Sebelum Melakukan Hubungan Seksual, Ketahuilah 3 Nilai Dasar Fungsi Reproduksi Ini

Hubungan Seksual di malam pertama (Foto oleh Sasint di Pexels)

Table of Contents

Pendidikan seksual sedini mungkin pada anak merupakan upaya memberikan anak informasi yang benar mengenai pendidikan seks. Orangtua mesti ingat bahwa sudah seharusnya orangtua yang mengajarkan pendidikan seks pada anak, bukannya orang lain. Sebab, masalah hubungan seksual sangat krusial dan sensitif untuk pengenalan nilai dasar fungsi reproduksi.

Peran orangtua amat penting agar anak mendapatkan pendidikan seksual yang pas. Pendidikan seks yang sesuai takarannya sangat penting untuk menghindari gangguan psikologis. Mengajarkan pendidikan seks pada anak disesuaikan dengan tahapan perkembangannya.

Orangtua sebaiknya bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan seks pada anak. Mulai dari bagaimana tubuh bekerja, jenis kelamin, ekspresi seksual, dan nilai-nilai lainnya. Karena anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi termasuk tentang seks dan kesehatan reproduksi. Tiga nilai dasar dalam fungsi reproduksi yang harus dipahami remaja sebelum menikah dan melakukan hubungan seksual pertema kali adalah:

  1. Tanggung Jawab

Nilai tanggung jawab berkaitan dengan pemenuhan hak dan kewajiban suami istri dalam dimensi seksualitas, yaitu prokreasi (memperoleh keturunan), rekreasi (saling menyenangkan pasangan), relasi (mempererat hubungan suami istri), dan mempererat institusi perkawinan.

Oleh karena itu faktor terpenting yang menentukan keberhasilan implementasi keluarga berencana adalah kemampuan keluarga dan anggota keluarga dalam merencanakan kehidupan di semua tahapannya: mulai dari kesehatan reproduksi remaja, merencanakan berkeluarga, merencanakan kehamilan dan jaraknya, merencanakan pola asuh anak, dan merencanakan kehidupan hari tua.

Kesadaran untuk merencanakan masa depan keluarga sudah harus diketahui dan dilakukan sejak remaja. Remaja yang sadar untuk berencana akan menjaga pergaulannya dan menghindari perilaku berisiko. Membicarakan keluarga berencana pada remaja bukan hal yang tabu.

Jadi tak ada salahnya jika remaja bertanya dan diberikan jawaban yang benar.  Karena pra konsepsi atau proses perencanaan kehamilan mestinya dilakukan saat  remaja. Bahkan dari masa pubertas. Bukan cuma untuk perempuan tetapi laki-laki juga. Karena sel sprema dan sel telur sudah ada setelah pubertas.

“Kalau kita optimalkan remaja memiliki kualitas sperma dan sel telu yang baik dan sehat, nantinya anak-anaknya memiliki masa depan yang sehat pula,” ujar Dr. Dyana Safitri, Sp.OG (K), Anggota POGI, Pengasuh Rubrik Tanya Jawab KB, Reproduksi, dan Kesehatan Seksual  Siapnikah.org.

Masa pra konsepsi saat remaja bukan berarti menganjurkan remaja untuk hamil, tetapi mempersiapkan kesadaran remaja untuk menjaga kesehatan karena tubuhnya siap bereproduksi. Bertanggungjawab untuk fungsi reproduksi harus dimulai sejak remaja.

“Kalau tanggungjawab dan sadar pentingnya perencanaan kehamilan, remaja akan menghindari pergaulan bebas. Karena sadar seks sebelum nikah memiliki banyak risiko, salah satunya kehamilan. Satu-satunya cara untuk menghindari kehamilan yang efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual,” terangnya.

2. Sehat

Sehat dalam reproduksi dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi, dan sistem reproduksi serta rohani/emosional. Orang yang sehat dalam fungsi reproduksi dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya.

Selain itu, kesehatan fisik harus dipersiapkan sejak remaja. Jangan sampai remaja kekurangan gizi dan mempengaruhi kehamilannya kelak setelah menikah. Banyak kasus pada remaja perempuan melakukan diet ketat untuk mencapai definisi cantik tanpa memperhatikan kebutuhan gizi remaja.

Diet ketat pada saat remaja sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan menurunkan potensi tinggi badan optimal sesuai genetik. Pada masa remaja, kebutuhan zat gizi lebih tinggi dibandingkan dari tahap kehidupan lainnya. Pada masa remaja terjadi growth spurt, yaitu periode peningkatan laju pertumbuhan.

Pada masa ini zat gizi yang lebih tinggi harus diberikan untuk memenuhi pencapaian potensi pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Apabila salah satu komponen zat gizi tak terpenuhi pada periode ini, diantaranya dapat mengakibatkan lambatnya proses pubertas, yakni gangguan proses kematangan seksual berupa tanda-tanda seks sekunder dan kemampuan reproduksi, hambatan pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan lain sebagainya.

3. Teguh

Keteguhan dalam fungsi reproduksi adalah kemampuan seseorang mampu menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah. Aktivitas seks pra nikah termasuk dalam salah satu perilaku berisiko. Penyebabnya bisa karena anak kurang pengetahuan seksual sehingga tidak melihat risikonya. Juga paparan rangsangan dari luar yang tak bisa dikontrol oleh anak.

Dampak hubungan pra nikah itu adalah kehamilan yang tak direncanakan. Ketika sudah hamil, orangtua mau tak mau menikahkan meskipun masih anak-anak. Karena itu hubungan seksual sebelum nikah masuk dalam kategori tindakan sangat berisiko bagi remaja.

BACA JUGA:

Remaja Rentan Melakukan Seks Pranikah

Perilaku seksual remaja, terutama perilaku seks pranikah, masih mendominasi perdebatan dari sisi moral, psikologis, dan fisik.  Remaja pria lebih banyak menginisiasi atau memulai hubungan seksual pra nikah.

“Ini terkait relasi gender, laki-laki lebih powerfull sementara perempuan powerless. Pria ingin menunjukkan maskulinitasnya, ingin menguji kesetiaan dengan melakukan hubungan seksual pranikah. Sementara perempuan merasa terancam ketika dipertanyakan kesetiaannya, sehingga terpaksa mau diajak melakukan hubungan pranikah,” ujar Widyaiswara Ahli UTama BKKBN, Dr Wendy Hartanto, MA beberapa waktu lalu.

Selain itu secara sosial, dalam pergaulan sering terjadi ketidakadilan sudut pandang terhadap perilaku seks pra nikah pada anak laki-laki dan perempuan. Ketika remaja perempuan melakukan seks pranikah akan dihukum atau dicela hingga dikucilkan. Sedangkan remaja pria jika melakukan hubungan seks pranikah dianggap dapat menambah popularitas atau dikagumi.

Karena itu, perlu sekali memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak baik laki-laki maupun perempuan, bukan cuma fokus pada anak perempuan saja untuk menghindari kehamilan yang tak diinginkan. Tekankan sekali lagi, pendidikan seks bukan mengajari anak untuk melakukan hubungan seksual, tapi melindungi diri dari perilaku berisiko.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
1
+1
0
+1
0
Scroll to Top