Lepas masa balita, anak mulai berfikir kritis. Memasuki usia 6 tahun, anak tak mau taat dengan perintah yang diberikan orangtua begitu saja. Banyak pertanyaan yang diajukan sebelum melakukan perintah orangtuanya. Inilah saat yang tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak.
Tak usah kaku kemudian membayangkan pelajaran disiplin harus dilakukan seperti di sekolah. Disiplin bisa diajarkan pada anak dari hal-hal kecil yang terjadi di rumah setiap hari.
Cobalah untuk membuka komunikasi dua arah, jangan sekedar memberi perintah. Jelaskan pada Si Kecil tentang perlunya melakukan ini dan itu. Jika anak masih bertanya, jawablah sampai dengan anak paham dan bersedia melakukan apa yang orangtua perintahkan.
Jelaskan kepadanya aturan di rumah, seperti membereskan mainan, merapikan tempat tidur, dan tidak menangis ketika tidak mendapatkan hal yang diinginkan. Beri piilhan ketika Si Kecil tidak bersedia melakukan aturan tersebut. Misalnya, ketika mainan tidak dibereskan mainan akan dibuang ke tempat sampah karena membuat rumah berantakan. “Bereskan atau buang tempat sampah?” pertanyaan seperti ini akan membuat anak paham pentingnya mengikuti aturan keluarga.
BACA JUGA:
- Cara Menghadapi Anak Remaja yang Tak Menuruti Kehendak Orangtua
- Yuk Ajarkan Anak Mandiri Sejak Dini, Ini Caranya
- Ternyata, Anak Sudah Jago Matematika Sejak Bayi. Tapi, Kenapa Sering Kesulitan Saat Sekolah?
Disiplin lain yang bisa diterapkan adalah menata tempat tidur, membuang sampah pada tempatnya, membatasi waktu bermain. Jadilah contoh untuk anak, karena orangtua adalah cermin anak. Mereka akan meniru apa yang orangtua lakukan. Jangan sampai kita meminta anak membuang sampah pada tempatnya, tapi orangtua justru sembarangan membuang sampah.
Kemudian tanyakan apakah dia keberatan dengan hal itu, serta peraturan atau konsekuensi apa yang tepat menurut Si Kecil. Dengarkan pendapatnya dengan cermat. Diskusikan hal ini di tempat yang nyaman sehingga anak merasa rileks, misalnya di kamar atau taman bermain.
Ketika anak melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang berlaku, biarkan dia menerima konsekuensinya. Orangtua harus tega melihat anak menjalani konsekuensi atas ketidakdisiplinannya. Karena ini tahap yang penting untuk meletakkan dasar disiplin pada anak.
Tapi tak perlu juga membesarkan kesalahan yang dibuat anak. Kesalahan anak merupakan proses untuk menjadikannya lebih baik. Diskusikan mengenai kesalahan yang dilakukannya dan tawarkan solusi yang agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Setelah menjalani konsekuensinya, jangan ungkit-ungkit kesalahan anak. Ini akan membuat anak merasa tertekan dan malu.
Sebaliknya, jika anak bersikap baik jangan ragu untuk memberikan kejutan kepada anak dalam bentuk pujian atau hadiah. Bisa juga tanyakan hadiah yang diinginkan anak ketika bisa disiplin dengan aturan dalam jangka waktu tertentu. Dengan membentuk kebiasaan, anak akan terbiasa dan merasa senang menerapkan aturan yang berlaku kapan dan di mana saja.
Menerapkan disiplin pada anak bermanfaat untuk melatih cara mengontrol emosi dan menentukan pilihan yang baik untuk dirinya sendiri . Kelak ketika anak sudah dewasa dan harus mandiri, disiplin akan diperlukan dalam hubungan bermasyarakat. Sikap konsisten adalah hal terpenting dalam menerapkan disiplin pada anak. Berusahalah untuk konsisten dengan peraturan yang disepakati.