Patahkan Generational Curse: Keluarga Muda dan Tabungan Hari Tua

Keluarga Milenial (Foto: Pexels)

Table of Contents

Oleh: Frishe Maulidiannisa Pangestu, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, IPB University

Sandwich generation menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas, utamanya di negara berkembang seperti Indonesia. Istilah ini merujuk pada suatu kondisi individu yang terjebak dalam posisi sebagai penanggungjawab sekaligus pengasuh bagi orang tua dan anak-anak mereka, karena keadaan dan faktor tertentu (Hurtley, 2007). Pada perkembangannya, makna sandwich generation kian meluas di masyarakat, salah satunya yang populer ialah mereka menghidupi tiga generasi atau anggota keluarga besar yang lain. Peran berlapis inilah yang menggambarkan kelompok masyarakat sandwich generation sebagai sebuah roti isi.

Baca juga: Keluarga Muda, Siapkan Jaring Pengaman Keuangan sebelum Punya Anak

Sebagian masyarakat masih percaya bahwa hal ini merupakan sebuah bentuk bakti dari seorang anak untuk orangtuanya hingga lanjut usia, sekaligus wujud tanggung jawab mereka kepada orang tua. Namun kenyataannya, seseorang yang terjebak dalam situasi ini dapat mengalami tekanan psikologis dan konflik diri yang luar biasa.

Pada konteks pasangan muda yang baru menikah, situasi ‘terjepit’ ini menempatkan mereka pada posisi yang rentan. Kelompok dewasa muda umumnya belum mencapai puncak karier atau kondisi finansial yang stabil, sedangkan tuntutan untuk menafkahi orang tua dan keluarga mereka sendiri dapat menjadi pemicu stres yang signifikan. Jumlah tanggungan yang lebih berat ini menyebabkan generasi sandwich memiliki kewajiban ekonomi yang lebih besar, tetapi kepuasan yang cenderung lebih rendah dibandingkan mereka yang bukan bagian dari generasi sandwich. Hal ini sangat sejalan dengan hasil penelitian oleh Solberg et al. (2014) yang menemukan bahwa status sebagai sandwich generation berimplikasi terhadap kesehatan, stres, cemas, dan dinamika pernikahan. Kondisi yang rentan inilah yang dapat menjadi ancaman bila tidak ditangani, seperti berkurangnya kepuasan pernikahan, rendahnya ketahanan dan kesejahteraan keluarga, hingga munculnya potensi perceraian.

Dikutip dari Nuryasman & Elizabeth (2023), lahirnya generasi sandwich dapat disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya literasi keuangan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya literasi keuangan yang berpotensi menyebabkan seseorang kurang menyadari pentingnya kemandirian finansial di masa tua, sehingga cenderung enggan menyiapkan tabungan hari tua sedini mungkin. Akibatnya, saat memasuki usia non-produktif, mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tidak adanya penghasilan rutin seperti dulu. Pada akhirnya, ketidakmampuan tersebut kemudian menjadi ‘kemalangan’ kepada keturunan dan generasi selanjutnya untuk bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan mereka sebagai kelompok lanjut usia.

Baca juga: Yuk Pelajari, Ini Contoh Tabel Perencanaan Keuangan Keluarga

Bagaimana kemudian tabungan hari tua dapat berperan dalam mematahkan kutukan ini?
Masa pensiun merupakan salah satu masa transisi dalam aspek peran, keinginan, pandangan hidup, dan pola hidup bagi tiap individu (Aulia et al., 2019). Bahkan, Garman dan Forgue (1994) mengemukakan bahwa pendapatan yang cenderung menurun serta kesehatan yang kian memburuk merupakan masalah yang dialami setelah pensiun.

Dengan dana yang terkumpul dan segala perencanaan yang dilakukan sejak usia produktif, saat memasuki fase pensiun seseorang tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Peran dari tabungan hari tua bukan hanya untuk menghindari kekhawatiran finansial dalam hal menjaga daya beli ketika terjadi inflasi di masa depan, tetapi juga dalam pengadaan dana kesehatan, mengingat kondisi kesehatan yang akan kian menurun seiring bertambahnya usia.

Dengan demikian, kesejahteraan keuangan di hari tua memerlukan persiapan yang cermat dan optimal, sehingga menjadi begitu penting untuk keluarga muda mulai melakukan intervensi, agar kemudian kutukan generasi atau generational curse ini tidak terulang kembali.

