Tumbuh Tanpa Saudara Kandung: Antara Kesepian dan Kemandirian pada Anak Tunggal

Cover - Tumbuh Tanpa Saudara Kandung Antara Kesepian dan Kemandirian pada Anak Tunggal

Table of Contents

Shely Liana Putri – Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera

Saat ini, jumlah keluarga dengan anak tunggal semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan, hal tersebut dikarenakan adanya berbagai faktor, seperti kesadaran mengenai keluarga berencana, kondisi ekonomi, atau keputusan pribadi pada pasangan suami istri. Anak tunggal merupakan anak yang tidak memiliki saudara kandung dan dibesarkan sendiri dalam keluarga inti, sehingga seluruh perhatian dan ekspektasi orang tua tertuju kepada anak tunggal. Anak tunggal seringkali dianggap sebagai sosok yang manja, kesepian, atau terlalu bergantung pada orang tua. Stigma ini berkembang di masyarakat karena anak tunggal tumbuh tanpa saudara kandung yang dapat dijadikan teman bermain atau berbagi cerita.

Baca Juga: Orang tua Hebat! Yuk, Pahami Peran Penting dalam Kehidupan Anak

Namun, di balik stigma tersebut, anak tunggal juga memiliki potensi besar dalam hal kemandirian, tanggung jawab, dan kedewasaan yang muncul lebih awal dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki saudara kandung. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan masyarakat untuk memahami sisi psikologis anak tunggal secara objektif, baik dari segi tantangan maupun kelebihannya.

Salah satu tantangan yang sering dirasakan oleh anak tunggal adalah rasa kesepian karena tidak memiliki saudara. Mereka sering merasa sendiri, apalagi saat menghadapi masalah atau ketika orang tua sedang sibuk dengan pekerjaan. Selain itu, sebagai satu-satunya anak dalam keluarga, anak tunggal sering menjadi pusat harapan orang tuanya, karena semua impian dan keinginan orang tua terkadang dibebankan kepada anak tunggal, yang secara tidak langsung bisa menimbulkan tekanan tersendiri. Kurangnya interaksi sehari-hari juga bisa memengaruhi kemampuan sosial anak tunggal, terutama pada usia dini, karena kesempatan untuk belajar berbagi dan bekerja sama dalam lingkungan keluarga menjadi lebih terbatas.

Baca Juga: Manfaat Dukungan Sosial Untuk Kesehatan Mental Remaja

Di balik tantangan tersebut, ada banyak sisi positif yang dimiliki oleh anak tunggal, karena terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Mereka biasanya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan mampu bertanggung jawab sejak kecil. Hubungan emosional antara anak tunggal dengan orang tua juga sering lebih dekat karena adanya interaksi yang tinggi. Anak tunggal sering menghabiskan waktu bersama orang dewasa, yang membuat cara berpikir mereka lebih matang dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

BACA JUGA ARTIKEL  Mitos Pengaruh Gaya Berhubungan Suami Istri untuk Menentukan Jenis Kelamin Anak

Untuk mendukung tumbuh kembang anak tunggal, orang tua perlu menerapkan pola asuh yang seimbang. Salah satunya dengan mendorong anak agar aktif berinteraksi dengan teman sebaya, dengan mengajak mereka untuk bergabung dalam kegiatan kelompok di sekolah atau lingkungan sekitar yang bisa membantu anak untuk belajar berbagi, bekerja sama, dan beradaptasi dengan lingkungan sosial. Orang tua juga perlu memberi kepercayaan kepada anak untuk belajar mandiri sejak dini, seperti mendorong anak untuk mengambil keputusan kecil sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Penting pula bagi orang tua untuk mengelola harapan secara realistis, jangan sampai anak merasa terbebani dengan harapan yang berlebihan. Fokuskan perhatian pada proses tumbuh kembang anak, bukan hanya dari hasil yang telah dicapai. Komunikasi yang terbuka juga sangat penting, anak tunggal perlu merasa bahwa mereka selalu punya tempat bercerita, tanpa takut dihakimi oleh orang tua maupun orang di sekitarnya. Setiap anak, ada atau tidaknya jumlah saudara, berhak untuk tumbuh dalam cinta dan dukungan dari keluarga.

 

REFERENSI
Kurniawati, D., & Maulida, R. (2021). Peran Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Sosial Anak Tunggal. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 14(1), 33-40.
Prasetya, A. (2019). Kemandirian Anak Tunggal dalam Keluarga Inti. Jurnal Pendidikan dan Perilaku Anak, 8(3), 110-117.
Putri, R. N., & Wibowo, S. (2020). Dinamika Psikologis Anak Tunggal: Studi Kasus di Perkotaan. Jurnal Psikologi Indonesia, 17(2), 85-92.

 

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
16
+1
10
+1
7
+1
0
Scroll to Top