etika menjalin rumah tangga, kestabilan kondisi finansial juga perlu dijaga. Ketika kamu dan pasangan sama-sama punya penghasilan, tentu saja memberikan rasa aman tersendiri soal kondisi keuangan keluargamu. Namun, berhati-hatilah dan jangan terbuai dengan sumber pemasukan ganda ini agar tidak terjebak dalam two income trap.
Pasangan yang baru menikah dan sama-sama memiliki penghasilan cukup, kerap tergoda untuk mengambil kredit mobil selama lima tahun atau kredit kepemilikan rumah (KPR). Biasanya, keputusan tersebut diambil karena merasa penghasilan gabungan bisa mencukupi pembayaran cicilan bulanan.
Namun, ketika anak pertama lahir pada tahun pertama atau kedua, beban pekerjaan rumah tangga dan finansial pun bertambah. Inilah yang kerap tak terantisipasi. Lantaran beban rumah tangga bertambah, istri biasanya memutuskan untuk keluar pekerjaan dan fokus untuk mengurus anak.
Oleh karena itu, pendapatan menjadi berkurang dan memaksa kepala rumah tangga untuk memilih meneruskan kredit mobil atau KPR. Itulah gambaran two-income trap atau jebakan dua pendapatan. Istilah ini dapat ditemukan dalam buku yang ditulis oleh Elizabeth Warren dan putrinya, Amelia Warren Tyagi berjudul The Two-Income Trap.
Buku yang terbit pada 2004 itu menuliskan hasil penelitian tentang sebab peningkatan kebangkrutan pribadi. Buku ini juga menggambarkan kerentanan kondisi ekonomi suami-istri di Amerika Serikat (AS) yang juga banyak terjadi di mancanegara.
Hal tersebut juga menjadi ancaman bagi kaum milenial yang masih kurang memiliki literasi keuangan. Terlebih, bagi orang-orang yang menganut gaya hidup hedonis, serta selalu ingin tampil keren untuk membuat orang terkesan. Jangan sampai kesalahan keputusan finansial menjadi bumerang bagi kamu dan pasangan pada masa mendatang.
Oleh karena itu, keuangan rumah tangga harus direncanakan secara matang, termasuk saat hendak berencana memiliki anak, membeli mobil, atau mengajukan KPR. Berikut tiga cara agar kamu dan pasangan tidak masuk dalam jebakan penghasilan ganda.
1. Fokus pada satu pendapatan
Ketika suami dan istri sama-sama bekerja, sebaiknya kamu mengandalkan satu pendapatan saja untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan, disarankan untuk menggunakan pendapatan yang lebih kecil. Hal ini dilakukan dengan harapan kamu dan pasangan bisa bersikap hati-hati dalam berbelanja.
Sementara, pendapat lainnya bisa menjadi sumber tabungan, investasi, atau dana darurat. Sehingga tidak semua sumber pendapatan dihabiskan dalam waktu berbarengan. Hal ini akan membuat kondisi keuangan lebih stabil karena ada dana cadangan yang bisa diandalkan.
2. Ketahui batas kemampuan finansialmu
Sah-sah saja bila suami-istri menggabungkan pendapatan untuk mengambil cicilan atau kredit kebutuhan. Akan tetapi, kamu juga harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan tidak melupakan tabungan.
Contohnya, kamu memiliki gaji Rp6 juta dan pasangan memiliki gaji Rp4 juta. Bila digabungkan, kamu dan pasangan memiliki pendapatan Rp10 juta per bulan. Jika ingin mengambil kredit kebutuhan, kamu disarankan tidak mengeluarkan uang melebihi 30% dari total pendapatan, yaitu Rp3 juta per bulan.
Jangan sampai karena memiliki pendapatan gabungan Rp10 juta per bulan, kamu memutuskan untuk memiliki tagihan cicilan mobil Rp3 juta dan KPR Rp4 juta per bulan. Hal ini bisa membuat keuangan keluarga terseok-seok pada masa mendatang.
3. Persiapkan dana darurat
Dana darurat memiliki peran penting ketika kamu dan keluarga menghadapi situasi genting. Ibarat membawa ban serep ketika perjalanan jauh. Misalnya, saat kamu terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau keluarga jatuh sakit yang memaksa kamu harus mengeluarkan dana dadakan.
Agar di kemudian hari keadaan finansial tidak berantakan, kamu disarankan memisahkan 10% hingga 20% dari total pendapatan bulanan untuk dana darurat. Sebenarnya, tidak ada ketentuan pasti soal jumlah pendapatan yang harus dianggarkan untuk dana darurat. Besarannya bisa disesuaikan dengan kebutuhanmu setiap bulan.
Dengan persiapan dana darurat, melakukan keputusan finansial dengan hati-hati, serta mengetahui kemampuan bayar tagihan, kamu bisa bebas dari jebakan two-income trap yang merugikan keluarga.