Setelah menikah, suami istri biasanya membuat kesepakatan tentang perlunya istri bekerja atau tidak. Posisi suami bekerja adalah mutlak sehingga tidak banyak yang mempermasalahkan, karena tanggungjawab nafkah memang berada di pundak suami.
Sedangkan istri memiliki peran sebagai ganda sebagai pengelola rumah tangga, beban bekerja sering diperdebatkan. Sebagian suami merasa keberatan bila istrinya bekerja. Alasannya agar bisa fokus pada keluarga. Namun, di era emansipasi, perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja.
Kesepakatan untuk bekerja atau tidak setelah menikah perlu dikomunikasikan dengan baik. Karena ketika istri bekerja, ada konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung oleh keluarga. Suami harus paham kelebihan dan kekurangan istri bekerja. Jangan sampai kemauan istri untuk bekerja tidak mendapat dukungan suami, sehingga menjadi sumber permasalahan dalam rumah tangga. Berikut plus minus istri bekerja.
Nilai Plus
Pekerjaan identik sebagai sumber penghasilan. Jika istri bekerja secara otomatis memiliki sumber penghasilan tambahan. Beban ekonomi keluarga tidak harus ditanggung sendirian oleh suami. Dengan bekerja bersama, kemungkinan untuk menabung semakin besar sehingga bisa mencapai target keuangan keluarga lebih cepat.
Dengan bekerja, istri juga akan memiliki kesempatan untuk memperluas pergaulan.
Istri bisa berinteraksi banyak orang dari mulai atasan, teman kerja, kepala HRD dan masih banyak lagi. Memperluas pergaulan ini tentunya sangat penting untuk kehidupan bersosialisasi sekaligus menambah pergaulan para istri.
Ketika istri memiliki penghasilan sendiri dia bisa memenuhi kebutuhan dirinya dengan baik dan tidak tergantung sepenuhnya pada suami. Aktivitias istri yang beragam membuatnya bisa mengekpresikan kemampuan diri dengan baik, kepercayaan diri ibu juga tinggi sehingga tidak mudah depresi.
Depresi tidak hanya dipicu oleh banyak hal dari luar diri sendiri. Rasa marah, cemas dan sedih yang berasal dari diri sendiri bisa menyebabkan seorang istri menjadi depresi. Ketika menjadi istri yang bekerja, maka mereka akan lebih sedikit punya waktu untuk menyimpan perasaan negatif tersebut, sebab ada hal lain yang harus dipikirkan dan dikerjakan serta semua tugas yang harus selesai tepat waktu. Dengan bekerja maka berbagai penyebab depresi tersebut tidak akan mudah dirasakan oleh istri.
Disadari atau tidak, ketika istri bekerja, anak-anak menjadi lebih mandiri karena terbiasa melakukan semua sendiri. Perlahan-lahan kebiasaan mandiri ini tertanam dengan baik sehingga ketika dewasa mereka tidak kaget karena harus hidup terpisah jauh dari orang tua mereka.
Melihat orangtuanya bekerja sejak kecil, anak belajar tentang kesetaraan lelaki dan perempuan sejak kecil. Khusus anak perempuan, dia akan tumbuh dengan percaya diri karena ibunya menjadi gambaran nyata wanita dewasa yang hidup tidak hanya sekadar menemukan kekasih serta menikah. Ini juga akan mengajarkan anak perempuan untuk bisa mengembangkan potensi dan memiliki posisi.
Anak laki-laki akan terbiasa ikut melakukan pekerjaan rumah tangga karena terbiasa mandiri. Ketika menikah kelak, dia memiliki kesadaran yang tinggi untuk berbagi peran dan tugas dalam rumah yangga. Sehingga tidak merasa malu untuk ikut membersihkan rumah atau mencuci piring.
Setiap ibu yang bekerja harus mampu membagi waktu dengan baik. Sebelum bekerja sudah mempersiapkan kebutuhan anak, pulang kerja akan melakukan evaluasi kegiatan anak. Kebiasaan ini membuat anak mengerti cara manajemen waktu antara bermain dengan belajar.
BACA JUGA:
- 6 Tanda Kekasihmu adalah Calon Istri yang Baik
- Menikah Berarti Suami Siap Menafkahi, Istri Mampu Mengelola Keuangan Keluarga
- 8 Kewajiban Suami Istri yang Harus Kamu Tahu Sebelum Menikah
Kekurangan Istri Bekerja
Semua kelebihan istri bekerja tentu akan diikuti kekurangannya juga. Tidak mungkin kita hanya menginginkan kelebihannya tanpa menerima kekurangan istri bekerja. Yang paling nampak jelas adalah waktu dan konsentrasi istri harus terbagi.
Dikutip dari Okezone.com, Psikolog Dewasa Zarra Dwi Monica, MPsi, istri yang bekerja harus membagi waktu dan pikirannya antara kebutuhan rumah tangga dan bekerja. Ada kalanya kebutuhan rumah harus terpinggirkan ketika pekerjaan menyita waktu dan energinya.
Karena itu diperlukan pengertian lebih ketika istri bekerja. Sebab, karena sama-sama bekerja, istri dan suami harus paham tekanan atau stres dalam pekerjaaan.
Berbagi tugas domestik adalah cara mewujudkan pengertian tersebut. Suami tidak bisa menuntut istri menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sendirian. Idealnya, suami juga turut mengasuh anak bersama.
Istri yang bekerja harus rela kehilangan waktu untuk menemani anak tumbuh dan berkembang. Menjadi wanita karir juga berarti mengurangi kesempatan ibu untuk menemani anak anak mereka ketika belajar. Selain itu, Ibu tidak bisa mengontrol konsumsi anak secara langsung. Ini membuat ibu sering merasa bersalah.
Selain penghasilan bertambah, pengeluaran ketika istri bekerja juga bertambah. Baby sitter atau pengasuh adalah sebuah keharusan karena harus meninggalkan anak di rumah. Biaya Hidup biasanya akan menjadi lebih besar dengan bertambahnya orang yang tinggal di rumah.
Ada persoalan lain yang membayangi istri bekerja yaitu rasa iri suami. Terkadang suami ditambah egonya sebagai laki-laki, mungkin merasa tersaingi atau merasa harga dirinya turun karena istri memiliki karier yang lebih baik.
Karena itu, perlu komunikasi yang intens dan terus menerus dijaga agar perasaan ini tidak muncul kemudian membuat rumah tangga bermasalah. Kembali pada kesepakatan di awal tentang pilihan istri bekerja. Suami yang mengizinkan istri bekerja tentu sudah mempertimbangkan baik dan buruknya. Keputusan akhir ada pada orang yang menjalaninya.