Calon Orang Tua di Masa Depan, Persiapan Perlu Direncanakan dari Remaja

Remaja sebagai calon orang tua (Foto: pixabay)

Table of Contents

Remaja merupakan calon-calon orang tua di masa depan. Agar bisa menjadi orang tua yang baik dan melahirkan generasi penerus bangsa yang baik pula, remaja perlu merencanakan masa depan sedini mungkin. Pasalnya, banyak rintangan yang dihadapi remaja saat ini sehingga diperlukan pendampingan yang tepat.

Kepala BKKBN DR. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan remaja usia 10-24 tahun merupakan kelompok penduduk yang sangat besar jumlahnya, yaitu sekitar 64 juta jiwa atau 28,6 persen dari 222 juta jiwa penduduk Indonesia (Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS, Bappenas, UNFPA, 2005). Jumlah yang besar tersebut adalah potensi sekaligus tantangan.

Jika dihubungkan dengan Bonus Demografi yang puncaknya akan terjadi di antara tahun 2028–2031, remaja saat ini adalah penduduk usia produktif saat Bonus Demografi tersebut terjadi. “Artinya remaja saat ini adalah calon aktor/pelaku pembangunan saat mereka memasuki Bonus Demografi,” jelas dia.

Selanjutnya, ujar Hasto, mereka juga akan memasuki fase memulai kehidupan berkeluarga, akan menjadi pasangan suami-istri, dan akan menjadi orang tua bagi generasi-generasi yang dilahirkannya. Agar keluarga mereka melahirkan generasi berkualitas, remaja saat ini harus disiapkan supaya siap menjadi suami-istri dan menjadi orang tua.

Namun demikian kondisi remaja saat ini bukan tanpa tantangan. “Masih ada permasalahan yang mengancam remaja, terutama yang terkait dengan kesehatan reproduksi dan gizi yang akan berdampak pada kualitasnya sebagai aktor pembangunan dan kesiapannya dalam membangun keluarga,” kata dia.

BACA JUGA : Penting untuk Masa Depan, Remaja Putri Harus Kenal Siklus Manstruasi dan Cara Membersihkannya

Hasto menjelaskan, pubertas/kematangan seksual yang semakin dini (aspek internal) dan aksesibilitas terhadap berbagai media serta pengaruh negatif sebaya (aspek eksternal) menjadikan remaja rentan terhadap perilaku seksual berisiko. Pada aspek lain, akses terhadap sumber informasi kesehatan, kesehatan reproduksi, dan kesehatan seksual serta kehidupan berkeluarga belum begitu optimal.

Data SDKI Remaja 2017 menunjukkan masih rendahnya jumlah remaja yang mengetahui tempat memperoleh informasi kesehatan reproduksi remaja, yaitu perempuan 10,6% dan laki-laki 5,8%. Dampaknya, remaja menjadi rentan mengalami kehamilan di usia dini, kehamilan di luar nikah, kehamilan tidak diinginkan, dan terinfeksi penyakit menular seksual hingga aborsi yang tidak aman.

Untuk merespons kondisi tersebut, BKKBN melakukan upaya Pembinaan Ketahanan Remaja yang dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan kesehatan reproduksi serta penyiapan kehidupan berkeluarga. Pembinaan Ketahanan Remaja dilaksanakan melalui pendekatan langsung kepada remaja serta orang tua yang memiliki remaja.

Pendekatan kepada remaja dilaksanakan dengan mencetak Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya (peer group) yang ditempatkan di Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di jalur pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, dan pesantren) dan masyarakat (organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, dan komunitas remaja). Sedangkan pendekatan kepada orang tua yang memiliki remaja (parenting) dilaksanakan melalui pengembangan Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

Teman sebaya dan orang tua, terutama ibu, masih menjadi pihak yang nyaman bagi remaja untuk berdiskusi terkait kesehatan reproduksi yang dialaminya. Data SDKI Remaja 2017 menunjukkan 62% remaja perempuan dan 52% remaja laki-laki mendiskusikan perihal kesehatan reproduksi yang dialaminya kepada teman sebaya dan 53% remaja perempuan serta 11% remaja laki-laki mengaku mendiskusikannya dengan ibu.

“Pendekatan kepada teman sebaya dan orang tua/keluarga menjadi sangat relevan sehingga memintarkan teman sebaya dan orang tua/keluarga menjadi keharusan agar dapat memberikan informasi yang benar terkait dengan kesehatan reproduksi remaja,” jelas dia.

Upaya lain dari BKKBN untuk menyiapkan para remaja yakni dengan membuat modul “Rencanakan Masa Depanmu”. Modul ini memberikan pemahaman tentang aspek-aspek terkait Perencanaan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja yang diberikan di PIK Remaja oleh Pendidik sebaya. Modul ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan remaja akan informasi akurat dan lengkap tentang kesehatan, kesehatan reproduksi, dan kesehatan seksual serta kehidupan berkeluarga bagi remaja. Melalui modul ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi dan kualitas pelaksanaan edukasi di seluruh PIK Remaja.

Harapan selanjutnya, PIK Remaja dapat diakses oleh para remaja dan menjadi wadah bagi para remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, berkreatifitas dan saling tukar informasi. Dari sini lahir remaja-remaja Generasi Berencana (GenRe) yang memiliki perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati transisi kehidupan remaja dengan mempraktikkan hidup bersih dan sehat, melanjutkan pendidikan, memulai berkarir, menjadi anggota masyarakat yang baik, serta membangun keluarga yang berkualitas.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
3
+1
0
Scroll to Top