Sebagian besar orang mengindentikkan program Keluarga Berencana (KB) dengan kontrasepsi. Dampaknya, perencanaan keluarga baru dilakukan setelah memiliki anak pertama. Karena tujuan kontrasepsi yang diketahui secara umum adalah mencegah kehamilan dan menjaga jarak kehamilan.
Padahal gagasan utama yang ditawarkan dalam program Keluarga Berencana adalah perencanaan keluarga, yaitu perencanaan dalam membangun dan menjalankan seluruh tahapan kehidupan berkeluarga. Oleh karena itu, faktor terpenting yang menentukan keberhasilan implementasi keluarga berencana adalah kemampuan keluarga dan anggota keluarga dalam merencanakan kehidupan di semua tahapannya: mulai dari kesehatan reproduksi remaja, merencanakan berkeluarga, merencanakan kehamilan dan jaraknya, merencanakan pola asuh anak, dan merencanakan kehidupan hari tua.
Jadi, kesadaran untuk merencanakan masa depan keluarga sudah harus diketahui dan dilakukan sejak remaja. Remaja yang sadar untuk berencana akan menjaga pergaulannya dan menghindari perilaku berisiko. Membicarakan keluarga berencana pada remaja bukan hal yang tabu.
Jadi tak ada salahnya jika remaja bertanya dan diberikan jawaban yang benar, yakni tentang bagaimana merencanakan terwujudnya keluarga berkualitas. Salah satu tema yang masuk di dalamnya adalah kesehatan reproduksi.
Hal ini mesti diketahui oleh remaja yang masuk masa pubertas, laki-laki maupun perempuan. Sebab, sel sperma dan sel telur sudah terbentuk saat masuk fase pubertas. Karena itu, remaja harus paham pentingnya kesehatan reproduksi demi masa depannya kelak. Misalnya, dengan menjaga kesehatan, berolahraga, konsumsi nutrisi bergizi, serta tidak melakukan hal yang berisiko mengganggu kesehatan seperti minum alkohol, merokok, ataupun narkoba.
“Kalau seseorang sudah menjaga kualitas sperma dan sel telur yang baik dan sehat sejak muda, nantinya anak-anaknya memiliki masa depan yang sehat pula,” ujar dr. Dyana Safitri, Sp.OG (K), Anggota POGI, Pengasuh Rubrik Tanya Jawab KB, Reproduksi, dan Kesehatan Seksual Siapnikah.org.
Masa pra konsepsi saat remaja bukan berarti menganjurkan remaja untuk hamil, tetapi mempersiapkan kesadaran remaja untuk menjaga kesehatan karena tubuhnya siap bereproduksi. Bertanggungjawab untuk fungsi reproduksi harus dimulai sejak remaja.
“Kalau tanggungjawab dan sadar pentingnya perencanaan kehamilan, remaja akan menghindari pergaulan bebas. Karena sadar seks sebelum nikah memiliki banyak risiko, salah satunya kehamilan. Satu-satunya cara untuk menghindari kehamilan yang efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual,” terangnya.
BACA JUGA:
- Tips Memilih Alat Kontrasepsi untuk KB yang Tepat
- Mempersiapkan 5 Fase Kehidupan Remaja Sebelum Menikah
- Berani Lakukan Seks Pra Nikah? Bersiaplah Menerima Risiko Ini
Mengingat salah satu fungsi keluarga adalah memberikan anak kesempatan hidup dalam keluarga yang lengkap fungsinya, maka perencanaan kehamilan adalah kewajiban suami istri. Perencanaan kehamilan bisa dimulai dengan memahami kehamilan berisiko tinggi.
“Ada kehamilan risiko tinggi, yaitu terlalu muda dengan usia kurang dari 20 tahun, terlalu tua usia di atas 35 tahun untuk kehamilan pertama, terlalu sering yang jarak kehamilannya kurang 2 tahun, terlalu banyak lebih dari tiga anak, itu banyak,” papar Dyana.
Oleh karena itu, faktor terpenting yang menentukan keberhasilan implementasi Keluarga Berencana adalah kemampuan keluarga dan anggota keluarga dalam merencanakan kehidupan di semua tahapannya: mulai dari kesehatan reproduksi remaja, merencanakan berkeluarga, merencanakan kehamilan dan jaraknya, merencanakan pola asuh anak, dan merencanakan kehidupan hari tua.
Pendidikan keluarga menjadi faktor penting tercapainya tujuan keluarga berencana (KB). Kesehatan reproduksi yang baik merupakan sebab dan akibat dari upaya perencanaan hidup yang baik. Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan.