Manfaat Dukungan Sosial Untuk Kesehatan Mental Remaja

seorang remaja yang sedang diberikan dukungan sosial

Table of Contents

Erica Setyawati – PPKS Satyagatra Universitas YARSI

Masa remaja adalah tahap perkembangan yang kritis, ditandai oleh perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Menurut statistik global, satu dari enam orang berusia antara 10 dan 19 tahun. Periode ini sangat berpengaruh, dengan berbagai faktor seperti kemiskinan, pelecehan, dan kekerasan yang berpotensi membuat remaja rentan terhadap masalah kesehatan mental. Melindungi remaja dari kesulitan-kesulitan ini, mempromosikan pembelajaran sosial-emosional dan kesejahteraan psikologis, serta memastikan akses ke perawatan kesehatan mental sangat penting untuk kesehatan mereka secara keseluruhan dan kesejahteraan mereka di masa depan.

Baca Juga: 7 Langkah Menjaga Kesehatan Mental Anak

Secara global, diperkirakan bahwa 1 dari 7 (14%) remaja berusia 10–19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental, namun sebagian besar tetap tidak dikenali dan tidak diobati. Remaja dengan kondisi kesehatan mental sangat rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma (yang memengaruhi kesiapan untuk mencari bantuan), kesulitan pendidikan, perilaku berisiko, kesehatan fisik yang buruk, dan pelanggaran hak asasi manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi beberapa gangguan kesehatan mental yang signifikan bagi remaja. Gangguan-gangguan seperti kecemasan, depresi, ADHD/ Gangguan memusatkan perhatian, dan conduct disorder dikenal dapat mengganggu fungsi sosial, emosional, dan pendidikan mereka secara serius. Kecemasan dan depresi, yang dapat menyebabkan isolasi sosial dan perubahan mood yang drastis, menjadi masalah yang umum terjadi di kalangan remaja. Masa remaja adalah periode penting untuk mengembangkan kebiasaan sosial dan emosional yang penting untuk kesejahteraan mental. Kebiasaan ini termasuk mengadopsi pola tidur yang sehat, berolahraga secara teratur, mengembangkan keterampilan koping, pemecahan masalah, dan keterampilan interpersonal, serta belajar mengelola emosi. Lingkungan yang protektif dan mendukung dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat luas sangat penting.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan mental. Semakin banyak faktor risiko yang dihadapi remaja, semakin besar potensi dampak negatif terhadap kesehatan mental mereka. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres selama masa remaja termasuk paparan terhadap kesulitan, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan eksplorasi identitas. Pengaruh media dan norma gender dapat memperburuk kesenjangan antara realitas hidup remaja dan persepsi atau aspirasi mereka untuk masa depan. Faktor penting lainnya termasuk kualitas kehidupan di rumah dan hubungan dengan teman sebaya. Kekerasan (terutama kekerasan seksual dan bullying), pengasuhan yang keras, dan masalah sosioekonomi yang parah adalah risiko yang diakui untuk kesehatan mental (WHO, 2022). Beberapa remaja memiliki risiko lebih besar terhadap kondisi kesehatan mental karena kondisi hidup mereka, stigma, diskriminasi atau pengucilan, atau kurangnya akses ke dukungan dan layanan berkualitas. Ini termasuk remaja yang hidup dalam situasi kemanusiaan dan rapuh; remaja dengan penyakit kronis, gangguan spektrum autisme, disabilitas intelektual atau kondisi neurologis lainnya; remaja hamil, orang tua remaja, atau mereka yang dalam pernikahan dini atau paksa; anak yatim piatu; dan remaja dari latar belakang etnis atau seksual minoritas atau kelompok yang didiskriminasi lainnya (WHO, 2022).

Gangguan emosional (Emotional Disorders) adalah salah satunya yang umum terjadi di kalangan remaja. Gangguan kecemasan (yang mungkin melibatkan panik atau kekhawatiran berlebihan) adalah yang paling umum dalam kelompok usia ini dan lebih sering terjadi pada remaja yang lebih tua dibandingkan dengan remaja yang lebih muda. Diperkirakan bahwa 3,6% remaja berusia 10–14 tahun dan 4,6% remaja berusia 15–19 tahun mengalami gangguan kecemasan. Depresi diperkirakan terjadi pada 1,1% remaja berusia 10–14 tahun, dan 2,8% remaja berusia 15–19 tahun. Depresi dan kecemasan berbagi beberapa gejala yang sama, termasuk perubahan suasana hati yang cepat dan tidak terduga (WHO, 2022). Gangguan kecemasan dan depresi dapat sangat mempengaruhi kehadiran di sekolah dan pekerjaan sekolah. Penarikan sosial dapat memperburuk isolasi dan kesepian. Depresi dapat menyebabkan bunuh diri (WHO, 2022).

