Oleh: Safina Azzahrain Anwar – PPKS Satyagatra Universitas YARSI
Remaja, khususnya individu berusia 15 – 19 tahun dianggap sebagai penopang dan harapan masa depan bangsa. Berbagai permasalahan mulai dari masalah fisik, psikologis, masalah sosial, menjadi tanggungan masa peralihan ini. Salah satu dari masalah yang sering ditemukan dan tren-nya semakin meningkat akhir-akhir ini adalah berat badan berlebih, sampai obesitas pada remaja. Dilansir dari World Health Organization (WHO), terdapat 2,3 miliar remaja di atas 15 tahun mengalami berat badan berlebih, dengan 700 juta di antaranya mengalami obesitas. Permasalahan obesitas ini dapat ditinjau dari sisi eksternal maupun sisi internal seorang remaja.
Obesitas dapat terjadi karena adanya pola atau gaya hidup yang tidak sehat, asupan makanan dan minuman yang mengandung banyak gula ataupun lemak, minimnya aktivitas fisik dan olahraga yang dilakukan, dan faktor lainnya yang berperan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Septi et al. pada tahun 2023, ditemukan bahwa adanya hubungan antara screen time (waktu yang dihabiskan) dan aktivitas fisik dengan asupan energi pada remaja SMK di Banjarbaru.
Dalam praktik sehari-hari, sudah semestinya permasalahan obesitas pada remaja ini menjadi perhatian bagi semua orang. Informasi mengenai obesitas pada remaja, faktor penyebabnya, apa yang bisa dilakukan untuk menghindarinya perlu diberika kepada remaja secara tuntas.
Pemenuhan gizi untuk remaja sangatlah penting untuk menunjang kehidupan seorang individu kedepannya. Sementara menurut sebuah artikel yang dikeluarkan oleh Hilmi et al. pada tahun 2023 tentang edukasi remaja sadar gizi, didapatkan bahwa pemenuhan gizi di Indonesia masih sangat rendah. Pemenuhan gizi yang tidak seimbang ini dapat berujung pada tidak terpenuhinya zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, asam folat, kalsium, vitamin A dan D, zink, dan lain-lain. Meskipun hal ini tidak selalu berjalan lurus dengan berat badan. Seorang remaja bisa saja mengalami obesitas namu pemenuhan gizinya tetap tidak adekuat, atau bisa juga cenderung berlebihan. Hal ini dikarenakan adanya pola makan yang tidak sesuai dan tidak memenuhi standar minimal pemenuhan gizi seimbang.
Baca Juga: Calon Pengantin, Konsumsi Makanan Sehat Sebelum Pernikahan Agar Tetap Bugar
Apabila gizi seimbang tidak tercapai, berbagai penyakit bisa timbul, contohnya adalah anemia, atau penyakit degeneratif kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, bahkan sampai kematian. Hal ini dapat menurunkan kualitas dari remaja-remaja yang nantinya akan beranjak dewasa dan bergerak sebagai agen perubahan di negaranya.
Menurut Hamulka et al. tahun 2018, faktor penyebab obesitas dapat berupa faktor genetik, fisiologis, lingkungan, sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Faktor genetik dapat disebabkan adanya riwayat obesitas pada keluarga. Sedangkan faktor lingkungan dapat disebabkan oleh faktor eksternal berupa perubahan gaya hidup, seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman cepat saji, yang banyak mengandung gula, garam, dan lemak, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, yang dapat disebabkan oleh tingginya screen time dan sifat malas untuk bergerak.
Beberapa makanan dan minuman tinggi gula menjadi tren di seluruh dunia akhir-akhir ini. Munculnya berbagai pilihan yang tampak menggiurkan tidak menjamin pemenuhan gizi seimbang bisa terpenuhi. Sebagai contoh, menurut Permenkes No. 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200 kkal), atau setara dengan 4 sendok makan gula per harinya. Namun pada fakta di lapangan, satu gelas minuman kemasan bisa mengandung 5 – 6 sendok gula makan.
Dengan pola hidup yang tidak terjaga bisa membuat seseorang mengalami obesitas. Dampak dari obesitas ini sendiri bagi remaja bisa meliputi berbagai aspek dalam kehidupannya. Seorang remaja yang cenderung memiliki berat badan lebih ataupun obesitas dapat mengalami kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari. Badan akan terasa mudah lelah, sulit mengatur napas, adanya peningkatan resiko cidera dan patah tulang, bahkan sampai penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) maupun diabetes. Selain itu, obesitas juga berdampak pada kesehatan mental seseorang. Selain adanya permasalahan penyakit pada remaja, tingkat bullying pada remaja juga harus diperhatikan karena angka kejadiannya masih terbilang tinggi. Seseorang dengan obesitas bisa memiliki masalah seperti kecemasan, depresi, kurangnya percaya diri, dan terkena intimidasi dan isolasi sosial, yang nantinya akan berdampak pada keberlangsungan hidup seorang remaja.
Di balik itu, beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah obesitas pada remaja, seperti yang dicanangkan oleh KEMENKES RI, melalui 11 tips untuk anak dan remaja:
- Tidak makan sambil nonton tv
- Batasi penggunaan gadget
- Perbanyak aktivitas di luar ruangan
- Biasakan makan dengan keluarga
- Biasakan selalu sarapan sehat
- Biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah
- Batasi makanan siap saji dan pangan olahan, jajanan, dan makanan selingan yang manis, asin, dan berlemak
- Banyak makan sayur dan buah
- Menkonsumsi aneka ragam pangan
- Tidak merokok dan minum minuman beralkohol
- Hindari minuman ringan dan bersoda
Baca Juga: 7 Persiapan yang Wajib Dilakukan Sebelum Promil Agar Bayi Terlahir Sehat
Dalam tren dunia yang semakin banyak menghadirkan makanan dan minuman yang tidak sehat, tentu sulit untuk menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari, terlebih bagi remaja. Namun, dengan rutin dilakukannya edukasi mengenai bahaya dan dampak dari obesitas, diharapkan dapat menekan angka obesitas, dan juga mencanangkan pola hidup dan makan sehat sesuai anjuran gizi seimbang.
REFERENSI
- P2PTM KEMENKES (2018) ‘Tips Pencegahan Obesitas untuk Anak dan Remaja’.
- P2PTM KEMENKES (2019). ‘Kandungan Gula dalam Es Teh Tawar, Teh/Kopi, dan Minuman Soda’.
- Kementerian Kesehatan (2018). Epidemi Obesitas. In Jurnal Kesehatan (pp.1 – 8). http://www.p2ptm.kemenkes.go.id/dokumen-ptm/factsheet-obesitasi- kit-informasi-obesitas
- Hamulka, J, et (2018). ‘Effect of an education program on nutrition knowledge, attitudes toward nutrition, diet quality, lifestyle, and body composition in polish teenagers.’ The ABC of healthy eating project: Design, protocol, and methodology. Nutrients, 10(10). https://doi.org/10.3390/nu10101439
- Septi, NI, et (2023). ‘Screen Time dan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi pada Remaja Obesitas’. Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO).
- Hilmi , et al. (2023). ‘Edukasi Remaja Sadar Gizi’. Jurnal Abdimas Indonesia.