Kesadaran masyarakat sangat penting untuk deteksi dini talasemia terhadap keluarga ring 1 yaitu pada keluarga yang memiliki keturunan talasemia mayor. Sehingga calon pengantin dapat berperan dalam pencegahan talasemia dengan melakukan skrining melalui pemeriksaan darah.
Skrining sebaiknya dilakukan sebelum menikah yang bertujuan untuk mendeteksi apakah calon ayah dan ibu tersebut memiliki gen pembawa sifat talasemia atau tidak. Dengan demikian dapat menghindari perkawinan antara sesama talasemia minor yang dapat melahirkan anak dengan talasemia mayor.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil positif pembawa sifat, maka perlu dilakukan konseling genetik sebelum pernikahan atau sebelum hamil. Bagi ibu yang sedang hamil juga bisa memeriksakan janinya dengan pemeriksaan khusus saat masa kehamilan di dokter spesialis kandungan yang terlatih untuk mengetahui apakah anaknya akan lahir dengan talasemia atau tidak.
Skrining talasemia bisa dilakukan pada penjaringan kesehatan anak sekolah, pada siswa kelas 1, 7, dan 10. Juga bisa dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan pemeriksaan hematologi lengkap dan analisis Hb di Puskesmas dan rumah sakit.
Talasemia merupama kelainan darah karena kurangnya hemoglobin (Hb) yang normal pada sel darah merah. Kelainan ini membuat penderitanya mengalami anemia atau kurang darah. Talasemia terjadi akibat kelainan genetik yang diturunkan. Artinya, kondisi ini sudah bisa terjadi sejak masa kanak-kanak. Umumnya, gejala awal yang akan muncul adalah gejala anemia, yang menimbulkan keluhan cepat lelah, mudah mengantuk, hingga sesak napas.
BACA JUGA: Catin, Ini 7 Cara Meningkatkan Kesuburan Secara Alami
Talasemia perlu diwaspadai, terutama yang berat. Pasalnya pada kasus yang berat dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung, pertumbuhan terhambat, gangguan hati, hingga kematian.
Talasemia disebabkan kelainan genetik yang memengaruhi produksi sel darah merah. Kelainan genetik ini diturunkan dari orang tua meski orang tua tersebut tidak mengalami gejala.
Penderita talasemia akan mengalami anemia yang membuat penderitanya mudah lelah dan lemas. Gejala ini biasanya muncul pada 2 tahun pertama kehidupan. Akan tetapi, bagi penderita talasemia ringan (minor), anemia mungkin tidak terjadi.
Waktu kemunculan dan tingkat keparahan gejala yang dialami penderita juga tergantung pada jenis talasemia yang diderita. Pada talasemia mayor, penderitanya akan merasakan gejala kurang darah yang berat. Kondisi ini dapat merusak organ tubuh, bahkan berujung pada kematian.
Talasemia merupakan penyakit jangka panjang yang memerlukan perawatan seumur hidup. Penderita talasemia perlu menjalani transfusi darah berulang untuk menambah sel darah yang kurang. Sedangkan pada penderita talasemia berat, dokter akan menganjurkan prosedur transplantasi sumsum tulang.
Talasemia tidak dapat dicegah, karena kelainan ini diturunkan secara genetik. Untuk mencegah agar talasemia tidak menurun ke anak, pasangan yang akan menikah disarankan berkonsultasi dengan dokter, terutama bagi pasangan yang keluarganya menderita talasemia.
Dokter akan melakukan pemeriksaan darah guna mengetahui adanya kelainan genetik yang bisa diturunkan kepada anak setelah menikah. Pada pasangan yang membawa gen thalasemia, dokter akan menganjurkan prosedur bayi tabung untuk mencegah thalasemia menurun kepada anak.