Oleh Retno Dewanti
Maraknya fenomena child grooming membuat kita harus ekstra waspada. Grooming seringkali luput dari perhatian orangtua sebab tersembunyi dibalik keramahan dan kebaikan pelaku terhadap korbannya. Pelaku child grooming memiliki kemampuan membangun hubungan dekat/koneksi serta kepercayaan dengan korban/anak maupun keluarganya. Child grooming adalah tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa untuk membangun hubungan, kepercayaan dan ikatan emosional sehingga menjadi figur yang penting dalam hidup anak/remaja tersebut sehingga dapat menjadi rentan terhadap pelecehan seksual atau kekerasan seksual. Dapat dikatakan bahwa child grooming sebagai modus pelecehan seksual terhadap anak-anak dengan memanfaatkan kedekatan seperti memberikan hadiah, memberikan perhatian khusus. Grooming pada anak-anak dapat dilakukan siapa saja baik orang yang dikenal ataupun bahkan tidak dikenal. Child grooming dapat dilakukan secara online maupun langsung. Saat dilakukan secara online, pelaku menggunakan media sosial atau aplikasi obrolan untuk membangun hubungan dengan anak-anak. Mereka dapat mengaku sebagai teman atau seorang dewasa yang peduli. Saat offline, dapat memanfaatkan kesempatan ketika anak-anak berada di tempat umum seperti taman, pasar atau sekolah.
BACA JUGA : Mengenal Pola Asuh Parent Child Connectedness
Child grooming ibarat gunung es yang jika diketahui hanya terlihat sedikit padahal kenyataannya mungkin banyak anak yang mengalaminya hanya saja tidak terlihat atau tidak melaporkannya. Baru-baru ini, netizen ramai dengan komentar child grooming. Di tahun 2010, ada juga child grooming dengan modus memberi makan dan mengajak anak bermain permainan. Kemudian Tahun 2014, ada juga kasus pelecehan seksual di salah satu sekolah yang melibatkan guru dan petugas kebersihan dan di tahun yang sama ada juga pencabulan oleh orang dewasa terhadap anak-anak yang diimingi hadiah pemberian uang.
Chid grooming adalah salah satu dari bentuk kejahatan seksual. Pelaku grooming dapat memanipulasi anak-anak untuk melakukan tindakan seksual atau bahkan memaksa mereka untuk terlibat dalam tindakan seksual. Anak-anak yang terlibat jika dibiarkan dapat berdampak buruk seperti mengalami trauma yang berkelanjutan, kecemasan, depresi, emosional, masalah kesehatan mental lainnya hingga kesehatan fisik korbannya.
Untuk mencegah terjadinya grooming pada anak-anak, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi :
Pertama, penting untuk selalu waspada karena pelaku grooming akan menggunakan telepon genggam, media sosial hingga internet untuk berinteraksi sehingga memantau aktivitas anak-anak di media sosial dan lingkungan sekitar mereka. Tindakan grooming dapat berlangsung berbulan-bulan sebelum akhirnya pelaku membuat jadwal pertemuan secara fisik.
Kedua, ajarkan anak-anak tentang batasan yang baik dan buruk, cari tahu perasaaan anak terhadap orang asing yang berusaha mendekatinya, serta ajarkan bagaimana cara mengidentifikasi perilaku yang mencurigakan dari orang dewasa. Biasanya pelaku akan meminta korban untuk merahasiakan hubungan kedekatan. Sebagian besar tanda-tanda pelecehan seksual terlihat normal karena layaknya hubungan orang dewasa dan anak-anak. Inilah mengapa grooming sering tidak terdeteksi.
Ketiga, sisihkan waktu untuk mengobrol dan bermain dengan anak supaya anak lebih terbuka dengan orangtuanya dan selalu dengarkan anak-anak, percayalah pada mereka ketika melaporkan kejadian mencurigakan.
BACA JUGA : 5 Tanda Toxic Parenting, Dampak Negatifnya Bisa Dirasakan Sampai Buah Hati Besar
Grooming pada anak-anak adalah tindakan yang sangat berbahaya dan dapat merusak masa depan anak-anak. Oleh karena itu, penting untuk selalu memantau aktivitas anak-anak dan ajarkan mereka tentang bagaimana melindungi diri dari tindakan grooming dan jangan ragu melaporkan kepada pihak berwenang, pada keamanan atau organisasi yang peduli jika mencurigai adanya tindakan grooming pada anak-anak sehingga dapat mencegah terjadinya tindakan kekerasan seksual pada anak-anak.