Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyiapkan jurus-jurus jitu untuk mengendalikan angka stunting yang mengalami kenaikan akibat pandemi Covid-19.
Kepala BKKBN DR. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) menyampaikan stunting merupakan keadaan anak yang kurang asupan gizi kronis dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. “Kurang lebih 2 juta anak diperkirakan mengalami permasalahan gizi khususnya wasting di low and middle income countries (LMICs),” kata dia.
Ia menyebutkan faktor penyebab naiknya stunting salah satunya karena pandemi Covid-19 berkepanjangan yang berdampak menurunnya ekonomi orang tua. Hal tersebut membuat banyak orang tua tidak bisa memenuhi hak anak mengenai asupan makanan sehat dan bergizi.
Ia menyebutkan angka stunting tertinggi di Indonesia tercatat berada di 19 provinsi yang bertumpuk pada batas very high di atas 30%. Adapun provinsi dengan angka stunting paling tinggi adalah NTT sebanyak 42,7%, Sulawesi Barat 41,6%, dan Aceh 37,1 %.
“Saya dengar dari salah satu profesor yang mengatakan angka stunting akan menjadi tinggi pada 2020 dan 2021, untuk itu perlu tindakan yang lebih agar angkanya tidak naik,” ujar Hasto.
BACA JUGA: Yuk, Bersama Cegah Stunting
Berdasarkan data yang cukup mengkhawatirkan itu, BKKBN pun melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting di Indonesia.
1. BKKBN mengimbau pemerintah desa agar gencar mengkampanyekan prakonsepsi. Hal ini dilakukan salah satunya dengan memeriksa indung telur pada perempuan dan memeriksa kondisi persiapan sperma laki-laki sebelum menikah.
2. BKKBN mengusulkan program Antenatal Care (ANC) kepada ibu hamil agar bayi tidak lahir sebelum waktunya.
3. BKKBN akan memaksimalkan imunisasi yang dinilai membuat balita tidak menjadi stunting.
4. BKKBN juga mengusulkan kepada Kementerian dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) agar semua ibu hamil harus didampingi. Pendamping yang terlibat dalam hal ini yakni bidan, PKK, dan kader setempat untuk tertib mengingatkan para ibu hamil seperti kontrol ANC, dan jika memang ada ibu hamil yang berisiko tinggi dapat diketahui lebih dini.
5. BKKBN menyampaikan akan membagikan bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang selama ini hanya terealisasi 7% agar bisa dimaksimalkan kembali.
Plt. Deputi Bidang KSPK BKKBN RI, Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si, menjelaskan jika melihat data-data yang ada, hal utama yang terpengaruh oleh COVID-19 selain kesehatan adalah ekonomi. Menurutnya, sejak masa pandemi di 2020, angka kemiskinan meningkat.
“Ketika Covid-19 berpengaruh terhadap ekonomi, tentu dampak ikutannya akan banyak termasuk munculnya kelahiran bayi-bayi stunting,” kata Lalu.
BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh, Pahami Stunting dan Dampaknya pada Anak
Para pakar juga menyampaikan bahwa angka stunting dari 27% akan meningkat menjadi 32%. Hal ini menunjukkan pandemi COVID-19 memang berpengaruh terhadap stunting.
“Ini mungkin salah satu yang melandasi presiden yang kemudian mengharapkan BKKBN juga menangani ibu hamil dan balita yang terpapar COVID-19,” kata dia.
Menurutnya, ibu hamil dan balita yang terpapar COVID-19 dapat berpengaruh langsung terhadap angka stunting. Salah satu dampak COVID-19 adalah gangguan saluran oksigen sehingga pasokan oksigen ke dalam tubuh menjadi sedikit.
“Dan oksigen ini memengaruhi segala yang ada di dalam tubuh kita. Tentu kalau ibu hamilnya terpapar COVID-19 ya ini kemudian pemberian makanan kepada janin juga menjadi terhambat,” ungkap dia.