya “Psikologi Keluarga”, kemudian dari Asisten Deputi Pemberdayaan Pemuda KemenkoPMK, Ricky Radius Siregar dengan materi “Pencegahan Perilaku Beresiko pada Pemuda: Penguatan Kebijakan Kesehatan Reproduksi Pemuda”, dan dari Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Dr. Edi Setiawan, S.Si., M.Sc., MSE dengan materi “Siap Nikah”.
Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI, Dr. Edi Setiawan, SSi, MSc, MSE, saat memberi materi berjudul “Siap Nikah”, memaparkan, bahwa mengapa keluarga perlu dipersiapkan. Karena 12-15 % perkawinan berakhir dengan perceraian. Ironisnya, sebanyak 80% perceraian terjadi pada perkawinan dibawah lima tahun. Dikstakan juga perempuan yang tidak tercukupi gizinya dan hamil di usia anak berpotensi melahirkan anak stunting. Untuk itu, perlu mempersiapkan berkeluarga, dengan membangun pondasi ketahanan keluarga. Jelasnya, kemampuan keluarga dalam mengatasi permasalahan, hambatan dan gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar yang dapat mengakibatkan konflik dan perpecahan dalam keluarga. Edi menyebutkan, ada 10 dimensi kehidupan berkeluarga bagi remaja. Paparnya, yaitu kesiapan usia, fisik, finansial, mental, emosi, moral, sosial, interpersonal, keterampilan hidup, dan kesiapan intelektual. Ketika menikah adalah apa yang baik untuk diri kita, juga ada tanggungjawab luar biasa salah satunya adalah mendidik anak dan bagaimana memberikan lingkungan, relasi yang sehat dan sejahtera bagi keluarga. Ada 8 (delapan) fungsi keluarga supaya tidak ada misalnya KDRT kemudian Fatherless, dan juga konflik berkepanjangan. Disampaikan juga bahwa menikah dianjurkan perempuan berusia 21 tahun. Jika menikah dibawah usia 21 tahun, ada resiko kesehatan reproduksi bagi perempuan yang belum siap organ reproduksinya sehingga ada potensi resiko terkena kanker serviks dan pendarahan saat melahirkan sehingga ada resiko kematian ibu dan bayi kemudian juga resiko pada ibu dalam hal kekurangan kalsium sehingga bisa terjadi mudah patah tulang atau bungkuk badan. Jadi bukan hanya soal cinta, bukan hanya soal fisik namun ada banyak hal yang perlu disiapkan, ungkap Edi.
Selanjutnya Edi mengatakan, BKKBN mempunyai website dan media sosial yang berisi edukasi, konsultasi, dan cek kesiapan nikah. “yuk follow di siapnikah_official dan buka website siapnikah.org,” ajaknya kepada peserta yang hadir di Aula Universitas Teuku Umar, Meulaboh. Dalam kesempatan ini, Edi juga mengajak peserta yang telah mengisi cek kesiapan menikah untuk menceritakan hasilnya dan pengalaman mereka saat mengisi cek kesiapan tersebut.
Baca Juga: Cek Kesiapan Menikah
“Ayo kita peduli, mempersiapkan pernikahan dengan baik sebab pernikahan adalah ikatan yang suci dan berharga antara dua individu yang saling mencintai dan berjanji saling mendukung dan juga meneruskan terwujudnya keluarga. Menikah adalah bukan hanya soal tanggung jawab terhadap orang tua namun pastinya adalah bagaimana menentukan apa yang baik untuk diri kita, tutup Edi.
(Rilis/Retno Dewanti)