Adanya pertengkaran dalam hubungan rumah tangga menjadi hal yang lumrah terjadi. Untuk para istri, mungkin ingin curhat masalah hubungan suami istri ke seseorang. Namun, tentu saja harus hati-hati kalau ingin curhat dan tak bisa ke sembarang orang.
Curhat masalah hubungan suami istri pada dasarnya bukan bertujuan untuk mengumbar aib pernikahan, tetapi sekadar ingin mengeluarkan unek-unek atau mencari jalan keluar masalah. Memang sudah naluri seorang wanita untuk selalu mencurahkan isi hatinya kepada seseorang. Namun, curhat masalah hubungan suami istri sebaiknya jangan dilakukan sembarangan.
Hal ini karena masalah rumah tangga juga dapat menyangkut harga diri dan pribadi pasangan. Oleh karen itu, kamu perlu tahu cara yang tepat untuk curhat.
1. Tergantung keinginan masing-masing
Psikolog klinis dan hipnoterapis bersertifikasi Liza Djaprie mengatakan curhat masalah hubungan suami istri pada intinya tergantung pada setiap individu. Semuanya dikembalikan lagi pada kenyamanan masing-masing pasangan tersebut, terutama istri.
Ada yang merasa nyaman dan langsung cerita ke pasangannya sendiri, ada juga yang sepakat untuk menceritakan masalah mereka ke sahabat masing-masing. Jadi, tidak ada patokan kepada siapa harus menceritakan hal ini. “Karena kalau kita berbicara tentang curhat, ini sungguh sangat bergantung pada rasa kenyamanan dengan pihak yang dicurhati,” ujar Liza Djaprie.
Namun, kamu perlu memperhatikan kriteria orang yang tepat untuk diajak curhat masalah hubungan suami istri. Berbicaralah dengan orang yang bersikap netral dan memiliki kepedulian terhadap kamu dan pasangan. Berbicaralah dengan orang yang dapat dipercaya dan selama ini sudah kamu kenal sebagai orang yang mampu menjaga rahasia.
Berbicaralah dengan orang yang dapat memberikan solusi bijak. Harus diingat, setuju dengan semua yang kamu katakan dan ikut berpihak menyalahkan pasangan tanpa solusi nyata, tidak termasuk pemberi saran yang baik.
2. Jangan curhat di sosial media
Media sosial sudah masuk ke bagian hidup sebagian besar orang dan sulit dipisahkan. Saking tidak terpisahkan dari hidup, media sosial juga menjadi tempat untuk menumpahkan segala pikiran yang mengganjal dalam diri seseorang.
Tak sedikit orang yang sering curhat masalah hubungan suami istri di akun media sosialnya. Namun, risiko yang yang akan kamu hadapi saat curhat di media sosial adalah akan ada banyak orang yang mengetahui kehidupan pribadi. Selain itu, apa pun yang pernah kamu tulis di akun media sosial akan menjadi jejak digital yang sulit dihilangkan.
BACA JUGA: 7 Aktivitas Ringan Sebelum Tidur Ini Bisa Bikin Suami Istri Lebih Romantis
3. Tujuan curhat bukan untuk mencari pembenaran
Tujuan curhat bukan untuk mencari pembenaran atau pembelaan. “Curhat bukan untuk mendapatkan sekutu yang membenarkan semua kekesalan yang dirasakan,” ungkap Liza Djaprie.
Menurutnya kita harus bisa belajar memilah mana wacana curhat yang mampu menunjukkan sikap netral, objektif, serta bijak. Jangan sampai pihak yang dicurhati malah membuat hubungan semakin panas.
4. Jangan ceritakan masalah yang cukup rahasia
Memiliki masalah dengan pasangan memang cukup rumit. Namun, untuk masalah yang cukup pribadi ini lebih baik jangan diceritakan pada orang lain. Selain akan membawa dampak buruk dan membongkar aib sendiri, nyatanya yang lebih tahu mengenai keluarga adalah diri sendiri di mana orang lain hanya melihat dari sisi luarnya saja.
Tidak semua orang bisa dijadikan tempat curhat terlebih jika orang tersebut belum kamu kenal cukup lama. Kami harus berpikir ulang untuk menceritakan bagian mana saja yang boleh diceritakan dan bagian lain yang terlalu pribadi.
Ada beberapa hal dalam rumah tangga yang sebaiknya disimpan, yaitu masalah finansial. Keuangan adalah hal yang cukup sensitif, karena menyangkut kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika diceritakan, ini akan menyinggung pasangan.
Soal kehidupan seksual juga sebaiknya disimpan. Apa yang kamu dan pasangan lakukan di balik kamar tidak boleh sampai bocor keluar kamar. Berbagi detail tentang saat-saat intim dengan pasangan justru akan mengurangi nilai keintiman itu.
Masalah dengan mertua dan ipar juga jangan diumbar. Masalah yang terjadi dalam keluarga yang telah bergabung itu tidak boleh disiarkan keluar rumah, bagaimana pun mereka adalah bagian dari keluarga.
Soal masa lalu pasangan juga perlu. Hanya karena kamu telah menerima masa lalu pasangan bukan berarti teman atau keluarga akan melakukan hal yang sama. Hal ini membuat masalah menjadi rumit.
5. Hindari curhat ke lawan jenis
Saat ada masalah, rasanya begitu lega kalau bisa curhat dengan teman yang telah kamu percaya. Mungkin saja salah satunya adalah teman lawan jenis. Namun, sebaiknya hindari curhat ke lawan jenis. Pasalnya ada beberapa risiko yang mesti kamu pertimbangkan ketika sering curhat dengan teman lawan jenis.
Interaksi yang intens antara kamu dengan teman lawan jenis, bisa menimbulkan rasa cemburu pasangan yang kemudian menimbulkan konflik.
6. Tempat curhat profesional
Ketika permasalahan yang dihadapi sudah cukup rumit dan bingung harus menceritakan pada siapa. Saran yang paling tepat adalah menemui seorang psikolog untuk meluapkan semua beban yang dimiliki.
Psikolog akan memberikan saran dan masukan yang lebih tepat lengkap dengan terapi pada psikismu yang mungkin mengalami traumatis. “Tempat curhat profesional, seperti psikolog atau konselor pernikahan,” ujar Liza Djaprie.
Itulah beberapa hal yang patut kamu perhatikan ketika akan curhat soal rumah tangga. Menceritakan masalah yang kamu hadapi atau curhat kepada orang lain sebenarnya adalah salah satu cara alami manusia sebagai makhluk sosial.
Bahkan dalam dunia medis, curhat disebut sebagai ventilasi yang merupakan cara alami manusia untuk membagikan apa yang menjadi pemikirannya. Jika ventilasi tidak tercukupi dengan baik malah disebut bisa berdampak pada kesehatan psikis.
Namun, kamu harus selalu ingat masalah hubungan suami istri umumnya hal biasa dan bersifat sementara. Jika kamu dan pasangan memiliki masalah, berusahalah untuk menyelesaikannya secara pribadi terlebih dahulu sebelum curhat ke orang lain.