Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku, lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang wanita. Tujuan prakonsepsi adalah untuk mengurangi risiko ini kehamilan yang tak diinginkan melalui pendidikan seksual, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan.
Intervensi prakonsepsi bisa dimulai sejak anak masuk masa remaja supaya tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Karena itu, orangtua punya peran penting dalam memberikan pendidikan seksual kepada anak.
Dikutip dari sahabatkeluarga.com, Reckitt – Benckiser (RB) Indonesia pernah mengadakan survei online yang melibatkan JAKPAT (Jajak Pendapat) di lima kota besar yakni Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya dan Yogyakarta dengan mengambil total 1.500 responden, mencakup berbagai macam status sosial, berjenis kelamin seimbang antara pria dan wanita.
Respondennya dibedakan menjadi tiga kategori yakni remaja hingga dewasa pada usia 16 hingga 25 tahun, orangtua pada usia 30 hingga 50 tahun dan pasangan yang baru menikah pada usia 20 hingga 30 tahun.
Dari survei ini ditemukan, 84 persen kelompok remaja mengakui mengalami masa pubertas pertama kali di usia 12 hingga 17 tahun, namun pendidikan seksual baru diperkenalkan pada usia 14 hingga 18 tahun.
Sayangnya, topik mengenai pendidikan seks dan kesehatan reproduksi ini kebanyakan tidak dibicarakan remaja bersama dengan orangtua, karena persentase terbesar menunjukkan remaja lebih senang berbicara mengenai topik tersebut dengan teman sebayanya.
Sebanyak 33 persen dari remaja ini pun mengaku mereka mendapatkan sumber yang kredibel dari praktisi kesehatan atau dokter dibandingkan dengan orangtuanya sendiri.
Sebanyak 61 persen di antaranya mengakui mereka takut dihakimi oleh orangtua jika bertanya tentang hal yang berhubungan dengan topik yang dianggap sensitif tersebut.
Pemahaman soal reproduksi kesehatan seksual untuk anak remaja merupakan hal penting yang perlu diberikan orangtua. Hal ini bisa membantu mencegah remaja dari seks bebas, penyakit menular, dan kejahatan seksual. Peran orangtua dalam memberikan pendidikan seks justru paling penting agar remaja memperoleh informasi yang benar dan sehat.
Pendidikan Seksual Berdasarkan Usia
Lembaga internasional UNICEF, WHO dan UNAIDS telah memiliki panduan pendidikan seksual komprehensif bagi orangtua dan guru di sekolah. Ketiga lembaga tersebut membagi pendidikan seksual anak berdasarkan usia.
Anak usia 12-15 tahun Pada masa ini, mungkin anak Anda sudah mengalami masa pubertas. Mereka mulai mengerti artinya cinta, kerja sama, persamaan gender dan kepedulian pada keluarga dan teman.
Hal yang perlu dijelaskan pada anak usia ini adalah:
1.Jelaskan bahwa pertemanan yang terlalu dekat antara pria dan wanita bisa berakhir dengan hubungan seksual. Hubungan seksual yang terlalu dini berisiko pada kesehatan reproduksi karena hamil di usia muda dan berdampak negatif pada psikologis anak. Misalnya, jika hamil saat masa sekolah, anak-anak cenderung malu meneruskan sekolah.
2.Pelecehan dan kekerasan dalam pertemanan bisa terjadi karena perbedaan gender dan labelisasi. Setiap orang bertanggung jawab melawan kekerasan, bias, dan intoleransi dalam hubungan pertemanan.
3.Pernikahan akan bahagia jika berdasarkan cinta, toleransi, menghargai, dan tanggung jawab. Pernikahan di bawah 20 tahun rentan mendapat pandangan negatif dan berisiko untuk kesehatan.
Orangtua bisa menjelaskan lebih detail soal anatomi tubuh dan organ reproduksi manusia. Hindari mengganti kata-kata yang dianggap tabu. Tetap gunakan kata vagina dan penis untuk menjelaskan alat vital manusia.
Bagian ini juga bagian inti dalam pendidikan seksual untuk anak. Jelaskan juga secara ringkas proses pembuahan yang bisa menyebabkan seseorang hamil. Terangkan tentang risiko kesehatan akibat hubungan seksual yang tidak sehat, misalnya karena terlalu dini.
Jelaskan juga, bahwa berganti-ganti pasangan bisa sebabkan penyakit kanker bahkan HIV/AIDS yang mematikan. Juga bisa menambahkan penjelasan sesuai peraturan agama dan kepercayaan yang dianut mengenai hal ini.
BACA JUGA:
- Sebelum Melakukan Hubungan Seksual, Ketahuilah 3 Nilai Dasar Fungsi Reproduksi Ini
- Ayah Bunda, Anak Laki-Laki Juga Perlu Dapat Pendidikan Seksual
- Persiapkan Kehamilan Sehat dengan Belajar Prakonsepsi Sejak Remaja
Anak usia 15-18 tahun ke atas berikan penegasan tentang beberapa hal berikut ini.
1.Anak mulai mengerti aturan dan hukum terkait pelecehan dan kekerasan seksual. Perlu anak-anak diberi informasi bahwa ada aturan hukum bagi orang yang melakukan pelecehan, dan setiap orang harus bertanggung jawab atas pelecehan atau kekerasan yang dilakukan. Ingatkan juga bahwa pelaku kejahatan seksual tidak mengenal usia, jenis kelamin, dan orientasi seksual. Banyak organisasi dan institusi yang bisa membantu pendampingan bagi korban kekerasan seksual.
2.Anak remaja di usia ini sudah mulai harus diberi penjelasan, pernikahan bisa jadi hal yang sangat berharga dan penuh tantangan. Anak harus mengerti tanggung jawabnya terhadap sikap yang diambil dan keputusannya terkait pernikahan. Orangtua bisa menyarankan anak untuk menunda menikah dan berhubungan seksual minimal hingga usia 20 tahun. Tanamkan juga bahwa siapapun harus menolak kekerasan dalam hubungan pernikahan.