Setiap pasangan yang siap menikah selalu menemui hambatan dalam membuat persiapan. Ini adalah sebuah kewajaran, apalagi di Indonesia menikah bukan cuma soal kamu dan pasangan tetapi juga menyatukan dua keluarga. Salah satu kendala terbesar di awal menikah adalah keinginan calon mertua untuk tetap tinggal bersama, padahal kamu ingin mandiri.
Tinggal bersama mertua berarti tidak ada kebebasan, harus ikut aturan mertua, privasi menjadi berkurang, harus berbagi waktu dengan mertua bahkan mertua bisa saja ikut campur jika ada masalah dengan pasangan. Belum lagi nanti jika sudah punya anak, mertua akan ikut campur dalam pola asuh anak.
Duh, bayangan daftar dampak negatif tinggal bersama mertua langsung terbayang dan bikin pusing ya? Ingin tinggal terpisah tapi takut dianggap menantu tidak berbakti.
BACA JUGA:
- Tanya Tim Ahli: Bagaimana Cara Mengajak Pasangan Pindah dari Rumah Mertua?
- Tak Selalu Negatif, Ini Hal Positif Saat Kamu Tinggal Bersama Mertua
- Haruskah Mapan Dulu Baru Menikah?
Sebelum menikah kamu akan menemui banyak perbedaan, tapi bukan berarti harus disamakan carilah jalan keluar yang baik. Persepsi awal yang dibentuk akan mempengaruhi pola komunikasi kita. Karena itu cobalah untuk membuka komunikasi baik-baik dengan calon mertua sebelum menikah.
“Berbicara kepada mertua ataupun pasangan terkadang bukan masalah apa yang mau disampaikan, tapi bagaimana cara bicaranya yang cocok. Terkadang kita punya keinginan dan asumsi yang menggebu, lalu ngegas saat bicara dengan calon mertua. Jadinya tidak nyaman,” ujar Emeldah Suwandi MPSi, Psikolog Keluarga dari Tim Ahli Siap Nikah dalam IG Live beberapa waktu lalu.
Emeldah menyarankan agar mencari waktu yang tepat untuk membicarakan apa yang kita mau. “Cari timing, bicarakan dengan pasangan kapan waktu yang tepat. Kan sebagai anak lebih tahu kebiasaan calon mertua,” sarannya.
Selain itu, bicaralah dengan suasana yang rileks. “Kadang kita mikir bicara itu harus serius kayak rapat di kantor, tapi sebenarnya kita bisa bicarakan saat suasana rileks. Suasana seperti ini akan lebih sampai dengan mudah,” paparnya.
Yang terpenting, lanjut Emeldah, adalah bicarakan kemauanmu dengan nada yang rendah. “Bisa dimulai dengan pertanyaan, bukan langsung pertanyaan. Pahami kemauan orangtua, dengarkan apa mau orangtua sebelum kita memutuskan sesuatu. Setelah tahu maunya apa, baiknya bagaimana. Kadang orangtua cuma ingin didengarkan,” katanya.
Pepatah ‘Yang terakhir menjawab belum tentu benar’ ini bisa diterapkan. “Kendala paling utama dalam komunikasi adalah kita selalu berfikir bagaimana kita merespons. Padahal yang utama adalah mendengarkan dulu. Ketika kita mendengarkan kita akan tahu apa maunya apa. Jangan anggap mertua itu orang lain, tapi jadikan orangtua sendiri,” saran Emeldah .
Kamu juga harus tahu bahwa tinggal dengan mertua itu tidak selamanya berdampak negatif. Kamu bisa menghemat biaya kontrak tempat tinggal jika memang belum memiliki rumah sendiri. Selain itu, mertua bisa membantu menjaga anak ketika kamu dan pasangan sama-sama bekerja. Pengawasan dari orangtua tentu akan membuatmu lebih nyaman saat bekerja.
Tentu saja semua itu membutuhkan proses, tidak bisa langsung seiring sejalan. Karena itu cobalah untuk selalu berpikir positif dan menjauhkan dari prasangka negatif. Tidak ada salahnya bersikap mengalah, menurunkan ego, dan mengembangkan komunikasi yang baik dengan calon mertua supaya rencana pernikahanmu berjalan lancar.