Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Mental Sebelum Menikah

Table of Contents

oleh: Feny Nur Anggraeni

Dikit-dikit kesehatan mental, sebentar-sebentar mau healing. Eits jangan salah, seperti kesehatan fisik, kesehatan mental juga harus mendapatkan perhatian yang sama. Kesehatan mental secara sederhana dapat diartikan sebagai kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, atau psikis seseorang. Sementara menurut World Health Organization (WHO) kesehatan mental adalah keadaan di mana seorang individu menyadari kemampuannya dalam mengatasi stres, bekerja secara produktif, serta berkontribusi terhadap komunitasnya. Masih menurut WHO, seseorang belum dapat dikatakan sehat apabila keadaan fisik, mental, serta sosial belum dalam kondisi sejahtera.

Baca Juga: Manfaat Dukungan Sosial Untuk Kesehatan Mental Remaja

Selama ini masih banyak yang beranggapan bahwa jenis kesehatan mental kebanyakan adalah “gila”, padahal terdapat beberapa jenis kesehatan mental sepertig gangguan kecemasan, gangguan mood, gangguan psikotik, gangguan perilaku, bahkan gangguan makan juga termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Pengetahuan mengenai kesehatan mental sangat dibutuhkan. Demikian pula ketika berencana membangun rumah tangga. Setelah menikah tentunya akan semakin banyak hal yang harus diurus dan terkadang sangat menyita energi dan pikiran.

Umumnya individu baik yang belum maupun sudah menikah hanya berfokus pada kesehatan fisik saja, atau yang terlihat dari luar saja. Jarang sekali orang mulai memahami pentingnya kesehatan dan kesejahteraan mental. Sebagai contoh ketika seseorang terkena flu berat ia akan segera berobat, tapi apakah kita pernah berfikir sebetulnya seberapa sehat mental kita? Apakah mental kita baik-baik saja? Gangguan atau permasalahan mental (kejiwaan) sering kali tidak terlihat dari luar, dalam artian kondisi fisik terlihat baik-baik saja. Akan tetapi orang yang mengalami masalah kesehatan mental akan mengalami penurunan motivasi, sulit mengontrol emosi, ketidakstabilan perasaan, susah untuk berkonsentrasi, dan akan sulit menghadapi permasalahan hidup. Lambat laun kondisi yang demikian akan mempengaruhi kualitas hidup individu maupun rumah tangga.

Untuk mewujudkan keluarga bahagia sejahtera fisik dan mental, dibutuhkan kedua belah pihak (suami dan istri) yang saling memahami dan memberikan dukungan untuk pencapaian bersama. Lalu adakah tips untuk menghindari gangguan mental dalam sebuah pernikahan? Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan mental dalam sebuah pernikahan:

