Mulai tahun ini program imunisasi rutin khususnya vaksin kanker serviks atau Human Papilloma Virus (HPV) diberikan secara gratis. Hal itu ditegaskan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Hal itu dilakukan sebagai tindakan preventif dan promotif pemerintah dalam penerapan kebutuhan kesehatan dasar.
Kemenkes menambah jumlah imunisasi rutin menjadi 14 jenis. Salah satu vaksin yang bakal dimasukkan di dalam program imunisasi rutin yakni vaksin kanker serviks atau Human Papilloma Virus (HPV). “Kami akan wajibkan vaksinasi kanker serviks, untuk mencegah agar tidak terkena kanker di ujung nanti. Jadi lebih baik kita melakukan pencegahan agar hidup lebih produktif,” ujar Budi.
Budi menjelaskan, salah satu alasan memasukkan imunisasi HPV dalam daftar program imunisasi rutin karena kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang paling banyak membuat perempuan Indonesia meninggal dunia. Dengan melakukan tindakan promotif dan preventif tersebut, pengeluaran negara juga menjadi lebih hemat.
“Karena memberi vaksinasi anti kanker serviks lebih murah ketimbang merawat ibu atau wanita yang sudah terkena kanker serviks nanti sesudah tahapnya lanjut,” ucap Budi.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menjelaskan vaksin HPV diberikan dua kali untuk seumur hidup. Sebagai sasaran penerimanya adalah anak perempuan mulai kelas 5 dan 6 SD. “Diberikan pada anak perempuan kelas 5 dan kelas 6. Vaksin ini digunakan untuk pencegahan kanker serviks,” ujar Nadia.
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok bagi kaum wanita. Kanker serviks merupakan kanker yang tumbuh pada sel-sel di dalam rahim. Kanker ini umumnya disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) yang penularannya bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama hubungan seks berisiko, misalnya sering berganti pasangan seksual atau berhubungan seks tanpa kondom.
Namun, penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin kanker serviks. Vaksin kanker serviks bisa diberikan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan virus HPV, sekaligus mencegah terjadinya kanker serviks akibat virus tersebut.
BACA JUGA: BKKBN Dorong Vaksinasi HPV Sebagai Skrining Wajib Pranikah
Vaksin kanker serviks disarankan untuk diberikan pada remaja perempuan, mulai dari usia 10 tahun ke atas. Untuk remaja usia 10–13 tahun, pemberian vaksin HPV atau vaksin kanker serviks adalah cukup 2 dosis, sedangkan remaja usia 16–18 tahun butuh 3 dosis, dengan jarak 1–6 bulan antara masing-masing dosis penyuntikan.
Meski demikian, wanita yang usianya lebih dewasa juga masih bisa mendapatkan vaksin kanker serviks, tapi sesuai anjuran dokter. Dosis vaksin tersebut diyakini memberi perlindungan jangka panjang dari infeksi HPV. Jika saat remaja dosis vaksin belum lengkap, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk melengkapi dosis vaksin.
Sebenarnya tidak hanya wanita, pria pun dapat memperoleh manfaat dari vaksin ini, karena virus HPV juga dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker anus, serta kanker tenggorokan.
Ada banyak varian virus HPV, dan beberapa di antaranya dapat menyebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, vaksin kanker serviks juga tersedia dalam beberapa jenis, sesuai dengan perlindungan terhadap varian virus HPV. Vaksin Cervarix digunakan untuk mencegah kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV-16 dan HPV-18. Vaksin ini bisa diberikan kepada wanita berusia 9–25 tahun.
Vaksin Gardasil digunakan untuk mencegah kanker serviks, kanker vulva, serta kanker pada vagina dan anus. Selain mencegah infeksi yang disebabkan HPV-16 dan HPV-18, vaksin ini juga bisa menangkal infeksi HPV-6 dan HPV-11 sebagai penyebab kutil kelamin. Pemberian vaksin ini dapat dilakukan pada pria maupun wanita, mulai usia 9–26 tahun.
Kemudian ada varian Vaksin Gardasil 9. Cakupan pencegahan infeksi HPV dari vaksin ini lebih luas daripada vaksin Gardasil sebelumnya, yaitu mencakup HPV-31, HPV-33, HPV-45, HPV-52, dan HPV-58 yang juga merupakan penyebab kanker serviks. Pemberian vaksin ini dapat dilakukan pada pria maupun wanita, mulai usia 9–45 tahun.
Adapun efek samping vaksin kanker serviks umumnya terjadi sementara dan tergolong ringan. Beberapa efek samping yang sering dikeluhkan adalah bengkak, nyeri dan kemerahan di area suntikan, serta sakit kepala. Tak hanya itu, ada juga sebagian orang yang mengalami efek samping berupa demam, mual, serta rasa sakit di sekitar lengan, tangan atau kaki, hingga munculnya ruam merah yang gatal. Dalam kasus yang jarang terjadi, vaksin kanker serviks bisa memicu reaksi alergi parah atau alergi anafilaksis yang ditandai dengan sesak napas.
Selain dengan vaksin HPV, ada beberapa langkah pencegahan lain yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi risiko terserang kanker seviks, seperti berhubungan seks aman menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan, tidak merokok, serta rutin menjalani pap smear untuk memantau kondisi serviks.
Bila kamu ingin memperoleh vaksin kanker serviks HPV, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui jadwal yang tepat dan efek samping apa saja yang perlu diwaspadai.