Calon pengantin, sebelum menikah tentu saja banyak hal yang harus disiapkan. Namun, ada satu hal yang juga bisa dilakukan pasangan untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga. Hal tersebut yakni dengan membicarakan atau merencanakan jumlah anak, waktu untuk hamil, serta jarak kehamilan.
Spesialis obstetri dan ginekologi dr Sandy Prasetyo dari RSIA Brawijaya mengatakan merencanakan jumlah anak serta kapan ingin memiliki anak memberi dampak positif bagi pasangan yang akan membina rumah tangga.
Setidaknya ada empat manfaat yang didapat pasangan yang akan menikah ketika merencanakan hal-hal tersebut.
Pertama, dengan merencanakan jumlah anak sebelum menikah, pasangan suami istri bisa menghindari tiga hal yang berisiko. Tiga hal itu yakni jarak kehamilan yang terlalu muda, terlalu tua, serta jarak antara kehamilan yang terlalu dekat.
Menurut Sandy, ketiga ketiga kondisi kehamilan tersebut bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan reproduksi yang merugikan perempuan. Risiko tersebut seperti pre-eklampsia, persalinan prematur, meningkatnya risiko melalui bedah caesar, serta risiko lainnya.
Perencanaan kehamilan juga mengurangi risiko gangguan kesehatan dan kematian perempuan usia muda. Menurut data WHO (2018), salah satu penyebab utama kematian perempuan adalah kehamilan di usia yang terlalu muda. Dengan perencanaan kehamilan, kamu bisa menunda kehamilan berisiko serta secara nggak langsung mengurangi angka aborsi.
Kedua, perencanaan tersebut bisa mencegah terjadinya gangguan fisik dan psikologis akibat kehamilan yang tidak direncanakan.
Manfaat ketiga yakni, pasangan memiliki persiapan yaang matang terkait dengan perencanaan kehamilan. Manfaat keempat yaitu dapat meningkatkan kualitas diri dan mewujudkan mimpi untuk menjadi keluarga harmonis.
BACA JUGA: Berikut Cara Menjaga Kesehatan Sperma bagi Suami yang Ingin Punya Anak
Manfaat lainnya yakni mengurangi risiko gangguan kesehatan dan kematian anak. Bayangkan kalau pasangan muda yang belum siap secara fisik dan mental tiba-tiba punya anak. Kalau ibu tidak selamat saat melahirkan, kemungkinan anaknya tumbuh sehat jauh lebih rendah. Begitu juga jika salah satu orangtuanya sakit. Padahal, anak membutuhkan orang tua yang fit untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.
Jika belum siap secara mental, pasangan bisa melakukan kekerasan terhadap anak. Khususnya bagi yang masih muda, kalau tahu-tahu harus berkomitmen mengasuh anak selama sekian tahun. Bisa-bisa emosi terlampiaskan ke anak.
Selain itu, perencanaan kehamilan dengan mengatur jarak kelahiran anak bisa mengurangi risiko kematian anak berikutnya. Jarak lahir terlalu dekat juga bisa menyebabkan kelahiran prematur, berat badan rendah, serta pertumbuhan yang kurang optimal. Ini dapat dicegah dengan perencanaan kehamilan.
Perencanaan kehamilan juga bisa meningkatkan kedekatan dengan pasangan. Dengan adanya jeda sebelum punya anak, kamu dan pasangan punya waktu untuk lebih mengenal satu sama lain. Mau nge-date di kafe, nonton film, atau liburan bareng, semuanya bisa dilakukan dengan bebas.