Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa perlu pre-konsepsi sebelum menikah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pre-konsepsi dimaksudkan agar kejadian yang tidak diinginkan seperti janin tumbuh lambat dalam kandungan ataupun anak lahir dalam keadaan stunting tidak terjadi. Terutama stunting yang mempengaruhi kemampuan intelektual dan kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.
“Dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, perlu menggunakan pre-konsepsi sebelum menikah, ketimbang mengutamakan pergelaran ‘pre-wedding’ yang megah, agar kesehatan para calon ibu dapat ditingkatkan. Perlu meningkatkan kualitas SDM, salah satunya melalui pencegahan stunting. Karena itu mahasiswa perlu literasi secara menyeluruh terkait pencegahan stunting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.
Remaja saat ini menjadi tumpuan masa depan Indonesia. Karena itu perlu pendampingan yang tepat.
“Menyiapkan Indonesia Emas tahun 2045 lebih berat. Untuk itu Hasto menekankan para remaja, utamanya mahasiswa yang duduk di bangku universitas, merupakan harapan bangsa untuk melahirkan anak-anak yang sehat dan bebas dari kekerdilan (stunting) di masa depan.
“Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang lebih matang dalam mewujudkan generasi yang sehat. Apalagi pemerintah telah menargetkan angka prevalensi stunting Indonesia turun menjadi 14 persen pada tahun 2024, setelah pada 2021 menyentuh 24,4 persen,” katanya.
BACA JUGA: BKKBN Dorong Peran Remaja untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga di Masa Depan
Hasto juga mengecam pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Semua pernikahan harus dilakukan sesuai dengan batasan usia ideal menikah yakni 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
“Pernikahan dini memperbesar potensi bayi lahir dalam keadaan diameter kepala kurang dari 9,7 sentimeter. Sedangkan pendarahan pada ibu yang hamil di bawah usia 16 tahun mungkin terjadi karena diameter panggul belum mencapai 10 sentimeter,” katanya.
Di sisi lain, perempuan yang menikah di usia muda dapat terkena kanker mulut rahim dan mengakibatkan risiko kematian baik bagi ibu maupun bayi.
Oleh karena itu, Hasto menyarankan bagi laki-laki untuk mengurangi kebiasaan merokok sejak 75 hari sebelum menikah dan memperbanyak konsumsi makanan sehat yang dapat meningkatkan kualitas sperma. Bagi perempuan, disarankan untuk mengukur lingkar lengan atas dan Hb.