Nurhasanah Pratiwi, SKM
Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Pertama Kab. Padang Lawas
Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara
Menjalani peran sebagai ibu bekerja sekaligus mengurus rumah tangga adalah tantangan yang pastinya tidak mudah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan sebanyak 54,61 juta perempuan bekerja baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan setara dengan 39,05% dari total pekerja yang ada di Indonesia.
Perempuan yang bekerja cenderung berupaya untuk menopang perekonomian keluarga khususnya perempuan yang sudah berumah tangga. Alasan lain juga dapat menjadi kepuasan tersendiri dalam menyalurkan minat perempuan untuk bekerja. Untuk mencapai kehidupan seimbang, seorang ibu bekerja mempunyai tantangan yang seringkali ditemui dalam hal menyelesaikan pekerjaan rumah maupun pekerjaan di luar rumah. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2024) bahwa terdapat kesulitan ibu dalam menjalankan peran ganda yaitu sebagai ibu bekerja dan mengurus rumah tangga dalam waktu yang bersamaan. Berefek kepada kurangnya peran seorang ibu dikarenakan tuntutan pekerjaan. Ditambah perasaan bersalah yang muncul ketika ibu harus meninggalkan anak-anaknya ketika bekerja.
Seorang anak pertama kali mencari perhatian, harapan dan cinta dari ibunya. Ibu merupakan sosok yang pertama kali dituju oleh seorang anak dalam mendapatkan perhatian, harapan serta cinta kasih. Peran Ibu sering kali menjadi perhatian dikarenakan berkaitan dengan pola asuh yang sangat menggambarkan bagaimana seorang anak tumbuh dan berkembang di lingkungan sosialnya. Kepastian untuk membentuk anak yang memiliki budi pekerti memang tidak dapat ditentukan dengan terlalu seringnya anak bersama ibu ataupun jarangnya seorang anak bersama dengan ibunya. Ibu yang membersamai anaknya sepanjang hari di rumah, baik dari bayi sampai remaja, cenderung lebih dekat dengan sosok ibu. Bagaimana jika ibu yang bekerja? Ibu yang bekerja harus tetap optimis bahwa mereka juga mampu menjalin hubungan dengan anak mereka meskipun mereka bekerja.
Menurut Hartati (2024), ibu bekerja kerap mengalami dilema dalam membagi peran, memicu rasa bersalah karena kurangnya waktu untuk anak. John Bowlby (dalam Widodo, 2020) menekankan bahwa perhatian ibu yang responsif sangat penting bagi perkembangan anak. Meski demikian, ibu tetap bisa menjaga kedekatan dengan anak melalui langkah-langkah berikut:
- Ibadah bersama
Kegiatan ibadah bersama merupakan salah satu usaha penting untuk menanamkan nilai keagamaan kepada anak sejak dini yang memperkuat pondasi moral anak
- Luangkan Waktu Berkualitas
Meski sibuk, ada baiknya, luangkan waktu selama lebih kurang 30 menit untuk bermain, melakukan percakapan ringan dengan anak dan menanyakan apa saja kegiatan yang dilakukan anak selama ibunya bekerja.
- Libatkan Anak dalam Aktivitas Rumah
Mengerjakan tugas rumah bersama mempererat hubungan dan mengajarkan tanggung jawab.
- Kenalkan Anak pada Lingkungan Sosial
Beraktivitas di luar rumah membantu anak belajar bersosialisasi
- Dukung Minat Anak
Menfasilitasi hobi anak mempererat kedekatan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka
- Ungkapkan kasih Sayang
Kata-kata sederhana seperti “Ibu saying kamu” dapat memberikan anak rasa aman dan dihargai.
Menjadi ibu bekerja bukan berarti kehilangan kedekatan dengan anak. Peran orang tua khususnya ibu sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak di masa kini dan masa yang akan datang. Dengan strategi yang tepat, ibu dapat tetap menjadi sosok utama dalam perkembangan anak, meski waktu bersama terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2023). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2023. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Hartati, R. (2024). Psychological Well-Being Pada Ibu Bekerja. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(1), 1544-1555.
Widodo, A. (2020). Penyimpangan Perilaku Sosial Ditinjau dari Teori Kelekatan Bowlby (Studi Kasus Terhadap Anak Tenaga Kerja Wanita di Lombok Barat). ENTITA: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Dan Ilmu-Ilmu Sosial, 2(1), 35-50.
Edit/rd