Lelah Jadi Keras pada Diri Sendiri? Yuk Kenalan Sama Self-Compassion

Cover - Lelah Jadi Keras pada Diri Sendiri Yuk Kenalan Sama Self-Compassion

Table of Contents

Athiyyah Khoirunnisaa – Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera Universitas YARSI

 

Pernah nggak sih kamu merasa terlalu sering menyalahkan diri sendiri saat gagal? Merasa nggak cukup baik padahal sudah berusaha keras? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang kekurangan self-compassion.

Self-compassion atau kasih sayang pada diri sendiri adalah cara sehat untuk menghadapi kegagalan, kekecewaan, atau situasi sulit tanpa harus menghakimi diri secara berlebihan. Konsep ini mengajarkan kita bersikap lembut kepada diri sendiri, sama seperti kita bersikap peduli kepada teman yang sedang susah. Banyak orang lupa kalau memberi pengertian pada diri sendiri itu sama pentingnya dengan meraih pencapaian apa pun.

Baca Juga: Pentingnya Mengenali Diri Sendiri Sebelum Menikah

Self-compassion bukan berarti memanjakan diri atau membenarkan semua kesalahan. Ini tentang menerima bahwa manusia pasti punya kekurangan. Ketika kita bisa memaklumi diri, kita akan lebih mudah bangkit lagi dan mencoba hal baru. Sikap ini juga membantu mengurangi stres dan perasaan gagal yang muncul akibat kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain.

Self-compassion terdiri dari tiga elemen utama. Pertama, self-kindness, yaitu kemampuan memperlakukan diri dengan pengertian alih-alih kritik yang keras. Kedua, common humanity, yakni kesadaran bahwa semua orang pernah salah, sehingga kegagalan bukan hanya beban kita sendiri. Ketiga, mindfulness, yaitu keberanian menghadapi emosi negatif dengan jernih tanpa berusaha menolak atau membesar-besarkannya.

Menariknya, ada banyak faktor yang memengaruhi seberapa tinggi self-compassion seseorang. Kepribadian, pola asuh orang tua, budaya, dan pengalaman masa kecil semua punya peran. Orang yang tumbuh di lingkungan yang hangat dan suportif cenderung lebih mudah bersikap lembut kepada diri sendiri. Sebaliknya, jika terbiasa menerima kritik tajam sejak kecil, kita sering tumbuh jadi pribadi yang keras pada diri sendiri.

Sikap terlalu keras pada diri sendiri bisa membuat tekanan semakin berat. Kita jadi mudah merasa tidak layak dihargai atau gagal memenuhi ekspektasi. Padahal, kalau mau berhenti sejenak dan belajar menerima keadaan, kita akan sadar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan bukti kita tidak pantas dicintai atau dihargai.

Self-compassion juga erat kaitannya dengan kemampuan mengelola emosi sehari-hari. Saat kita belajar menerima perasaan kecewa atau marah tanpa menghakimi, pikiran jadi lebih jernih. Kita pun lebih mampu membuat keputusan yang baik tanpa didorong rasa takut atau malu yang berlebihan. Itulah mengapa self-compassion sering disebut sebagai salah satu cara sederhana untuk menjaga kesehatan mental.

BACA JUGA ARTIKEL  Millenials Bertanya, BKKBN Menjawab

Baca Juga: Capek Jadi Emosian? Coba Kenalan Sama Regulasi Emosi!

Kalau kamu ingin mulai menerapkan self-compassion, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dicoba. Pertama, berhenti membandingkan hidupmu dengan orang lain. Ingat, apa yang terlihat sempurna di luar sering kali hanya potongan kecil dari kenyataan. Kedua, biasakan berbicara pada diri sendiri dengan kalimat yang lembut. Saat melakukan kesalahan, cobalah berkata, “Tidak apa-apa, semua orang pernah salah,” daripada langsung menyalahkan diri. Ketiga, beri ruang untuk istirahat dan mengisi ulang tenaga. Istirahat bukan tanda malas, tapi bentuk perawatan diri. Justru dengan memberi waktu jeda, kamu membantu tubuh dan pikiran pulih. Keempat, biasakan refleksi perasaan secara jujur. Menulis jurnal bisa membantu mengeluarkan unek-unek sehingga beban pikiran lebih ringan. Terakhir, sadari bahwa kesempurnaan bukan satu-satunya ukuran berharga. Kamu tidak harus luar biasa setiap waktu. Dengan menerima sisi lemah dan kuat mu sekaligus, kamu bisa lebih damai menjalani hari.

Self-compassion bukan sekadar tren positif, tapi kebutuhan penting di kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan. Memperlakukan diri sendiri dengan lebih lembut tidak akan membuatmu berhenti berkembang. Justru dengan sikap itu, kamu bisa lebih percaya diri untuk mencoba hal baru dan pulih ketika menemui kegagalan. Kalau kamu merasa terus-menerus lelah karena terlalu keras pada diri sendiri, mungkin ini saat yang tepat untuk memeluk diri dengan lebih hangat. Karena pada akhirnya, kita semua hanya manusia yang sedang belajar, dan itu sudah lebih dari cukup.

 

 

 

 

Referensi

Nabila, L. (2020). Hubungan self-compassion dengan subjective well-being pada mahasiswa perantau di Universitas Sumatera Utara. Jurnal Psikologi3(2), 97–105.

Wiffida, N., Oktaviani, N. R., & Suardiman, S. P. (2022). Hubungan self-compassion dengan stres akademik pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi. Jurnal Empati11(2), 152–158.

 

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
13
+1
7
+1
4
+1
0
Scroll to Top