Tanya Tim Ahli: Suami Tak Bertanggungjawab Menafkahi, Harus Bagaimana?

Pengelolaan finansial rumah tangga (Gambar oleh Mohamad Trilaksono dari Pixabay)

Table of Contents

Tanya Tim Ahli: Umur saya sekarang 30 thn dan saya sedang hamil. Saya mau berkonsultasi tentang pernikahan saya, saya sudah menikah 6 tahun, sebenarnya pernikahan saya cukup bahagia dan kami sering terlihat kompak, tapi sebenarnya dari awal pernikahan ada sesuatu yang tdk berjalan dg konsep prnikahan dmn suami hrs bertanggung jawab menafkahi keluarga, saya terima saja karena dari awal prnikahan saya tau gaji suami saya jauh lebih kecil dari gaji saya bisa dibilang gaji saya 3x lipat gaji suami.

Sy memakluminya krna sy mmg sangat syg sm suami saya dy orgnya baik dan mau mmbntu sy urusan pkrjaan rumah, tapi mgkn dy tau kndisi ekonomi sy yg mapan drpd dy dan mgkn jg krna faktor sy jg menerima, dy jadi lalai dan bahkan mnrt sy dy lupa akan tanggungjwbnya.

Walaupun gaji dy kecil tapi kan dy punya gaji jdi berapapun yg dy kasih ke sy, sy akan terima, tapi kenyataannya tdk, dr gaji dy itu dy cm mmberi utk bayar listrik setiap bulannya sbsr 600rb, tapi utk jajan dy sehari2 lebih dr 600rb, byr hutangnya, dan semua kbthn lain itu sy yg menanggung, smntara dg gaji dy, dy gunakan utk membantu kuliah adiknya, mmbyr hutang kk nya, dan jg utk mmbeli keinginan dy yg sy rasa tdk prlu.

Dan dr gajinya itu emg tdk ada jatah sy dan anak, malah klo uang dy kurang utk mmbntu adiknya atau mmbntu kluarganya dy mnta ke saya, saya sllu sabar sy harap dy akan sadar mgkn ini krna keadaan ekonominy, dan sy sllu brdoa dan mmbntu dy utk dpt pkrjaan yg lbh baik.

Krna keadaan ini sy bs dibilang abai dan sy mgkn gak bnr2 tau dan tdk ingin tau brpa uang yg dy miliki, hingga sy prnh cba liat saldony d intrnet bankingnya krna suami sy ini suka blnja online trnyata dy punya uang lbh dr saldo sy, hati sy sedih sy merasa dibodoh2i slma ini.

Sy mulai brtanya pd dy saat dy blnja online alasanny byk ada yg pnjm uang dr adeknya dan ada jg yg dibelikan bosnya, setiap sy mmbhs soal keuangan kmi sllu bertengkar dy sllu mrasa bnr dan blg saya sllu diprioritaskan pdhl kenyataanya tdk.

Klo bnr sya prioritas mgkn dy tdk akan blnja brg2 yg dy inginkan dan jg tdk mmbntu kluarganya sblm dy mmberikan nafkah kpda sy, smntara utk jajan dan beli hp nya saja msh saya yg berikan.

Saya sllu sabar, dan sy yakin ini akan brbh klo dy dpt pkrjaan lbh baik, dan akhirnya dy lulus pns tpi blm mulai bkrja, sblm dy bkrja kmi sdh mghitung2 gajinya dan dy blng nnti dr gajinya dy cm mmberi sy 20% dr gajinya, dr 20% ini sdh msk uang sekolah anak pokoknya msk semua, smntara sisanya utk mmbntu kluarganya dan utk dy blnja keinginannya.

Sy protes tpi ujung2ny jd brtgkar, stiap brtngkr sllu sy yg mmnta maaf krna dy tahan tdk menyapa sy smpe berminggu2 smntra sy tdk tahan jd sy mngalah demi hub ini.

Kmdian dy dpt jamsostek sbsr 17 juta, dr 17 juta ini dy ksh ke orgtuanya 3jta, ke kakaknya utk beli tv 4jt, dan 10 juta utk saya (tpi dr 10 juta ini sbnrnya utk biaya masuk sekolah anak 5 juta dan melahirkan 5juta, bebanr-benar tdk utk saya smntara semua kebutuhan ttp sy yg menanggung).

Kmdian dy jg meminjam uang ke saya 3.9 juta tpi gak tau jg kpn dibayar, dan sblmnya dy juga mnta uang ke sy 15 juta utk modal pkrjaan barunya sprti bli baju dll, ini jg tdk prnh dy pikirkan utk mmbyrnya ke sy.

Puncak prtengkaran kami adlh ketika sy sering melarangnya beli sepatu krna dy sdh punya 5 sepatu cm utk dikoleksi tdk utk dipake dan itu semua sepatu brg ori dan mahal, tapi dy masih ingin beli lagi, tapi tdk dy indahkan, sehari sblmnya dy pinjam uang lagi ke saya utk blnja dy sehari2 krna uang dy habis katanya, lalu sy pinjamkan, eh esok harinya dy beli sptu baru lagi.

