Agar Sejahtera di Hari Tua, Kamu Bisa Adopsi 7 Nilai Keuangan ala Keluarga Jepang Berikut Ini

Finansial Keluarga Jepang)g (Foto: Pexels)

Table of Contents

Sejahtera di masa senja tanpa menyusahkan buah hati tentu impian setiap orang tua. Manajemen keuangan yang baik diperlukan agar semua impian bisa diraih tanpa merepotkan orang lain. Untuk mewujudkannya, kamu bisa mencoba mengadopsi prinsip keuangan keluarga Jepang.

Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom, GCertFinPlanning, CFP, QWP seorang financial planner kenamaan mengatakan dalam akun instagramnya, ada tujuh nilai keuangan yang ia pelajari ala keluarga Jepang. Memiliki suami seorang pria keturunan Kobe Jepang, membuat Prita memelajari banyak nilai keuangan dari suaminya. Nilai itu ia kombinasikan dengan ilmu financial planning yang telah dipelajari sejak 2002.

Salah satu ajaran yang ia dapatkan yaitu hampir seluruh keluarga sang suami yang telah tiada tidak mewariskan masalah keuangan pada keturunan di masa depan. Padahal, keluarga besar sang suami bukanlah keluarga kaya raya. Hal ini tak lepas dari pelajaran keuangan yang diadopsi sejak dini.

1. Penabung yang ulung
Banyak literasi Jepang yang mengisahkan orang Jepang adalah penabung yang ulung. Mereka menyimpan uang dalam jumlah besar semasa hidupnya.

Di samping bekerja keras, orang Jepang percaya kestabilan keuangan menjadi kunci kesejahteraan. Teori ini diimbangi dengan kebiasaan orang Jepang menyisihkan upah yang diperoleh untuk masa depan.

Mengingat warga Jepang terkenal memiliki rentang usia panjang, menyisihkan uang dilakukan agar mereka dapat bertahan hidup dengan nyaman. Generasi senior Jepang menyiapkan dana pensiun dengan sangat serius agar tidak membebani keturunannya kelak.

2. Disiplin merupakan kebiasaan positif.
Masyarakat Jepang dikenal paling disiplin di dunia, yang juga tercermin dalam pengelolaan keuangan. Statistik Bank of Japan mengungkap, orang Jepang lebih senang membayar dengan uang tunai dibanding kartu kredit.

Selain itu, kebanyakan generasi tua Jepang memilih deposito bank sebagai tempat penyimpanan uang walaupun kini sudah banyak generasi mudanya yang melirik pasar modal untuk menginvestasikan uangnya.

Tidak perlu menunggu kenaikan gaji untuk menabung. Berapapun penghasilan yang diterima tetap harus ada alokasi uang yang disimpan untuk masa depan.

3. Memiliki rumah sendiri itu keharusan.
Kebanyakan orang Indonesia memilih menunda membeli rumah karena anggapan masih bisa menetap di rumah orang tua. Padahal, menetap di rumah sendiri akan membuat pernikahan berdiri secara mandiri.

Hal ini yang mendorong Prita untuk menjadikan rumah tinggal sebagai tujuan keuangan nomor satu bersama sang suami, tentunya disesuaikan dengan kondisi finansial mereka saat itu.

4. Mengapresiasi hal kecil.
Prita menuturkan, sang suami rupanya sangat menyenangi kegiatan yang bersentuhan dengan alam dan dirinya tidak. Menurut Ghozie, berdekatan dengan alam akan membuat kita mensyukuri segala hal kecil. Termasuk fakta bahwa kita sebagai manusia tak ada apa-apanya dibandingkan kebesaran alam.

Prinsip itu rupanya juga diturunkan dalam hal mengelola keuangan; apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Ungkapan ‘gampang, kan uang bisa dicari lagi’ seolah tak relevan. Pengelolaan keuangan harus berjalan agar kehidupan tetap lancar.

BACA JUGA: 3 Kebiasaan Money Manners yang Menghambat Keuangan Keluarga

5. Sederhana adalah kunci.
Keterbatasan lahan membuat orang Jepang ‘dipaksa’ untuk hidup simpel. Function not fashion menjadi pedoman dalam kultur masyarakat Jepang. Budaya ini tak pelak sempat membuat Prita shock saat awal menikah.

Beruntugnya, prinsip ini ternyata menurun pada salah satu anak Prita. Hidup sederhana bukan berarti susah dan pelit mengeluarkan sesuatu, namun membeli barang dilakuan secara mindful karena memang membutuhkan. Selain itu, membeli sesuatu pun mampu memberikan kebahagiaan jangka panjang.

6. Memberikan hadiah.
Oang Jepang memilih hadiah sebagai cara untuk mengapresiasi orang lain. Konon, budaya satu ini merupakan cara berbagi kebahagiaan dengan orang terkasih. Jangan pikirkan nominal barang yang wah, berbagi dalam hal ini yaitu turut memastikan impact hadiah bagi penerima barang. Memberi karena ingin, bukan karena pujian atau ingin dihormati.

Aspek ini yang juga harus diperhatikan saat ingin menghadiahi sesuatu untuk diri sendiri. Carilah wujud hadiah yang memang memberikan kebahgiaan hakiki untuk diri sendiri.

7. Cari Ikigai atau alasan hidup.
Dalam bahasa Jepang; iki berarti hidup dan gai artinya alasan – Ikigai jika diterjemahkan yaitu alasan untuk hidup. Prinsip kehidupan ini yang juga diterapkan Prita dan suami kala mengelola keuangan, yaitu membeli sesuatu tidak berdasarkan gengsi.

Dengan kata lain, tidak masalah membeli barang atau pengalaman dengan harga tinggi asalkan ada kepuasan dan kebahagiaan jangka panjang. Sebagai contoh, suami Prita Ghozie mengoleksi kartu basket serial Michael Jordan. Berbeda dengan Nenek Eiko yang semasa hidup mengoleksi kain batik dan kain nusantara yang membuatnya bahagia.

Contoh ini yang ditanamkan Prita dalam kehidupannya. Milikilah sesuatu karena rasa cinta, bukan karena komentar atau trend yang sedang berlangsung apalagi karena gengsi.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
2
+1
0
Scroll to Top