Kebahagiaan anak tentu jadi prioritas orang tua. Namun, dalam mendidik anak, ada hal yang harus diperhatikan agar anak bahagia dan tidak menjadi people pleaser alias orang yang selalu memprioritaskan orang lain atau terpaksa berkata iya untuk menyenangkan orang lain.
Hal ini bisa kamu hindari dengan pola asuh yang tepat sejak kecil. Individu yang selalu berusaha menyenangkan orang lain untuk diakui, padahal sebenarnya tidak berminat untuk membantu, itulah yang dinamakan the people pleaser.
“People pleaser selalu berusaha menyenangkan hati orang lain, kalau gak ngebantuin itu rasanya gak enak, dan merasa takut jika ditolak,” ujar Irma Afriyanti Bakhtiary, M.Psi., Psikolog Klinis.
People pleaser itu tidak memiliki batasan yang dia buat untuk dirinya sendiri, kesulitan berkata tidak, dan kebutuhan untuk diakui. Jika sikap people pleaser dilakukan secara terus menerus, maka akan menimbulkan tekanan pada diri sendiri dan berpengaruh pada kesehatan mental.
“People pleaser bisa terjadi ke siapa saja. Mungkin ada pengaruh dari pola asuh yang membentuk anak, seperti kurangnya kemampuan untuk mengelola stresnya,” jelas Irma.
Lalu, bagaimana cara menghindarinya? Agar buah hati tidak menjadi people pleaser.
1. Pastikan kamu dan pasangan mendengarkan ide serta menerima setiap perasaan yang dirasakan si kecil.
2. Fokuskan pujian pada kemajuan yang ditunjukkan oleh buah hati.
3. Hargai pilihan atau saat si kecil mengatakan tidak.
Dengan melakukan tiga hal tersebut, buah hati dapat belajar dan berkembang atas dorongan dari dalam diri sendiri. Bukan karena terpaksa menuruti orang lain. Hal ini juga akan mendukung kepercayaan diri dan ketangguhan anak.
Dengan melakukan ini, diharapkan anak tidak jadi people pleaser karena ada dampak yang akan dihadapi anak. Menurut Irma, ada dampak positif dari people pleaser seperti kepuasan pada diri sendiri, senang mendapatkan pujian, dan dinilai positif oleh orang lain.
Namun, kepuasaan tersebut hanya sesaat, selebihnya sikap people pleaser dapat menjadi beban karena terus memprioritaskan orang lain. “Dampak positifnya seperti gampang menolong, terlihat bagus, punya banyak teman, dan kepuasan saat mendapatkan pujian,” ujar Irma.
Namun, mereka merasakan beban setelah itu. People pleaser merasa memiliki kebutuhan untuk diakui orang lain. Jika terus-menerus dilakukan dapat menimbulkan kecemasan, depresi, hingga gangguan kepribadian berat lainnya.
Sikap people pleaser juga dapat mendorong seseorang untuk memiliki ekspektasi atau harapan supaya diperlakukan seperti itu juga oleh orang lain. Jika tidak mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang diinginkan, mereka akan kecewa karena tidak ada balas budinya.
Sangat bagus untuk mendidik anak