Sy marah dan kesal, lalu sy blg k dy, sy sdh berusaha ngomong baik2 tpi jwbnnya kn itu dibeli dg uang dy kenapa sy marah, sy lgsg emosi krna dy blg uang dy, smntara semua kbthn yg saya tanggung gak prnh sy blg pke uang siapa, dan asal tau sja sepatu saya sj dan anak sy udh jelek dan robek sdkt tpi msh bs dipke sy gak beli krna sbnrnya sy jg punya hutang yg harus dibayar dan dy tau itu.

Lalu dy bilang ke saya dy berdoa supaya nnti dy punya bnyak uang dan kaya dy akan bls prlakuan sy ke dy agar saya tau rasa, dy sprti dendam gtu ke sy krna dy blg dy sensitif klo bahas soal uang.

Lalu sy krna emosi sy blg ingin pisah, lalu dy langsung mau aja, lalu sy teringat anak dan sy blg sy khilaf tapi dy jwb baik dy memaafkan sy, tapi nnti klo dy sdh byk uang dan kaya bs jdi kata2 pisah itu kluar dr mulut dy, dan jk itu trjdi di agama semua sdh tdk bs diperbaiki lagi.

Hati saya hancur, apa yg harus sy lakukan. Mohon pencerahannya. Trmksh. (RF)

Tim Ahli Menjawab:
Dear Ibu RF. Saya turut bersimpati atas masalah yang kini tengah ibu hadapi dalam berumah tangga. Dalam hal ini, saya sebatas memberikan tanggapan dalam perspektif personal finance. Uang dalam pernikahan memang sering sekali menjadi pangkal konflik yang akut. Perbedaan penghasilan antara suami dan istri, ketidakterbukaan salah satu pihak dalam mengelola keuangan, dan masalah seputar efek menjadi generasi sandwich, adalah hal-hal yang sering menjadi pemicu.

Namun, sebelum bicara tentang teknis pengelolaan keuangan dalam rumah tangga, hal mendasar yang perlu untuk diperbaiki adalah masalah komunikasi. Komunikasi antara suami dan istri perihal keuangan penting untuk dibangun dengan semangat keterbukaan dan kerjasama sebagai satu tim di sebuah keluarga. Komunikasi yang baik akan sangat membantu penyelesaian masalah lebih cepat.

Nah, perihal pengelolaan keuangan rumah tangga, saya sebatas memberi pandangan sebagai berikut: Pertama, upayakan untuk membangun komunikasi tentang pengelolaan keuangan rumah tangga. Bila suami sulit diajak bicara langsung atau justru sering memicu konflik saat berkomunikasi langsung, Ibu bisa menuliskannya dalam kertas. Ungkapkan keinginan Ibu agar Anda berdua sama-sama dapat memperbaiki dari awal lagi semuanya. Kedua, ungkapkan harapan Ibu tentang keterbukaan keuangan dalam rumah tangga. Di sini termasuk bagaimana Ibu ingin menjalankan peran mendukung keuangan keluarga dan harapan terhadap suami selaku kepala keluarga dalam keuangan rumah tangga.

Ketiga, ketahui berapa anggaran rumah tangga paling realistis misalnya untuk kebutuhan dasar, pengeluaran wajib (uang sekolah anak, cicilan pinjaman bila ada, pengeluaran utilitas seperti listrik, air, dan sebagainya). Bagi data tersebut kepada suami agar suami juga mengetahui berapa tepatnya kebutuhan pembiayaan rumah tangga Anda berdua. Keempat, ajak suami membuka rekening bersama (joint account). Rekening bersama ini bisa sama-sama diakses oleh pihak istri atau suami.

Sepakati tiap bulan berapa nominal yang masing-masing pihak harus setor sebagai sumber dana pembiayaan rumah tangga. Kelima, untuk sisa penghasilan masing-masing di luar kebutuhan rumah tangga, bisa disepakati pengelolaannya apakah diserahkan pada masing-masing (selama kebutuhan rumah tangga terpenuhi) atau disepakati juga alokasi pos-posnya. Misalnya, untuk mengisi saldo tabungan, atau pengeluaran gaya hidup, pengeluaran pribadi, dan lain sebagainya. Keenam, jalankan dulu beberapa lama dan terbukalah untuk penyesuaian cara pengelolaan keuangan rumah tangga yang paling nyaman untuk Ibu dan suami.

Pada akhirnya, uang memang penting. Namun, uang bukanlah tujuan. Uang sebatas alat supaya kehidupan bisa dijalankan lebih baik dan lebih nyaman. Terus tingkatkan kualitas komunikasi, keterbukaan dan saling menghargai, kelak uang tidak perlu menjadi pemicu konflik yang berlarut-larut. Tentu, kesemua itu perlu kerelaan masing-masing pihak untuk bekerja sama dan berubah menjadi lebih baik.

Demikian yang bisa saya sampaikan. Semoga bisa memberikan pencerahan.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
4
+1
1
+1
8
+1
21
Scroll to Top