Ulos merupakan selendang tenunan Batak yang biasa dipakai dalam upacara adat, mulai dari pernikahan, kematian, kelahiran, sampai memasuki rumah. Motif dan makna ulos pun semakin berkembang. Pada prosesi adat pernikahan, motif dan warna ulos yang dipakai maupun yang diberikan kepada pengantin berbeda.
Jika dilihat dari awal peruntukannya, ulos berfungsi seperti selimut yang memberikan kehangatan. Hal ini lantaran suku Batak terlahir di area pegunungan dengan udara yang relatif dingin. Namun, di kemudian hari ulos menjadi benda wajib ada di setiap ulaon atau acara adat orang Batak. Ulos menjadi identitas dari setiap acara adat yang digelar di hampir setiap siklus kehidupan.
Ulos yang dipakai ketika melakukan acara adat kelahiran akan berbeda dengan yang dipakai ketika melakukan adat kematian. Tidak hanya berbeda warna tapi juga berbeda motif. Begitu juga pada prosesi adat pernikahan. Karena dalam setiap siklus hidup orang Batak ditandai dengan acara adat maka kehadiran ulos menjadi simbol atas doa serta harapan kepada orang yang mendapatkan ulos atau diulosi.
Cara mangulosi pun unik yaitu dengan melebarkan kain ulos lalu mengalungkan pada pundak orang yang mendapatkan ulos. Sekilas fungsi ulos sebagai kain yang memberikan kehangatan tersirat pada prosesi pemberiannya.
Namun, secara mendalam proses mengalungkan ulos mulai dari pundak hingga menutup seluruh tubuh bagian depan juga menjadi simbol betapa orang yang mendapatkan ulos dilingkupi dengan segala doa-doa kebaikan. Bahkan tidak jarang prosesi mangulosi atau memberi ulos juga diiringi musik dengan lagu yang liriknya juga berisi tentang doa serta pengharapan.
Pada pernikahan adat Batak bisa dikatakan mangulosi adalah prosesi yang paling memakan waktu lama dari keseluruhan acara. Hal ini karena proses mangulosi tidak hanya dilakukan kepada kedua pengantin, tetapi juga kedua belah pihak keluarga.
Artinya yang mendapatkan ulos tidak hanya pengantin tapi juga keluarga inti dari kedua pengantin. Ini adalah bagian dari menerapkan sistem kemasyarakatan orang Batak yaitu Dalihan na Tolu yang terdiri dari tiga unsur yaitu hula-hula, boru dan dongan tubu. Maka hampir di setiap acara adatnya ketiga unsur ini juga menjalani prosesi mangulosi, tidak terkecuali pada acara adat pernikahan.
Meski beberapa keluarga inti juga mendapatkan ulos pada prosesi adat pernikahan, tapi kedua pengantin tetap yang mendapatkan ulos paling banyak. Pemberian ulos kepada kedua pengantin lebih spesial karena seperti mengalungkan keduanya dengan doa-doa yang akan menghangatkan perjalanan mereka menjadi suami-istri yang sah.
Inilah mengapa pengantin Batak akan pulang dengan membawa bertumpuk-tumpuk kain ulos. Bahkan jika tamu undangan yang datang sangat banyak maka proses pemberian ulos bisa berlangsung berjam-jam. Mungkin pengantin akan merasa lelah tapi iringan musik serta ekspresi bahagia dari orang-orang yang mengalungkan ulos menjadi memberikan makna tersendiri. Ibaratnya kedua pengantin “dibekali” dengan bertumpuk-tumpuk doa dari keluarga besar agar perjalanan rumah tangganya selalu dilingkupi kehangatan cinta.
Berikut adalah proses mengulosi pada pernikahan adat Batak.
1. Memberikan ulos pada orang tiua pengantin pria
Proses mangulosi diawali dengan memberikan ulos kepada orang tua pengantin pria. Prosesi ini dinarasikan sebagai penyerahan pengantin wanita kepada keluarga pengantin pria agar dapat diterima dan diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Adapun nama dari ulosnya adalah ulos passamot dengan pilihan motif ulos ragidup, ulos ragi hotang, atau ulos sadum.
