Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melakukan berbagai upaya untuk memurus rantai stunting di Indonesia. Salah satu upaya pencegahan sejak awal yakni dengan menginkubasi sebelum terjadinya kehamilan atau pada saat prekonsepsi.
Hal itu disampaikan Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) ketika mengikuti diskusi Rencana Kerja menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan stunting dengan Himpunan Kedokteran Fetomaternal Indonesia (HKFMI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) beberapa waktu lalu. Pada diskusi tersebut dibahas tentang berbagai sinergi yang akan dilakkan BKKBN bersama HKFMI dan POGI untuk menurunkan stunting dan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
“Untuk memutus mata rantai stunting dapat diwujudkan dengan menginkubasi pada sebelum terjadinya kehamilan atau pada saat prekonsepsi,” ujar dia.
Ia menjelaskan langkah yang lebih spesifik yakni mulai dari pranikah, hamil, sampai masa interval ini diinkubasikan. Ia meyakini meskipun calon ibu tidak memiliki pendidikan tinggi, jika dikawal dengan ketat mulai dari pranikah, hamil, dan interval anak yang dilahirkan tidak stunting dan ibu pun selamat.
“Sehingga kematian ibu dan bayi turun. Ide saya ini relatif diterima oleh Kementerian dan lembaga supaya kita inkubasikan saja dari proses sebelum hamil, hamil, kemudian melahirkan. Ini yang saya katakan sebagai inkubasi kalau kita ingin cepat,” kata dia.
BACA JUGA: Calon Pengantin Perlu Paham Stunting Sebelum Hamil, Pahami Weight Faltering
Hasto memaparkan tentang Rencana Aksi Nasional percepatan penurunan stunting yang telah dirampungkan BKKBN. BKKBN menyelenggarakan infrastruktur dan suprasutruktur seperti salah satunya membentuk tim pendamping keluarga yang terdiri dari bidan, kader PKK, dan kader KB atau kader pembangunan lainnya.
Tim tersebut yang akan mendampingi juga para calon pengantin untuk diukur HB-nya, lingkar lengan atas, kemudian tinggi badan dan berat badannya yang akan dimasukkan ke aplikasi Elsimil untuk mengetahui kelayakan dan kesiapannya untuk hamil. Begitu pula setelah hamil nanti juga tim tersebut terus mendampingi ibu hamil hingga melahirkan.
Infrastruktur dan suprastruktur tersebut diselenggarakan BKKBN, tetapi sebenarnya provider yang ada di dalamnya juga adalah para profesor, para obgyn, fetomaternal, dan juga para provider di tingkat daerah seperti bidan. “Sehingga infrastuktur dan suprastruktur yang disediakan BKKBN ini diharapkan sebagai suatu upaya regulasi yang dilakukan BKKBN untuk mendukung para ahli tersebut menurunkan stunting dan kematian ibu dan bayi,” kata dia.
Ia berharap sinergi yang bisa dilakukan bersama adalah dari data 68 juta keluarga yang telah didata BKKBN bisa digunakan para akademisi dan ahli untuk melakukan riset agar bisa menciptakan inovasi-inovasi dan terobosan mempercepat penurunan stunting dan AKI serta kematian bayi tersebut.
Sementara, Ketua HKFM Prof. Dr. dr. Erry Gumilar Dachlan, Sp.OG-KFM mengatakan mencegah terjadinya stunting dan kematian ibu serta bayi yang efektif adalah dari hulu yaitu membuat calon ibu hamil siap dan sehat untuk hamil. Namun menurutnya ini bukan hal yang mudah, karena seperti preeklampsia, dan beberapa penyakit seperti autoimun dan jantung yang kini menjadi banyak penyebab kematian ibu.
“Ibu dengan penyakit-penyakit tersebut diharapkan 6 bulan sebelum hamil bisa ditekan dan diturunkan penyakitnya agar bisa siap dan sehat ketika hamil. Dengan begitu angka kematian ibu dan bayi serta stunting sudah pasti bisa turun dengan sendirinya,” kata dia.