Beberapa hari ini, viral di media sosial tentang seorang Youtuber/Selebgram yang mengungkap kisahnya menikah di usia 16 tahun. Banyak yang menentang menikah dini, tapi ada pula yang mendukung. Mereka yang mendukung beralasan, biarkan saja menikah muda, toh mereka sudah mapan secara ekonomi.
Kalau menikah itu hanya perlu kesiapan ekonomi, memang masuk akal. Tapi, menikah kan butuh banyak kesiapan. Tidak hanya sekedar uang.
Rumah dan mobil bisa dibeli di usia remaja, apalagi kalau keluarganya kaya. Tapi, kesiapan organ reproduksi dan kesiapan emosional, tak bisa dibeli dengan uang berapapun banyaknya.
Itulah sebab mengapa pernikahan dini harus dihindari. Ingin tahu lebih banyak alasan harus menghindari menikah dini? Yuk baca alasan ilmiahnya.
Risiko Kanker Serviks
Serviks atau leher rahim adalah bagian yang menghubungkan vagina dengan rahim. Ketika seorang perempuan menikah di usia di bawah 20 tahun, bagian serviks yang berpotensi terserang kanker masih terbuka. Ketika usia menginjak 21 tahun, bagian itu sudah lebih tertutup.
Karena itu, menikah di usia terlalu muda meningkatkan risiko terserang kanker serviks. Ini termasuk kanker pembunuh yang ganas. Pada 2018, ada 18.279 kematian di Indonesia akibat kanker serviks. Jadi, kalau kamu sayang dengan pasanganmu dan tidak ingin dia terpapar risiko kanker serviks, hindari nikah dini.
Risiko Kematian Saat Melahirkan
Di usia muda, organ-organ reproduksi belum berkembang dengan matang. Ukuran panggul perempuan remaja, juga lebih sempit dibanding panggul perempuan dewasa.
Karena itu, melahirkan di usia dini sangat berisiko memicu pendarahan saat melahirkan, yang berujung pada kematian ibu.
Ancaman KDRT
Tahukah kamu? Jumlah kekerasan terhadap perempuan di Indonesia terus naik dari tahun ke tahun. Data Komisi Nasional Perempuan menunjukkan, sepanjang 2019 lalu terjadi 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan. Lebih tinggi dibanding 406.178 kasus pada 2018.
Analisis menyebut, salah satu faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah usia pernikahan yang terlalu muda. Emosi yang belum matang memang berpotensi memantik perselisihan pasangan, lalu berujung pada kekerasan terhadap perempuan.
Kamu bisa googling, ada banyak sekali kasus KDRT di berbagai wilayah Indonesia yang ternyata terjadi pada pasangan yang menikah di usia remaja. Kasus-kasus itu layaknya fenomena gunung es, karena masih banyak kasus yang tak terungkap di media. Jadi, agar terhindar dari potensi KDRT, hindari nikah dini.
Rawan Cerai
Membangun keluarga sakinah menjadi mimpi indah tiap pasangan. Tapi sebagian pernikahan berujung pada perceraian. Sayangnya, di Indonesia, tren angka perceraian terus naik.
Data Kementerian Agama menunjukkan, pada 2019 lalu, kasus perceraian mencapai 416.752. Naik dibanding tahun 2018 yang sebanyak 392.610.
Apa penyebab ratusan ribu pasangan bercerai? Ternyata 52 persen karena “Perselisihan dan Pertengkaran Terus Menerus” dan 27 persen karena masalah “Ekonomi”.
Memang, ketika pasangan menikah di usia terlalu muda, emosi belum matang. Jadi, ketika ada perbedaan pandangan, biasanya berujung pada perselisihan dan pertengkaran berlarut-larut. Selain itu, di usia terlalu muda, kesiapan ekonomi juga masih kurang. Karena itu, pernikahan di usia muda memang lebih berisiko pada perceraian. Jadi, hindari nikah dini.
Wah, ternyata menikah di usia muda itu banyak sekali risikonya ya. Karena itu, jangan mudah tergoda dengan ajakan melakukan pernikahan dini.
Yuk, share informasi ini agar makin banyak generasi muda tahu bahaya menikah dini. Untuk melindungi teman-teman kita dari risiko kanker serviks, kematian saat melahirkan, serta terhindar dari KDRT dan perceraian.