Kontemplasi Kecintaan Terhadap Ibu

Ibu Bahagia (Foto: Pexels)

Table of Contents

I am proud and blessed to have you as My Mom
Oleh Yovita Elvie

Ibu, kehadiran yang tak tergantikan dalam hidup kita. Melambangkan cinta, perhatian dan tidak mementingkan diri. Yang mengasuh kita memasuki dunia dan membimbing untuk lalui tantangan hidup dengan dukungan tak tergoyahkan. Peran seorang ibu jauh melampaui ikatan biologis, mencakup hubungan emosional mendalam yang membentuk identitas dan yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup kita. Sebagai orang tua perempuan yang mempunyai role/peranan utama dalam pendidikan anak dari usia dini, seorang ibu mempunyai banyak sekali tugas dari kacamata/ perspektif kodrati harus membesarkan anak, menjadi tulang punggung jika tulang punggung yang lain alias ayah tidak bisa menjalankan peranannya alias bertukar peran, ataupun menjalankan peranan lain dalam masyarakat yang membawa nama keluarga/suami.

Ijinkan saya mempersembahkan kecintaan saya terhadap Ibu yang telah membesarkan saya lewat tulisan ini, semua ibu berhak, sangat berhak untuk menerima tanda cinta dari anak-anaknya. Lewat tulisan ini mungkin bisa sebagai wawasan bagaimana nantinya dalam mendidik, mengasuh anak anak kita dalam tumbuh kembangnya, yang tentu disesuaikan dengan harapan dan kondisi keluarga kita masing-masing.

Ibu saya adalah seorang wanita dari suku Jawa yang sederhana, menikah dengan lelaki suku jawa pula yang sederhana juga, mereka menikah dalam usia yang cukup sesuai dengan undang-undang pernikahan pada waktu itu yaitu 20 dan 21 tahun, dari pernikahan mereka memiliki 4 orang anak yang semuanya perempuan salah satunya adalah saya. Dan sampai sekarang di usia yang senja 75 tahun, Ibu dan Bapak tetap bersama dalam pernikahan mereka yang sudah melewati 55 tahun masa pernikahan.

Kami, anak-anak perempuan ibu dan Bapak, dididik sangat keras, karena ibu tidak mempunyai anak laki-laki , maka kami pun harus bisa untuk melakukan tugas perempuan secara kodrati, memasak dan beberes rumah, bagaimana melayani keluarga as wanita jowo dan sebagainya, dan begitu juga kami melakukan tugas penuh tantangan seperti, mengecat rumah, membetulkan genteng bocor, menebang pohon yang ada di depan rumah, sampai mendorong mobil kalau mogok, adalah beberapa tugas macho yang biasa kami lakukan. Bagaimana dengan pendidikan, karena ibu adalah seorang guru, maka seperti mempunyai guru 24 jam di rumah dan di sekolah, guru jaman dulu ya, yang tegas, galak dan disiplin.

Apakah stress kami sebagai anak-anak di rumah ?
Ternyata tidak, kami bisa menikmati masa kecil kami dan jika dipikir, justru banyak kenangan yang membuat kami bisa memperoleh ketegaran, kekuatan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang ibu dengan anak-anak kami.

Apa yang membuat saya begitu hormat dan sayang terhadap ibu, so inilah yang dapat saya lihat dari perspektif saya sebagai seorang anak :
1. ibu membantu perekonomian keluarga, sehingga kami bisa bersekolah, ibu selalu mengatakan biarpun kamu anak perempuan, kamu HARUS bisa mencari penghasilan sendiri, jangan menjagakan dari suami, ingat nduk, perempuan harus mempunyai kaki sendiri di rumah. Kata-kata itu yang selalu diucapkan ibu pada saat kami curhat, berkumpul bersama kakak dan adik.

