Oleh: Isma Majid
Sadar atau tidak, kalau kita membahas soal Keluarga Berencana (KB) selaku identik dengan alat kontrasepsi (kondom, suntik, pil, implant, iud, dll). Tujuan penggunaan alat kontrasepsi supaya orang gak bisa hamil lagi, gak bisa punya anak lagi, bisa bikin mandul. Padahal biacara tentang KB itu maknanya luas banget. Mari kita rapatkan barisan untuk mencari tahu secara mendalam, akurat dan berimbang!
Secara harfiah, Keluarga Berencana sendiri terdiri dari dua suku kata Keluarga dan Berencana artinya ada keluarga ada perencanaan. So, kapan seh kita memulai perencanaan? Dan apa sih yang harus direncanakan?
Baiklah, mari kita bahas dari waktu ideal untuk membuat perencanaan. Berencana itu baiknya dimulai saat kita remaja (Kaum Millenial dan Zillenial). Sayangnya, sebagaian besar dari kita baru mempelajari tentang KB ketika masuk usia dewasa dan akan menikah. Baiknya berencana itu dilakukan sebelum kita menikah.
Baca Juga:
- Yakin Sudah Siap Hamil? Cek Dulu Kesiapan Finansialmu
- Ingin Menikah? Yuk Cek Kesiapanmu
- Belajar dari Kisah Cinta Habibie-Ainun
Membuat Perencanaan
Kenyataannya Millenial dan Zillenial adalah generasi yang hanya mau menerima sesuatu jika hal itu relevan dengan hidup mereka, so gak perlu merencanakan sesuatu berat-berat. Mulailah membuat perencanaan dari hal-hal sepele hingga perkara yang penting dan menentukan hidup kita tapi tidak bersifat memerintah atau memaksa kehendak ketika kamu sedang dekat dengan seseorang. Pertanyaan-pertanyaan terencana ini juga bisa jadi alat tes ukur kesiapan pasanganmu untuk membina rumahtangga kelak lho. Pertanyaannya seperti apa?
Misalnya…. ‘Mau nonton apa akhir pekan ini?’, ‘Mau jalan-jalan berapa kali dan kemana tahun ini?’, ‘Mau nabung yang bagaimana agar bisa jalan-jalan?, ’Mau sekolah di mana dan belajar apa?’, ‘Mau kerja dimana dan bidang apa?’, ‘Mau nikah di usia berapa?’, ‘Mau punya anak berapa?’, ‘Jarak setiap anak berapa tahun?, ‘Anak mau diasuh dengan pola yang seperti apa?’, ‘Anak mau dikasih pendidikan seperti apa?, dan seterusnya.
Ketika remaja sudah mulai membuat rencana untuk masa depan, dia akan lolos dari jebakan pertanyaan ‘kapan nikah?’ dengan mudah. Karena sudah tahu alasan dan rencana untuk pernikahannya sendiri. Sedangkan untuk dewasa yang tidak memiliki rencana sebelumnya, seringkali gagap jika sering dihadapkan dengan pertanyaan satiris ‘Kapan Nikah?’. Bawaannya tersinggung, baper, sampai marah. Lalu asal aja mencari pasangan supaya tidak ditanya-tanya lagi.
Padahal pernikahan itu bukan lomba lho, bukan siapa yang duluan terus menang. It’s deeper than that. Karena sejatinya pernikahan bukan tentang We got a groovy kind of love, tapi ada aspek yang harus direncakan dengan baik. Pernikahan itu tentang hubungan manusia, idealisme yang dibangun, sembah dan sangka diri yang mutlak di pertanggungjawabkan secara vertikal pada Tuhan.
Remaja yang sadar pentingnya perencanaan, biasanya bisa punya banyak teman cewek/cowok tapi gak baper. Kok bisa? Karena banyak berteman berarti banyak kandidat yang bisa diseleksi untuk masa depan. TJadi gak perlu bawa-bawa perasaan dalam hubungan pertemanan, santai-santai aja. Tapi kalau dalam perjalanan pertemanan kamu merasa suka sama suka, berasa nyaman atau sudah satu frekuensi, baru menjajaki hubungan lebih dekat tapi tetap bertanggungjawab.
Jadi, bisa dijelaskan secara sederhana bahwa alat kontrasepsi itu hadir sebagai salah satu cara untuk membantumu menyukseskan perencanaan masa depan. Misalnya kamu pengen jarak anak pertama sama anak kedua atau anak kedua ke anak ke tiga dan seterusnya adalah minimal 2 s/d 3 tahun maka salah satu alternatifnya adalah dengan memakai alat kontrasepsi (sesuai pilihan) kamu tentunya. Dan kamu harus mencari pasangan yang juga sadar pentingnya perencanaan, jadi dalam rumahtangga bisa seiring seirama.
Pentingnya Menjaga Jarak Kehamilan
Jadi, yang harus kamu ingat adalah pakai alat kontrasepsi itu untuk mengatur jarak kehamilan bukan untuk buat kita gak boleh hamil lagi. Gimana kalo setelah pakai beberapa tahun trus pengen hamil lagi? Gak papa guys, tinggal datang ke fasilitas kesehatan, lepaskan, lalu program hamil lagi.
Idealnya, jarak kehamilan minimal adalah 2 tahun. Kenapa sih jarak kehamilan harus minimal 2 tahun? Bukankah itu menentang pepatah lama yang menyebut banyak anak banyak rejeki? Agama juga menyebut banyak anak berarti banyak yang bisa mendoakan orangtua? Ini penjelasannya.
Dari segi kesehatan, kondisi rahim ibu pasca melahirkan anak pertama membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk pulih dan siap untuk hamil lagi, menjaga jarak kelahiran berarti memberikan waktu istirahat untuk mengembalikan otot-otot tubuh seperti semula, memulihkan organ kewanitaan setelah melahirkan, menyiapkan kondisi psikologis ibu yang mengalami trauma pasca melahirkan karena rasa sakit saat melahirkan atau saat dijahit. Ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat wanita siap lagi untuk hamil dan melahirkan.
Dari segi agama exactly setiap agama itu sayang banget sama umatnya, bahkan anjuran menyusui (ASI) anak pun jelas diperintahkan. “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna…..” { Qs. Al-Baqarah: 233 }
Dengan menjaga jarak kelahiran seorang ibu punya kesempatan untuk menyusui anaknya secara ekslusif sampai dengan dua tahun dan punya waktu untuk memberikan perhatian dan nutrisi pada anak di masa golden age-nya. Jadi mengetahui informasi tentang perencanaan keluarga itu nggak harus nunggu kamu mau nikah. Karena KB bukan Cuma alat kontrasepsi aja, tapi mengajak kita supaya bisa membuat rencana yang keren untuk masa depan lebih cemerlang.
Mau tahu informasi lebih lanjut tentang KB? Atau tentang anjuran menunda hamil di masa pandemic Corona? Yuk cari tahu di siapnikah.org lebih lanjut. Bagikan informasi ini jika bermanfaat untukmu dan kamu merasa temanmu juga perlu tahu.