Selain hal emosional, gangguan perilaku (Behaviour Disorders) juga lebih umum terjadi di kalangan remaja yang lebih muda dibandingkan dengan remaja yang lebih tua. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yang ditandai oleh kesulitan memperhatikan, aktivitas berlebihan, dan bertindak tanpa memperhatikan konsekuensi, terjadi pada 3,1% remaja berusia 10–14 tahun dan 2,4% remaja berusia 15–19 tahun. Conduct disorder (yang melibatkan gejala perilaku destruktif atau menantang) terjadi pada 3,6% remaja berusia 10–14 tahun dan 2,4% remaja berusia 15–19 tahun. Gangguan perilaku dapat mempengaruhi pendidikan remaja dan conduct disorder dapat mengakibatkan perilaku kriminal (WHO, 2022). Selain itu, gangguan makan (Eating Disorders), seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, sering muncul selama masa remaja dan dewasa muda. Gangguan makan melibatkan perilaku makan yang tidak normal dan ketertarikan yang berlebihan pada makanan, disertai dalam sebagian besar kasus oleh kekhawatiran tentang berat badan dan bentuk tubuh. Anoreksia nervosa dapat menyebabkan kematian dini, sering kali karena komplikasi medis atau bunuh diri, dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada gangguan mental lainnya (WHO, 2022).

Data dari WHO(2022) menyatakan bahwa bunuh diri adalah penyebab kematian keempat pada remaja yang lebih tua (15–19 tahun). Faktor risiko untuk bunuh diri sangat kompleks, termasuk penggunaan alkohol yang berbahaya, pelecehan di masa kanak-kanak, stigma terhadap pencarian bantuan, hambatan untuk mengakses perawatan, dan akses ke sarana bunuh diri. Media digital, seperti media lainnya, dapat memainkan peran signifikan dalam meningkatkan atau melemahkan upaya pencegahan bunuh diri (WHO, 2022).

Menurut Lahey (2007, dalam Jurnal Psikologi 2010), dukungan sosial adalah suatu peran yang dimainkan oleh seseorang dan peran tersebut bisa dalam bentuk memberikan nasihat, bantuan, menceritakan masalah-masalah yang dialaminya. Bahkan ketika hal ini diberikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, mereka tetap akan mengerti walaupun pemahaman mereka sangat lamban dan menggunakan cara-cara tertentu untuk membuat mereka mengerti terhadap ucapan kita. Dukungan sosial mengacu pada peran pentingnya hubungan interpersonal dan lingkungan yang mendukung dalam mempengaruhi kesehatan mental remaja. Dukungan sosial dapat membantu remaja dalam mengatasi dan melindungi diri dari berbagai faktor risiko seperti kemiskinan, pelecehan, atau kekerasan yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental.

Baca Juga: Kesejahteraan Subjektif Pada Calon Pengantin Usia Remaja

Dukungan sosial seperti interaksi yang positif dengan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosial lainnya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan psikologis remaja. Hal ini termasuk memberikan rasa dukungan, kepercayaan diri, dan pengakuan atas pencapaian mereka. Demmaray, dkk (2005) dalam jurnal Psychology in the schools menyatakan bahwa dukungan sosial dapat membantu dalam mengurangi stigma terhadap masalah kesehatan mental yang menghalangi remaja untuk mencari bantuan dan dukungan yang diperlukan. Dalam situasi krisis atau saat menghadapi tantangan emosional, dukungan sosial dapat memberikan sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara yang lebih efektif. Lingkungan sosial yang mendukung adalah faktor yang penting dikarekanakan dapat menginspirasi perilaku-perilaku positif seperti pembelajaran sosial-emosional, kebiasaan tidur yang sehat, dan cara-cara lain untuk mengelola emosi dan stres. Dukungan sosial tidak hanya berasal dari individu-individu terdekat seperti keluarga dan teman sebaya, tetapi juga dari struktur sosial yang lebih luas seperti sekolah dan komunitas. Memahami dan memperkuat sumber-sumber dukungan sosial ini adalah kunci dalam mempromosikan kesehatan mental remaja secara holistik dan berkelanjutan.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
20
+1
7
+1
4
+1
0
Scroll to Top