10 Mitos Seputar ASI yang Meresahkan, Calon Ibu Wajib Tahu Kebenarannya

Ilustrasi Menyusui ASI (Foto: Pexels)

Table of Contents

Mitos tentang kehamilan, kelahiran, pengasuhan, hingga soal air susu ibu (ASI) sangatlah banyak dan menghantui para wanita. Tak jarang mitos ini malah membuat stres. Beberapa mitos bahkan tak berdasar dan meresahkan sehingga sudah saatnya untuk diakhiri.

Salah satu mitos seputar pemberian ASI eksklusif yang banyak beredar di masyarakat adalah masih ada yang berpikir bahwa air susu ibu tidak cukup mengenyangkan bagi bayi. Ada banyak mitos-mitos menyesatkan yang dipercaya oleh para orang tua khususnya nenek dan kakek. Hal itu diungkapkan dr. Utami Roesli, SpA.,MBA, FABM., dokter spesialis anak lulusan Universitas Padjadjaran.

dr. Utami mengatakan edukasi atau pemberian informasi kepada para nenek sangat berperan penting sebagai bentuk dukungan agar bayi bisa mendapat ASI eksklusif.

Ada beberapa mitos yang masih sering beredar di masyarakat. Berikut ini mitos yang masih berseliweran.

1. ASI saja tidak cukup
Mitos yang paling sering beredar di masyarakat adalah ASI saja tidak cukup sehingga harus ditambah dengan makanan seperti pisang dan susu formula pada usia 6 bulan pertama.

“Faktanya produksi ASI sesuai dengan pengeluaran ASI, demand and supply. Jadi semakin dikeluarkan, semakin diproduksi. Meningkatkan produksi ASI juga dengan menyusui dan memerah ASI bukan dengan minum susu ibu menyusui,” ujar dr. Utami.

Mitos tersebut juga diperkuat dengan anggapan bahwa ketika bayi menangis setelah menyusu, berarti masih lapar dan gizinya kurang sehingga perlu ditambah dengan makanan lain. dr. Utami menjelaskan bayi menangis tidak selalu karena lapar, bisa saja ada faktor lain seperti popoknya sudah penuh sehingga ia tidak nyaman, ingin digendong dan lainnya.

“Perhatikan tanda kalau bayi sedang lapar, dia akan menjulurkan lidah kayak melet-melet, mengecap-ngecap, kepalanya seperti mencari-cari puting. Jadi kalau nangis setelah menyusui bukan karena lapar,” jelas dr. Utami.

2. Bayi perlu dilatih minum pakai dot
Mitos selanjutnya adalah bayi perlu dilatih minum dengan dot sebelum sang ibu masuk kerja. Faktanya adalah memperkenalkan dot pada bulan pertama dapat menyebabkan kesukaran menyusui atau bingung puting.

3. Ibu menyusui harus menghindari kopi, seafood, dan makanan pedas
Hal salah kaprah lain yang dipercaya oleh ibu dan orang tua adalah harus menghindari minum kopi, seafood dan makanan pedas. Ibu juga wajib minum susu khusus ibu menyusui supaya produksi ASI banyak.

“Yang enggak boleh itu minuman keras dan rokok, karena apa? Dikatakan bahwa ketuban bayi itu rasanya seperti makanan ibunya. Gampangnya, ketuban sapi rasanya rumput, ketuban macan ya rasa daging. Jadi memang sudah dibiasakan makan makanan yang sama dengan ibunya. Misalnya kita menyusui bayi bule, kita makan sambel ya bayi bule akan mencret,” lanjutnya.

4. Bayi harus diberi susu formula kalau ASI tak langsung keluar
Mitos lain yang juga dipercaya oleh masyarakat adalah saat hari pertama setelah bayi dilahirkan dan ASI belum keluar, maka diperlukan tambahan susu formula supaya bayi tidak dehidrasi atau kuning.

Faktanya, bayi baru lahir mampu bertahan tanpa ASI selama 48-72 jam karena dibekali saat dalam kandungan. Syaratnya, disusui segera setelah lahir dan sering disusui pada hari-hari pertama, colustrum yang sedikit diperlukan untuk mematangkan usus.