  • Memilih Pasangan yang Tepat
    Menikah bukan sebuah perlombaan, siapa cepat dia yang menang. Jangan menikah karena suatu tuntutan dari orang tua atau keluarga hanya karena usia kita dianggap sudah cukup tua untuk menikah. Pernikahan adalah suatu proses kehidupan dalam jangka panjang, sehingga perlu dipersiapkan segala sesuatunya bukan hanya dari segi materi tapi juga dengan siapa kita akan menikah. Menikah dengan konsep perjodohan dimana kedua calon pengantin belum saling mengenal lama, bisa menjadi sebab bahwa pernikahan tidak akan berjalan dengan baik. Begitu pun sebaliknya, pernikahan yang didahului telah mengenal dekat dalam waktu lama juga tidak menjamin pernikahan akan langgeng. Yang paling penting adalah kita menemukan pasangan yang memiliki sifat yang dapat mendukung keharmonisan suatu pernikahan seperti sifat sabar, jujur, tekun, tanggung jawab, dan memegang komitmen.
  • Ikhlas
    Terkadang sebuah rumah tangga harus dihadapkan pada permasalahan maupun tantangan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Masalah tersebut bisa datang dari dalam maupun luar rumah tangga. Saya sendiri pernah mengalami suatu tantangan hidup yang menurut saya sangat sulit saya terima. Dua tahun lalu suami saya harus dipindahtugaskan ke luar kota yang cukup jauh dan sulit dijangkau. Di awal sudah terbayang bagaimana beratnya harus menjalani long distance marriage dimana saya tetap harus bekerja sembari mengurus rumah tangga sendirian. Tetapi lambat laun saya mulai menyadari bahwa mutasi dinas ini adalah jalan Tuhan untuk menaikkan karir suami saya dan akan membawa kehidupan yang lebih baik untuk keluarga di masa depan. Dengan mengubah sudut pandang ke arah yang lebih positif pelan-pelan kita bisa menumbuhkan keikhlasan dalam diri kita.
  • Mengelola Stres dengan Baik
    Stres merupakan reaksi tubuh seseorang ketika merasa dalam suatu ancaman, tekanan, atau situasi baru yang membutuhkan adaptasi. Pada dasarnya tidak semua stres bersifat buruk. Eustress atau stres yang baik adalah stres yang justru membuat manusia merasa semakin bersemangat dalam hidup dan termotivasi untuk menjadi lebih produktif. Namun banyaknya problematika dalam hidup dapat membuat stres yang tidak terkendali. Terlebih jika kita tidak memiliki kapasitas untuk mengelola stres dengan baik. Tentu saja manusiawi mengalami dan merasakan tekanan berlebih, tetapi tidak perlu berlarut-larut. Merasakan tekanan berlebih yang terjadi dalam jangka waktu panjang bisa mendorong terjadinya gangguan kejiwaan seperti psikosomatis dan gangguan kecemasan. Cari cara untuk mengalihkan antara lain dengan relaksasi, melakukan hobi, atau sekedar menikmati taman di sekitar tempat tinggal.
  • Komunikasi yang Baik dan Sering Deep Talk dengan Pasangan
    Seorang psikolog, Ibu Elly Risman pernah mengatakan bahwa menikah itu 70% isinya ngobrol, ngobrol soal kegiatan sehari-hari, ngobrol soal keuangan, ngobrol soal mendidik dan pendidikan anak, ngobrol hal-hal random yang masih banyak lagi. Ngobrol atau menciptakan komunikasi yang baik selain bisa untuk menambah keharmonisan rumah tangga juga bisa membantu melepaskan penat setelah beraktivitas seharian. Terlebih bagi wanita bekerja, mengobrol santai dengan pasangan sepulang kantor bisa menjadi salah satu cara mengurangi stres sekaligus membangkitkan semangat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan kita menemukan dulu pasangan yang juga memandang komunikasi yang baik sebagai hal penting dalam sebuah pernikahan.
  • Menyederhanakan Hidup dan Pikiran
    Sah-sah saja jika kita memiliki suatu ambisi dalam hidup. Akan tetapi menjadi ambisius dan terlalu memaksakan sesuatu diluar kemampuan kita dapat memberikan kerugian bukan saja dalam kesehatan fisik tapi juga mental. Apalagi jika ambisi yang sudah ditanam sejak lama tidak tercapai, bisa menjadi pemicu rasa frustasi. Mengoptimalkan usaha, berdo’a, namun tetap mengukur kemampuan hal yang harus dilakukan untuk mencapai keinginan. Sebagai contoh, jika ingin memiliki mobil sementara uang kita hanya cukup untuk membeli motor, kita tidak perlu memaksakan diri sampai berhutang atau mengambil pekerjaan tambahan yang menyita waktu dan tenaga berlebihan. Kita bisa membeli motor dahulu, atau menabung sampai terkumpul uang yang cukup untuk membeli mobil.
  • Self Care
    Self care atau perawatan diri adalah suatu cara atau tindakan setiap individu untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, serta emosional tanpa bantuan tenaga medis. Jika dilakukan secara rutin, self care bisa mengurangi stres, meredakan kecemasan, menstabilkan perasaan atau suasana hati, dan meningkatkan motivasi. Self care sebetulnya mudah saja dilakukan dan bisa tidak membutuhkan banyak biaya. Contoh sederhana self care antara lain menjalani pola hidup sehat (makan bergizi, cukup istirahat, olah raga teratur, menghindari alcohol dan narkotika), menjaga kebersihan diri, dan meditasi atau relaksasi.
  • Memilih Asupan yang Baik untuk Pikiran
    Di era yang serba digital, akses terhadap informasi dan berita sangat mudah didapat. Akan tetapi, tidak semua informasi yang kita peroleh adalah benar-benar informasi yang kita butuhkan. Apa yang terlihat di sosial media tidak semua baik untuk kesehatan mental kita, gosip artis, pertikaian, kriminalitas, status whatsapp provokatif atau berisi keluhan tanpa disadari sedikit banyak bisa mengganggu kesehatan mental. Jika sosial media yang kita ikuti sering membagikan gosip dan berita yang tidak bermanfaat, jangan ragu untuk berhenti mem-follow. Daripada terus menerus memberi asupan negatif untuk pikiran, lebih baik ganti tontonan kita ke kanal afirmasi positif dan pengembangan diri.
  • Dukungan Sosial
    Kesehatan mental seseorang juga dapat dipengaruhi dari adanya dukungan sosial yang diberikan, bisa dari teman, keluarga, maupun komunitasnya. Perhatian dan pengertian terutama ketika seseorang dalam masa sulit sangat membantu secara signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan koneksi sosial yang kuat memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Baca Juga: Ini Lho Pentingnya Me Time Buat Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Setelah membaca beberapa tips di atas, mari kita pelajari dan pahami pentingnya kesehatan mental sebelum kita membangun keluarga yang bahagia sejahtera.

 

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
22
+1
7
+1
1
+1
0
Scroll to Top