Banyak orang menikah dengan alasan yang berbeda-beda. Dari keinginan menikah karena sudah lama sendiri, merasa kesepian dan membutuhkan teman, ingin kehidupan lebih terjamin, hingga keinginan untuk segera menggendong bayi. Namun, setelah menikah sebagian orang justru menyesali keputusan tersebut. Ini lantaran mereka menikah karena alasan yang salah.
Seorang psikolog dari VA Northern California Relationship Seminar Series yang mendalami isu pernikahan, Shauna H Springer Ph.D mengemukakan ada tiga alasan yang kurang tepat untuk menikah. Hal ini bisa membuat rumah tanggamu tak harmonis.
Sebetulnya kamu bisa mencegah hubungan pernikahan yang tidak sehat sejak awal. Pencegahan bisa dilakukan sejak kamu baru berpikir untuk akan menikah. Alasan menikah yang tidak tepat bisa jadi akan membuat hubungan pernikahan kamu ke depan menjadi tidak sehat atau tidak harmonis.
Menurut Shauna, ada tiga alasan yang kurang tepat untuk menikah yakni:
1. Menikah karena cemas.
Kamu mungkin ketakutan kalau tidak segera menikah, maka kamu akan ketinggalan dari orang-orang dan tidak akan berhasil dalam hidup. Atau kamu percaya dengan menikah, perasaan ketakutan itu akan hilang segera.
Orang-orang yang memiliki alasan di atas, bisa jadi sangat percaya pasangan yang akan dinikahinya merupakan “obat” bagi ketakutan-ketakutan itu Namun, ketika perasaan takut itu ternyata tidak hilang, otak akan menyatakan “obat” itu tidak manjur. Dampaknya bisa jadi umur pernikahan yang hanya seumur jagung.
2. Menikah karena merasa ada yang kurang dari hidup atau diri sendiri.
“Dia cinta mati sama aku dan dia akan selalu membuat aku merasa spesial.” Apakah kalimat ini menggambarkan perasaan kamu terhadap pasangan? Atau kamu ingin bergegas menikah karena kamu butuh jaminan bahwa ada orang yang mau dengan kamu? Bisa jadi kamu adalah orang yang kurang percaya diri.
Kamu berharap dengan menikah, kamu bisa mengisi suatu kekosongan dalam diri. Kamu percaya satu-satunya hal yang bisa membuat kamu cukup berharga di mata orang lain atau di mata kamu sendiri adalah status sebagai suami atau istri seseorang.
Padahal, belum tentu calon pasangan adalah orang yang tepat buat kamu. Bisa juga dalam hati sebenarnya kamu belum siap berkomitmen penuh dengan orang lain, tapi kamu tak kuasa menahan hasrat untuk segera menikah.
3. Menikah supaya hidup jadi lebih mudah.
Mengapa kamu ingin menikah? Supaya ada orang yang akan membelikan rumah atau membantu kamu mencicil KPR? Atau supaya ada orang yang akan memasak buat kamu setiap hari? Atau karena kamu sudah lelah bolak-balik mencari pasangan tanpa kepastian? Bisa juga karena hanya dengan menikah, kamu bisa melakukan hal-hal yang sepatutnya dilakukan sepasang suami istri.
Berbagai alasan menikah itu disebut dengan alasan pragmatis. Bila kamu termasuk orang yang pragmatis, maka sederhananya kamu menikahi pasangan karena itu menguntungkan buat kamu.
Sah-sah saja, kalau kamu menikah karena punya kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi. Namun, alasan menikah seperti itu tidak sehat bila kamu jadi mengabaikan faktor-faktor penting lainnya dalam mengambil keputusan menikah. Misalnya kamu sebenarnya belum begitu mengenal sifat-sifat calon pasangan atau keluarganya secara mendalam.
Tidak jarang pasangan yang menikah karena alasan-alasan pragmatis akhirnya merasa tidak puas dengan pernikahannya. Pasalnya, di tengah-tengah pernikahan, kamu mungkin baru menyadari hubungan yang sehat itu bukan cuma urusan masakan yang enak atau rumah mewah saja.
BACA JUGA: Alasan 21 Tahun Menjadi Batas Minimal Cukup Usia untuk Menikah
Lalu, bagaimana kalau saya sudah terlanjur menikah karena alasan yang salah? Buat orang yang saat ini sedang mengalami masalah rumah tangga, memang mudah untuk merasa putus asa. Apa pun alasan menikah kamu dulu, saat ini ibaratnya nasi telah menjadi bubur.
Namun, bukan berarti hubungan pernikahan kamu sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Masih ada banyak hal yang bisa kamu usahakan untuk memperbaiki kesalahan pada masa lalu dan masa kini, demi masa depan yang lebih baik. Jangan remehkan stres yang Anda alami. Coba cari cara untuk mengatasinya. Mengatasi stres bersama tentu lebih ringan dibandingkan dengan mengatasinya sendiri.
Terbuka soal perasaan kamu. Cobalah untuk berbicara dengan baik tentang apa yang sedang kamu rasakan. Meskipun itu adalah kenyataan yang cukup pahit, misalnya kamu merasa jenuh dengan pasangan. Memendam perasaan yang sedang kamu rasakan dari pasangan tidak akan menyelesaikan persoalan yang ada.
Dengarkan dengan baik curhatan pasangan. Jika pasangan sedang bercerita mengenai berbagai hal, cobalah untuk mendengarkan dan tanggapilah dengan baik. Sikap cuek tentu tidak disukai oleh pasangan.
Berhenti saling menyalahkan. Masalah pada hubungan pernikahan bisa jadi terkesan terus muncul tanpa henti. Fokuslah pada penyelesaian dan hindari saling menyalahkan satu sama lain.
Saling menghargai. Ketika sedang putus asa, kamu mungkin jadi berpikiran negatif terus. Cobalah untuk melihat lebih jeli berbagai peran penting pasangan dalam hidup. Hargai pasangan karena perannya tersebut. Karena itu, hal-hal kecil yang dilakukan pasangan seperti memasak atau menyetir jangan sampai disepelekan.
Biarkan waktu yang mengobati. Tidak semua perkataaan atau perbuatan menjengkelkan dari pasangan harus harus ditanggapi dengan serius, bahkan diungkit-ungkit. Ada berbagai masalah lain yang tentu lebih besar, yang bisa jadi muncul ke depan. Sesekali, biarkan kamu lupa dengan sendirinya. Intinya, jangan kalah oleh emosi atau ego sendiri.