2. ibu menjaga keseimbangan menjadi seorang ibu dalam rumah tangga dan tetap berkarir sebagai guru, ketika kami mulai memasuki dunia kerja, mengeluh tentang situasi kerja, maka ibu mengeluarkan petuah ini: nduk, separuh gaji kamu itu adalah untuk dimarahi, pasti kerja itu ada salahnya, maka dari itu nga papa dimarahi, ibu saja yang puluhan tahun mengajar, juga dimarahi kalau salah, harus tahan, jujur dan tetep berdoa dan bersyukur…. Kami pun kalau sudah mendengar petuah ini tidak dapat berkata apa-apa lagi, padahal pengen banget untuk ngomel tentang hal-hal yang buat kami kesal terhadap pekerjaan kantor.

3. ketika mulai memasuki masa hubungan serius dengan teman laki, ibu selalu mengawasi dan punya aturan-aturan tidak tertulis yang membuat kami dan teman dekat kamipun segan, seperti ada jam malam pada waktu, tidak boleh menginap di rumah teman, dan MELARANG dengan keras sex pranikah. Ibu juga membimbing kami bagaimana bersiap memasuki pernikahan dan mengajari bagaimana sebagai seorang wanita Jawa melayani suami, disclaimer yah karena kami dari suku jawa maka ibu mengajari adat istiadat istri suku jawa. Yang tidak pernah saya duga, ibu mengumpulkan menantu-menantunya dan mengatakan demikian: ini anak-anak saya, harta saya cuma anak-anak ini, tolong jangan disakiti, jangan dipukul, cintailah anak-anak saya, perlakukan dengan baik, jika kalian sudah tidak cinta lagi, kembalikan ke saya lagi, jangan disia-siakan. Bagaimana saya sebagai anaknya untuk tidak terharu, berurai airmata ketika Ibu mengatakan hal ini.

4. dari Ibu, saya belajar untuk mengenal dan mengerti kata SETIA, ketika persoalan keluarga menghantam pernikahan ibu dan bapak ; dari segi financial, komitmen, WIL, Ibu hanya berkata : ibu sudah berjanji di hadapan Tuhan dan Gereja bahwa akan setia dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit untuk selalu menjadi istri, jadi karena ibu sudah berjanji dengan Tuhan, ibu akan menaati janji tersebut. Maka kamu anak-anak ibu harus mencontoh ibu, jika ada persoalan keluarga, ingatlah bahwa ada anak-anak yang pasti menjadi korban ketika kalian mengambil jalan yang berbeda. Dan memang Ibu menaati janji pernikahan itu, komitmen menjalankan perannya sebagai ibu dan istri.

5. dari Ibu kami belajar tentang kemandirian seorang wanita, di usia senja, ibu tidak menggantungkan hidupnya, tidak mau bikin repot anak-anaknya, ibu punya pensiun sendiri, sudah cukup, itu yang selalu diucapkan ibu ketika kami menanyakan ibu butuh apa, atau ibu mau apa.

Masih banyak lagi yang dapat dituliskan, yang luput dari pengamatan saya, tentu teman-teman juga mempunyai ibu yang begitu hebat dan bisa teman-teman tuangkan bagaimana kehebatan seorang ibu dalam bentuk apapun baik tulisan, lagu, penghormatan dan lain-lain.
Selagi ibu masih hidup, cintailah dan hormatilah malaikat yang tak bersayap yang dikirim Tuhan, yang sanggup menanggung beban untuk menjadi seorang ibu, seumur hidupnya.

Yuk.. sayangi ibu selamanya..WE LOVE U ..MOM…

Tulisan ini saya tutup dengan satu pemikiran …

Tiang
Seorang Ibu dijuluki tiang keluarga, aku bilang seperti Tiang Listrik
Tempat sandaran orang-orang yang lelah…
Tempat sandaran bermacam-macam kabel…
Tempat digantungi segala macam plamflet…

Tiang tersebut dihujani dan kena panas matahari tetapi tak bergeming…
Tetap saja berdiri tegar….dan sang tiang terkadang lupa bahwa punya keterbatasan…
Akhirnya bisa keropos, doyong, karena keberatan beban…
Untuk itu perlu perhatian dan kasih sayang dari yang mengenal sang tiang…
Hai Ibu, malaikat Tuhan yang dikirim ke bumi, jangan lupa bahagia ya,
Tuhan selalu menjaga sayap Ibu agar selalu mengasihi kami, anak-anakmu..AMINN

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
1
+1
0
+1
2
+1
0
Scroll to Top