Athiyyah Khoirunnisaa – Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS/Satyagatra) Universitas YARSI
Awalnya cuma ingin lihat notifikasi sebentar, eh tahu-tahu sudah satu jam scroll tanpa henti. Fenomena ini bukan cuma kebiasaan sepele, tapi bisa jadi tanda adiksi media sosial. Istilah “adiksi” sendiri berarti ketidakmampuan seseorang mengendalikan perilaku tertentu meskipun sudah tahu dampak negatifnya. Dalam konteks ini, media sosial menjadi tempat pelarian yang membuat kita semakin sulit melepaskan diri.
Lebih dari 70% penduduk Indonesia kini aktif menggunakan internet, dan mayoritas waktunya dihabiskan di media sosial. Akses yang mudah, fitur yang menarik, dan dorongan ingin selalu terhubung membuat banyak orang terjebak dalam pola penggunaan yang berlebihan.
Baca Juga: Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja
Ada banyak alasan kenapa seseorang bisa kecanduan media sosial. Salah satu yang sering terjadi adalah fear of missing out atau FOMO. FOMO adalah perasaan takut ketinggalan kabar terbaru, update teman, atau tren yang sedang ramai. Rasa takut ini mendorong kita untuk terus memeriksa ponsel, seakan-akan ada sesuatu yang penting yang tidak boleh dilewatkan.
Selain FOMO, faktor lain yang turut berperan adalah kepribadian. Orang yang cenderung mudah cemas, merasa kesepian, atau punya sifat ekstrovert sering kali lebih rentan terhadap kecanduan. Media sosial bagi mereka menjadi tempat mencari hiburan, validasi, bahkan pelarian dari tekanan sehari-hari. Saat stres atau bosan, membuka aplikasi favorit sering terasa seperti cara cepat untuk merasa lebih baik, meski hanya sesaat.
Penggunaan media sosial yang terlalu sering berdampak nyata pada keseharian. Banyak orang mulai kesulitan mengatur waktu karena tanpa sadar terus-menerus terpaku pada layar ponsel. Remaja dan dewasa muda menjadi kelompok yang paling rentan karena pada masa inilah seseorang sedang aktif bersosialisasi dan membangun jati diri.
Dampaknya pun tidak main-main. Adiksi media sosial berhubungan dengan gangguan tidur, seperti insomnia, serta menurunnya produktivitas belajar atau bekerja. Banyak yang merasa waktu luangnya habis tanpa sadar hanya untuk scroll, padahal tadinya berniat istirahat sebentar. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini juga bisa menimbulkan stres baru karena merasa tidak produktif dan semakin sulit fokus. Selain itu, ada efek psikologis lain yang tak kalah serius. Adiksi media sosial dapat membuat seseorang semakin merasa kesepian meskipun dikelilingi interaksi virtual. Ketika terlalu sering membandingkan diri dengan unggahan orang lain, muncul perasaan tidak puas atau minder. Rasa cemas pun bisa menjadi semakin kuat, terutama saat postingan tidak mendapat respons sesuai harapan.
Lalu, bagaimana tanda-tanda sederhana bahwa kamu mungkin sudah mulai kecanduan media sosial? Misalnya, kamu merasa gelisah kalau ponsel jauh dari jangkauan, terus-menerus mengecek notifikasi, sulit berhenti walau sudah berniat, atau sering merasa waktu tidak cukup karena kebanyakan scroll. Kalau kebiasaan ini mulai mengganggu pekerjaan, tidur, atau hubungan sosial, bisa jadi ini saat yang tepat untuk mengevaluasi ulang.
Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi ketergantungan. Pertama, cobalah mengatur waktu penggunaan media sosial. Pasang batasan, misalnya hanya satu sampai dua jam per hari, lalu disiplin mematuhinya. Kedua, matikan notifikasi supaya tidak terus-terusan terdistraksi. Ketiga, cari aktivitas pengganti yang membuatmu tetap sibuk dan merasa produktif, seperti membaca, olahraga, atau mengobrol langsung dengan orang terdekat.
Jika kamu merasa kebiasaan ini sudah sulit dikendalikan sendiri, jangan ragu meminta bantuan profesional. Konselor atau psikolog bisa membantu menemukan cara yang lebih sesuai dengan kondisimu. Tidak ada yang salah dengan menggunakan media sosial, tetapi penting untuk tetap menggunakannya secara seimbang.
Baca Juga: Manfaat Dukungan Sosial Untuk Kesehatan Mental Remaja
Pada akhirnya, media sosial memang mempermudah banyak hal, mulai dari komunikasi sampai hiburan. Tapi kalau penggunaannya berlebihan, justru bisa merampas waktu berharga dan membuat kita terjebak dalam lingkaran kecemasan serta perasaan kosong. Yuk, mulai lebih bijak menggunakan media sosial supaya tidak kehilangan kendali atas keseharian kita sendiri.
Referensi
Gunawan, R., Nugraheni, Y. R., & Arifianto, A. (2020). Hubungan kecanduan media sosial dengan kesepian pada remaja di SMAN 1 Magelang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 9(2), 131–138.
Praditha, A. I. S., & Wulanyani, N. M. S. (2024). Adiksi media sosial ditinjau dari regulasi emosi pada remaja. Jurnal Penelitian Psikologi, 15(1), 47–56.