Pendidikan seksual di Indonesia sering berlaku secara timpang. Tujuan utama pendidikan seks di rumah masih difokuskan untuk menghindari risiko anak perempuan hamil di luar nikah. Bukankah untuk kehamilan tersebut anak laki-laki juga punya peran yang sama?
Teori-teori pembelajaran sosial digunakan untuk menjelaskan standar ganda. Contohnya adalah remaja perempuan dihukum atau dicela jika melakukan hubungan seks pranikah dengan dianggap perempuan murahan atau diisolasi dari pergaulan. Ini berbeda pada laki-laki, dianggap dapat menambah popularitas atau dikagumi.
Sehingga penting sekali memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak baik laki-laki maupun perempuan, bukan cuma fokus pada anak perempuan saja untuk menghindari kehamilan yang tak diinginkan. Karena yang kena dampak ketika terjadi perilaku berisiko pada remaja seperti seks pra nikah adalah keduanya.
Menurut Widyaiswara Ahli Utama BKKBN, Dr. Wendy Hartanto, MA, secara alamiah laki-laki lebih mudah terangsang. “Remaja laki-laki dengan visual saja sudah terangsang. Sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual lebih mudah. Sementara perempuan lebih kompleks untuk mendapatkan rangsangan,” paparnya.
BACA JUGA:
- Berani Lakukan Seks Pra Nikah? Bersiaplah Menerima Risiko Ini
- Remaja Pria Lebih Rentan Memulai Hubungan Seksual Pra Nikah
- Tanya Tim Ahli: Kapan Pendidikan Seks di Keluarga Bisa Dimulai?
Remaja laki-laki lebih sering menonton film porno dibandingkan remaja perempuan. Umumnya, remaja secara teratur terpapar dengan materi-materi seksual di televisi, film, dan internet di samping terpapar oleh tayangan video musik yang menggabungkan tayangan seks dan kekerasan.
Karena remaja laki-laki mudah terangsang karena visual, menonton pornografi merupakan faktor terkuat yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja laki-laki. Remaja pria lebih banyak menginisiasi hubungan seksual pra nikah.
“Laki-laki ingin menunjukkan maskulinitasnya, ingin menguji kesetiaan dengan melakukan hubungan seksual pranikah. Sementara perempuan merasa terancam ketika dipertanyakan kesetiaannya, jadi mau diajak melakukan hubungan pranikah. Ini persoalan nyata yang harus disadari orangtua,” katanya.
Karena itu, orangtua sebaiknya memberikan pendidikan seks pada anak sejak dini, sejak usia balita. Tak sedikit orangtua yang masih ragu untuk mengajarkan pendidikan seks pada Si Kecil. Selain merasa tabu, orangtua terkadang merasa bingung untuk memilih cara yang tepat.
Pendidikan Seksual dalam Keluarga Sejak Dini
Pendidikan seksual sedini mungkin pada anak merupakan upaya memberikan anak informasi yang benar mengenai pendidikan seks. Orangtua mesti ingat bahwa sudah seharusnya orangtua yang mengajarkan pendidikan seks pada anak, bukannya orang lain. Sebab, masalah ini sangat krusial dan sensitif.
Pendidikan seks punya banyak manfaat bagi Si Kecil. Mulai dari membuat mereka bisa lebih berhati-hati dalam pergaulan, bahkan terhindar dari kekerasan atau pelecehan seksual.
Peran orangtua amat penting agar anak mendapatkan pendidikan seksual yang pas. Pendidikan seks yang sesuai takarannya sangat penting untuk menghindari gangguan psikologis. Mengajarkan pendidikan seks pada anak disesuaikan dengan tahapan perkembangannya.
Orangtua sebaiknya bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan seksual pada anak. Mulai dari bagaimana tubuh bekerja, jenis kelamin, ekspresi seksual, dan nilai-nilai lainnya. Karena anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi termasuk tentang seks dan kesehatan reproduksi. Tugas mendampingi anak untuk menghindari pelecehan seksual juga masuk dalam salah satu tujuan pendidikan seks di keluarga.