Lantas, bagaimana caranya? Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh keluarga muda dalam menyiapkan tabungan hari tua.

1. Meningkatkan literasi keuangan.

Banyak penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa literasi keuangan adalah bagian yang penting dalam mencapai kesejahteraan keuangan (Aulia et al., 2019). Temuan lain oleh Kurniawan et al. (2020) juga menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan dan perilaku keuangan. Dengan kata lain, literasi keuangan yang baik akan mendukung seorang individu dalam pengambilan keputusan finansial dan perilaku yang dilakukan terhadapnya, sehingga berpotensi mendukung kondisi finansial yang lebih baik di masa depan.

2. Menyusun perencanaan keuangan.

Dikutip dari OJK, perencanaan keuangan dapat dilakukan melalui lima langkah, yaitu:

  1. Mengevaluasi kondisi keuangan;

  2. Menyusun tujuan-tujuan keuangan;

  3. Menyusun perencanaan keuangan;

  4. Melaksanakan perencanaan yang sudah disusun: dan

  5. Meninjau dan menyempurnakan rencana keuangan yang telah dijalankan secara periodik.

Perencanaan keuangan yang didukung oleh literasi keuangan yang baik memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan keluarga usia pensiun (Aulia et al., 2019), meskipun hal ini juga perlu disertai dengan adanya aspek pendidikan dan kepemilikan aset.

3. Memilih investasi yang tepat.

Dengan mempertimbangkan kemampuan dan preferensi, memilih jenis dan produk investasi yang tepat dapat mendukung pencapaian tujuan keuangan keluarga di hari tua. Dalam aspek inilah tingkat literasi keuangan yang baik berperan penting dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Secara umum, semakin dini investasi dilakukan maka semakin baik pula hasil yang didapatkan.

4. Mendaftar perlindungan asuransi dan program pensiun.

Memiliki produk asuransi sama artinya dengan menurunkan risiko terhadap kerugian finansial dalam situasi tidak terduga di masa depan. Terlibat dalam program pensiun juga memungkinkan keluarga usia tua menerima penghasilan secara rutin tiap bulan, sehingga kebutuhan sebagai lanjut usia tetap terpenuhi secara mandiri.

Dengan melihat keputusan financial sebagai bagian dari keseluruhan akan dapat menjadi pertimbangan dalam menyiapkan tabungan hari tua oleh para keluarga muda. Namun, sangat direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan profesional terlebih dahulu. Pentingnya menyiapkan hari tua yang bebas dari kekhawatiran finansial dan tidak mengulangi generational curse yang sama memerlukan intervensi yang lebih kompleks dan spesifik, bergantung pada kondisi dan kemampuan setiap keluarga. Oleh karena itu, memanfaatkan peran penasihat keuangan dan sumber informasi terpercaya, yang dapat membantu keluarga muda dalam menyiapkan tabungan hari tua dan akhirnya mematahkan kutukan generasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, N., Yuliati, L. N., & Muflikhati, I. (2019). Kesejahteraan keuangan keluarga usia pensiun: Literasi keuangan, perencanaan keuangan hari tua, dan kepemilikan aset. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 12(1), 38–51. https://doi.org/10.24156/jikk.2019.12.1.38
Garman, E.T., Forgue, R.E. (1994). Personal Finance 4th Edition. USA: Houghton Mifflin Company
Hurtley, R. (2007). The sandwich generation. Journal of Dementia Care, 15(4), 16–17. https://doi.org/10.4324/9781351264044-18
Kurniawan, H., Nurwati, S., & Sarlawa, R. (2020). Pengaruh literasi keuangan terhadap keputusan keuangan dan perilaku keuangan sebagai variabel intervening mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya. Jurnal Manajemen Sains Dan Organisasi, 1(1), 50–63. https://e-journal.upr.ac.id/index.php/jmso/article/download/2372/2113
Nuryasman, M., & Elizabeth, E. (2023). Generasi sandwich: Penyebab stres dan pengaruhnya terhadap keputusan keuangan. Jurnal Ekonomi, 28(1), 20–41. https://doi.org/10.24912/je.v28i1.1322
Solberg, L. M., Solberg, L. B., & Peterson, E. N. (2014). Measuring the impact of stress in sandwich generation caring for demented parents. GeroPsych: The Journal of Gerontopsychology and Geriatric Psychiatry, 27(4), 171–179. https://doi.org/10.1024/1662-9647/a000114

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
2
+1
0
+1
0
+1
0
Scroll to Top