Kita tak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa, kenyaman menjadi kunci utama tak peduli status atau jabatan. Ada kalanya seorang lajang menikah dengan duda atau janda. Pernikahan pertama berbanding dengan pernikahan kedua.
Berbeda dengan pernikahan sesama lajang, pernikahan dengan duda atau janda perlu penyesuaian beberapa hal agar tidak menjadi ganjalan dalam rumah tangga baru. Karena itu, sebelum akhirnya benar-benar memutuskan menikah dengan pasangan duda atau janda ketahuilah beberapa hal yang harus diperhatikan berikut ini.
Menghadapi pernikahan kedua tentunya lebih berat dan membutuhkan pemikiran/pertimbangan yang benar-benar matang. Dari berbagai aspek hendaknya perlu dipikirkan dan disiapkan mental untuk menghadapi segala konsekuensinya. Pastikan pasangan sudah move on dari mantan, idealnya pasangan sudah berpisah dari pasangannya 2-3 tahun sebelumnya.
Waktu ini memberi kesempatan duda ataua janda melupakan rasa duka atau sakit akibat pernikahan sebelumnya. Jeda waktu juga memberi kesempatan disi untuk mengenali mengenal calon pasangan lebih dekat, mencakup bagaimana emosinya, bagaimana kesiapannya menerima anak hasil pernikahan pertama anda dan lainnya. Jangan ragu untuk mendiskusikan dengan orangtua. Tanyakan pendapat orangtua tentang calon pasangan. Diskusi dengan orangtua dapat membantu memutuskan baik buruknya.
BACA JUGA:
- Jangan Sampai Resespi Pernikahan Berubah Jadi Duka, Ikuti Protokol Resepsi di Masa New Normal
- 5 Tips Perencanaan Keuangan untuk Pasangan yang Baru Menikah
- Resmi Menikah, Haruskah Segera Punya Anak?
Dekati Anak dari Calon Pasangan
Apabila pasangan memiliki anak, proses menunggu ini bisa membantu mental anak menjadi lebih stabil sehingga bisa menerima datangnya sosok baru. Mau tidak mau ketika menikah dengan duda atau janda yang memiliki anak harus siap untuk menempati posisi sebagai ibu. Persiapkan mental juga persiapkan juga mental anak.
Dekati dan ambil hati anak, beritahu tentang rencana pernikahan kedua orangtuanya, izinkan anak menyampaikan keinginan dan pendapatnya. Memaksakan pernikahan ketika anak belum memberi restu akan membuat pernikahan tidak tenang karena beresiko konflik. Karena itu bersabarlah dengan anak calon pasangan sebelum memutuskan untuk menikah.
Cobalah untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan calon pasangan tentang pola asuh anak. Apakah anak akan ikut dalam keluarga baru atau ikut keluarga mantan, kewajiban anak apa saja yang harus dipenuhi setiap bulannya.
Harus saling jujur dan terbuka dengan calon pasangan baru agar tidak muncul masalah di kemudian hari. Diskusikan dengan calon pasangan tentang pernikahan yang bagaimana yang akan dijalankan, termasuk pengasuhan anak dan kewajiban lainnya. Tetap jalankan kewajiban terhadap anak-anak dari pernikahan sebelumnya.
Jaga Hubungan dengan Mantan
Ketika calon pasangan memiliki anak, mau tak mau kamu harus berhubungan dengan mantan pasangan. Menjaga hubungan baik dengan mantan istri/suami ataupun mantan istri/suami dari pasangan adalah sebuah keharusan. Karena bagaimanapun anak akan mebutuhkan ayah ibu kandungnya, kamu tak bisa menggantikan posisinya. Hargai keberadaan mereka tapi tak perlu ikut campur bila ada permasalahan yang menyangkut mantan suami/istri pasangan baru.
Sama-sama berkomitmen dan berusaha memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan/kegagalan pada pernikahan sebelumnya. Hubungan baik dengan mantan ini juga diperlukan agar tidak terjadi masalah terkait saling memeror atau berebut hak asuh anak.
Jika perlu hubungi juga keluarga mantan. Mintalah dikenalkan oleh calon pasangan kepada keluarga mantan. Ini untuk mencegah terjadinya masalah terkait hubungan anak dengan keluarga mantan. Jangan sampai masalah dari pernikahan sebelumnya menjadi permasalah di pernikahan yang baru.
Tak selamanya menikah dengan duda atau janda itu berkonotasi negatif, pengalaman dari pernikahan sebelumnya yang gagal bisa menjadi pembelajaran untuk masa depan. Dengan komunikasi yang baik, niat yang baik, dan cara yang baik, pernikahan dengan duda atau janda tidak akan jadi masalah.
Good artical