Anak yang sehat dan berkualitas tentu menjadi idaman setiap orang tua. Oleh karena itu, kamu dan pasangan perlu memahami pentingnya periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK) dan menyiapkan sedari sekarang. Periode ini merupakan periode emas untuk perkembangan otak dan fisik buah hati.
Periode 1.000 HPK amatlah penting lantaran periode ini membentuk otak anak yang berisi dan menjadi bahan bakar pertumbuhan jiwa dan raga, pembentukan sistem kekebalan tubuh yang kuat. Selain itu, periode 1.000 HPK yang optimal mampu meningkatkan kesiagaan untuk masuk sekolah dan memberi kesempatan untuk meraih potensi terbaik di kemudian hari.
Meningkatkan nutrisi untuk ibu dan anak selama periode 1.000 HPK tersebut membantu memastikan bahwa anak mendapatkan awal kehidupan yang terbaik dan kesempatan untuk meraih potensi terbaik bagi anak-anak mereka.
Pentingnya lagi, ke depannya mampu mengurangi kesenjangan pada aspek kesehatan, pendidikan, dan produktivitas generasi yang akan datang. Menurunkan risiko terjangkit penyakit kronis diabetes, penyakit jantung, dan beberapa tipe kanker di kemudian hari.
Secara global pun mampu menyelamatkan lebih dari satu juta nyawa per tahun. Meningkatkan total pendapatan suatu negara lantaran meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Serta, memutus siklus kemiskinan antar generasi akibat wanita yang malnutrisi.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DR. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengatakan sedari awal calon pengantin (catin) perlu memahami tentang periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Ia menjelaskan periode1.000 HPK merupakan suatu periode emas pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai semenjak terbentuknya janin hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko melahirkan anak stunting, pastikan kehamilan di usia yang ideal, yaitu usia 21–35 tahun.
Hasto memaparkan sepanjang periode 1.000 HPK, catin jangan lupa untuk memperhatikan gizi janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Sebagai ibu hamil dan ibu menyusui, mengonsumsi makanan bergizi seimbang sangat penting.
Selain itu, ibu hamil juga perlu memeriksakan kehamilan setidaknya empat kali ke bidan atau Posyandu atau Puskemas, serta meminum tablet tambah darah sehari sekali. Hal ini perlu diperhatikan, karena ibu menyusui juga membutuhkan asupan gizi yang baik supaya bisa memproduksi ASI yang berkualitas.
Tak kalah penting, ayah juga harus memberikan dukungan, baik dukungan fisik maupun psikis padaninu. Dukungan fisik bisa dilakukan dengan cara membantu pekerjaan domestik atau menemani ibu ketika harus terjaga di malam hari. Sementara, dukungan psikis bisa berupa memastikan kondisi ibu tenang dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul sehingga pemberian ASI eksklusif bisa tercapai.
Ketika catin memiliki bayi, perlu diingat bayi dapat mengalami penurunan berat dan tinggi badan apabila tidak mendapatkan ASI yang optimal serta makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat baik dari jumlah, jenis, frekuensi dan kualitas berdasarkan usianya. Oleh karena itu, setelah menjadi seorang Ibu, catin perlu memperhatikan tumbuh kembang bayi dengan teliti.\
BACA JUGA: Bukan Cuma Pesta Pernikahan, Catin Harus Persiapkan 1.000 Hari Pertama Kehidupan Calon Anak
Tumbuh kembang bayi dipantau dengan menggunakan panduan grafik pertumbuhan standar yang disusun oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan digunakan untuk menilai pertambahan berat badan bayi ideal berdasarkan jenis kelamin, usia dan panjang badan.
Hasil pengukuran berat badan bayi dicantumkan pada grafik tersebut untuk menilai apakah berat badannya sesuai dengan berat badan bayi rata-rata. Di Indonesia, grafik ini dituangkan ke dalam bentuk Kartu Menuju Sehat (KMS), yang dapat diperoleh dari posyandu/puskesmas/bidan/dokter.
Selain itu, catin perlu waspada apabila hasil pengukuran berat badan bayi ada di atas atau di bawah grafik pertumbuhan. Apabila itu terjadi, catin perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan tenaga kesehatan untuk memastikan tumbuh kembang bayi tidak terganggu. Selalu pantau kenaikan berat badan bayi menurut KMS untuk mengawasi tumbuh kembangnya untuk terhindar dari stunting.
Selain itu, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) mulai diberikan saat bayi berusia 6 bulan. Jumlah pemberian MPASI harus mencukupi dengan kualitas gizi yang seimbang dan sepanjang pemberian MPASI, ASI tetap harus diberikan.
Catin juga jangan lupa menjaga kebersihan lingkungan, yaitu dengan mempraktikkan prilaku cuci tangan pakai sabun dan buang air besar di jamban yang sehat. Jangan lupa membawa anak ke posyandu secara berkala untuk dicek kesehatannya dan diberikan imunisasi.