“Makanya perlu adanya IMD (inisiasi menyusui dini) minimal 1 jam setelah lahir, diletakkan di dada ibunya. Kolostrum yang keluar setetes dan dua tetes saat baru lahir ini, dibutuhkan bukan buat makanan tapi untuk mematangkan usus,” jelas dr. Utami.

5. Menyusui itu mudah
Dilansir dari UNICEF (United Nations Children’s Fund) mitos selanjutnya yakni kalau menyusui itu mudah. Bayi dilahirkan dengan refleks untuk mencari payudara ibunya. Sementara itu, ada beberapa ibu yang membutuhkan bantuan untuk memposisikan bayi mereka ketika menyusui. Mereka memastikan agar bayi menempelkannya dengan benar.

Menyusui juga membutuhkan waktu dan latihan, baik untuk sang ibu maupun bayi. Selain itu, menyusui juga cukup memakan waktu. Dukungan dan bantuan kepada ibu menyusui sangat dibutuhkan, baik di rumah maupun di tempat kerja.

6. Sebelum menyusui, ibu harus mencuci putingnya
Mencuci puting sebelum menyusui bukanlah hal yang perlu dilakukan oleh seorang ibu. Ketika bayi sudah lahir, mereka sudah familier dengan bau dan suara ibunya sendiri. Puting susu yang dimiliki oleh seorang ibu memproduksi zat yang dapat dikenali oleh bayi mereka. Selain itu juga menghasilkan ‘bakteri yang baik’ dalam membantu perkembangan imun tubuh bayi.

7. Rasa sakit saat menyusui adalah hal biasa
Kebanyakan ibu mengalami rasa yang tidak nyaman dalam beberapa hari setelah melahirkan ketika mempelajari tentang bagaimana cara menyusui. Namun, dengan dukungan yang tepat yaitu memposisikan bayi secara benar hingga menempel ke area puting, dapat menghindari rasa sakit pada puting.

Jika seorang ibu mengalami tantangan ketika menyusui, seperti rasa sakit pada puting, dapat mengonsultasikannya kepada konsultan laktasi atau meminta bantuan dokter atau tenaga profesional yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut.

8. ASI tidak akan keluar jika bayi lahir tidak langsung menyusui
Menyusui akan lebih mudah sesaat setelah melahirkan. Pada waktu tersebut, bayi memiliki refleks yang sangat tinggi. Dengan sendirinya, mereka belajar untuk menyusui dari payudara ibunya. Jika bayi tidak langsung menyusui, lakukanlah sesegera mungkin.

Jika membutuhkan bantuan untuk memposisikan bayi ke payudara, mintalah bantuan kepada konsultan laktasi atau bantuan profesional lainnya. Kontak bayi ke payudara yang sering akan membantu lancarnya ASI yang keluar.

BACA JUGA: BKKBN Siap Gandeng Negara Lain untuk Atasi Stunting

9. Bayi tidak bisa minum susu formula karena terlalu sering diberikan asi
Setiap ibu dapat memutuskan untuk memberikan susu formula ke bayi mereka atau tidak. Penting bagi seorang ibu untuk mencari informasi yang jelas dan tepat mengenai pemberian susu formula ataupun produk lainnya untuk menggantikan ASI.

Untuk menjaga produksi ASI tetap lancar, teruslah tawarkan payudara kepada bayi sesering mungkin. Selain itu, agar lebih yakin dengan informasi tersebut, seorang ibu dapat mengonsultasikan kepada dokter profesional maupun spesialis laktasi.

10. Tidak boleh menyusui ketika sedang sakit
Pemberian ASI kepada bayi ketika seorang ibu sedang sakit, tergantung dari jenis penyakitnya. Biasanya, seorang ibu tetap dapat menyusui ketika sedang sakit. Pastikan, seorang ibu mendapatkan perawatan yang baik, istirahat yang cukup, serta makan dan minum yang baik untuk memulihkan kondisi.

Dalam beberapa kasus, antibodi yang dimiliki oleh tubuh sang ibu untuk menangkal penyakit akan diteruskan ke bayi sehingga, mereka akan membentuk antibodinya sendiri.

Itulah beberapa mitos seputar pemberian ASI yang masih banyak beredar. Mitos yang kerap meresahkan ini sudah saatnya dihempaskan. Para calon ibu, para suami serta kakek nenek wajib membekali diri dengan pengetahuan yang benar agar tidak termakan mitos.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Scroll to Top