2. Memberikan ulos pada kedua pengantin
Setelah memberikan ulos kepada orang tua pengantin pria maka dilanjutkan dengan pemberian ulos kepada kedua pengantin. Adalah orang tua pengantin wanita yang memberikan ulos kepada kedua pengantin. Prosesi ini biasanya akan terasa begitu haru karena menjadi simbol orang tua pengantin wanita melepaskan anaknya dengan penuh doa. Mangulosi akan dilakukan dengan gondang Batak atau lagu Batak yang penuh dengan pesan-pesan orang tua mengantarkan anaknya memasuki fase pernikahan.
Adapun jenis ulos yang diberikan kepada pengantin adalah ulos hela. Dinamakan ulos hela karena orang tua pengantin wanita memberikan ulos kepada menantu laki-lakinya atau dalam bahasa Batak disebut hela.
Orang tua pengantin biasanya akan memutari kedua pengantin terlebih dahulu lalu menyelimuti kedua pengantin dengan ulos hela sambil mengikat kedua ujung ulos. Ini menjadi simbol bahwa kedua pengantin sudah resmi “diikat” menjadi pasangan suami-istri dan orangtua menyelimuti keduanya dengan doa-doa kebaikan.
Selain ulos, orang tua pengantin wanita juga memberikan mandar atau sarung kepada pengantin pria. Sarung ini akan dipakai ketika keluarga pengantin wanita akan menggelar acara adat lainnya, maka menantu laki-laki berperan sebagai parhobas. Adapun jenis ulos yang dapat diberikan kepada pengantin pada prosesi ini adalah ulos ragi hotang atau ulos sadum.
3. Pemberian ulos kepada saudara lelali pengantin pria yang sudah menikah
Pemberian ulos dilanjutkan oleh keluarga pengantin wanita kepada saudara laki-laki pengantin pria yang sudah menikah. Ulosnya dinamai ulos pamarai dan jenis ulos yang dapat diberikan adalah ulos ragi hotang. Keluarga pengantin wanita juga memberikan ulos kepada saudara laki-laki dari ayah pengantin pria dan ulosnya dinamai ulos sijalobara. Adapun jenis ulos yang diberikan adalah ulos ragi hotang.
Keluarga pengantin wanita kemudian melanjutkan dengan memberi ulos si hutti ampang kepada saudara wanita pengantin pria. Jika pengantin pria tidak memiliki saudara kandung wanita maka diberikan kepada tantenya. Jenis ulos yang diberikan adalah ulos sadum.
BACA JUGA: 5 Pernikahan Adat yang Makan Biaya Besar
4. Pemberian ulos pada pengantin oleh saudara pria dari ibu pengantin pria
Setelah itu pemberian ulos kembali diberikan kepada pengantin oleh saudara pria (Tulang atau paman) dari ibu pengantin pria. Ulos yang diberikan dinamakan ulos tintin marangkup. Karena dalam budaya Batak, idealnya pengantin pria menikahi anak perempuan dari Tulangnya. Maka pemberian ulos Tulang kepada pengantin menjadi simbol bahwa pengantin wanita telah dianggap sebagai anaknya sendiri.
5. Pemberian ulos holong
Pemberian ulos-ulos tersebut bisa dibilang adalah inti dari prosesi mangulosi yang kemudian akan dilanjutkan kepada pemberian ulos keluarga pengantin pria. Tapi sebelum ke keluarga pengantin pria, pemberian ulos dilanjutkan dengan ulos holong. Ini adalah ulos yang diberikan keluarga besar pengantin wanita kepada kedua pengantin. Biasanya akan disepakati berapa banyak yang akan memberikan ulos holong ini.
6. Pemberian ulos tonun sodari
Baru kemudian diberikan ulos tonun sodari kepada keluarga pengantin pria yang belum mendapatkan ulos dari keluarga pengantin wanita. Selain berbentuk ulos, pemberian tonun sodari juga bisa berbentuk uang dalam amplop yang kemudian disebut sebagai pengganti ulos.
Meski daftar mangulosi menjadi panjang tapi bisa dibilang prosesinya berlangsung sangat meriah. Sambil menunggu giliran biasanya mereka yang akan mendapatkan atau memberikan ulos akan menikmati alunan gondang atau musik yang mengiringi setiap urutan pemberian ulos dilakukan.
Jadi ulos tidak hanya dimaknai sebagai pemberi kehangatan tapi juga proses memberi serta menerimanya dalam pernikahan adat Batak dilakukan dengan penuh kemeriahan.