Abdullah Daffa – PPKS Satyagatra Universitas YARSI
Self Diagnose merupakan kondisi dimana individu mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit fisik maupun mental berdasarkan sumber yang belum tentu akurat, seperti teman, internet, keluarga, dan juga dari pengalaman pribadi (Annury dkk., 2022). White dan Horvitz mendefinisikan self diagnose sebagai upaya memutuskan dan beranggapan bahwa diri kita mengidap suatu penyakit berdasarkan informasi yang kita ketahui, diangnosis yang dilakukan juga tidak berdasarkan dari pernyataan orang profesional seperti dokter, psikolog, dsb. Fenomena Self diagnose cukup sering terjadi pada remaja masa kini, hal ini salah satunya disebabkan oleh mulai munculnya kepedulian remaja terhadap kesehatan mental dan fisik. Kepedulian yang muncul mendorong para remaja untuk mengecek kondisi kesehatan mental mereka dari situs-situs online yang belum tentu hasilnya bersifat akurat. Kemudian, inilah yang menjadi cikal bakal muncul self diagnose (Annury dkk., 2022).
Baca Juga: BKKBN Dorong Peran Remaja untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga di Masa Depan
Self Diagnose juga tentunya memiliki dampak buruk, individu yang melakukan self diagnose dan ternyata diagnosis yang individu tersebut lakukan salah, maka akan mengarah kepada penanganan yang tidak tepat. Penanganan yang tidak tepat dapat berupa salah dalam meminum obat dan mengukur dosis serta salah dalam melakukan perawatan lainnya. Contoh: ada individu yang merasa dadanya sesak dan sakit, lalu ia mendiagnosis dirinya sendiri mengalami bronkitis. Padahal gejala yang ia rasakan tidak merujuk pada hanya pada satu jenis penyakit saja, anggap saja ternyata ia mengalami pnemonia dan tidak mengetahui hal tersebut dan penanganan yang dilakukan tidak tepat, alhasil pnemonia yang ia derita semakin parah. Diagnosis dan penanganan yang salah dapat memperburuk penyakit dan dapat berujung menambah penyakit lainnya (komplikasi).
Menurut Persada (2021) self diagnose juga beresiko membuat individu mengalami cemas berlebih dan inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab individu mengalami gangguan kesehatan mental. Contoh: terdapat individu yang merasakan sakit kepala yang berlebihan, lalu ia mencari tahu di internet terkait gejala yang dirasakan. Kemudian, dari informasi yang didapat menunjukkan bahwa gejala yang ia rasakan merupakan gejala dari penyakit yang mematikan, lantas ia mulai menyakini bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut, dari situlah mulai muncul kecemasan dan ketakutan yang dapat berujung kepada depresi. Kemudian, jika individu sudah mengalami gangguan kesehatan mental maka ia rentan untuk meningkatkan perilaku berbahaya pada seperti self-harm (menyakiti diri sendiri) hingga percobaan bunuh diri. Self-Harm sendiri dapat berupa menyayat tangan sendiri dengan menggunakan benda tajam, memukul kepala serta anggota tubuh lain ke tembok, dan kegiatan menyakiti diri sendiri lainnya. Berikut adalah beberapa cara mencegah self diagnose:
- Hindari mencari informasi hanya melalui internet
Media sosial serta situs online lainnya belum tentu menampilkan informasi yang akurat, alangkah baiknya kita dapat cerdas dalam memilah konten yang kita lihat di media sosial. - Jangan jadikan tokoh ataupun individu lain yang mengalami penyakit sebagai rujukan
Saat melihat pengalaman orang lain mungkin kita dapat melihat gejala penyakit yang sama seperti yang kita rasakan, kondisi ini yang dapat mengarahkan kita untuk menyimpulkan bahwa kita memiliki penyakit yang sama. Memiliki kesamaan bukan berarti mengalami penyakit yang sama, perlu diketahui bahwa penyakit fisik maupun mental merupakan sesuatu yang kompleks dan tidak dapat disamakan. - Segera periksa ke ahlinya, apabila merasa mengalami gangguan kesehatan fisik atau mental
Konsultasi ke dokter, psikolog, maupun psikiater merupakan langkah awal yang tepat jika kita merasakan adanya gejala gangguan fisik dan mental, tidak perlu takut dijudge oleh orang lain. Kesehatan kita lebih penting!!!
Referesi
Maskanah, 2022. Fenomena self-diagnosis di era pandemi covid-19 dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Journal of Psychological Students
Annury dkk., 2022. Dampak self diagnose pada kondisi mental health mahasiswa Universitas Negeri Surabaya.
Allianz Indonesia, 2022. Bahaya kesehatan mental, 5 tips hindari self diagnosis
Pra nikah