Salah satu penyebab tingginya angka pernikahan anak di Indonesia adalah karena hubungan seksual pra nikah aktif yang dilakukan oleh remaja. Dampak hubungan pra nikah itu adalah kehamilan yang tak direncanakan. Ketika sudah hamil, orangtua mau tak mau menikahkan meskipun masih anak-anak.
Karena itu hubungan seksual sebelum nikah masuk dalam kategori tindakan beresiko remaja. Hubungan seks pranikah pada remaja adalah masalah serius karena berkaitan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi dan remaja cenderung memiliki lebih banyak pasangan seksual jika mulai berhubungan seks pranikah pada usia yang lebih dini.
Menurut Kepala BKKBN, dr Hasto Wardoyo SpOG (K), perilaku ini bisa dipicu karena kurangnya pendidikan seksual di keluarga dan masyarakat. Pendidikan seksual masih dianggap tabu karena berfikir pendidikan seksual adalah mengajarkan cara berhubungan seksual.
“Pendidikan seksual konprehensif bisa dilakukan di keluarga, sekolah, hingga di masyarakat. Pengalaman saya menjabat sebagai Bupati Kulonprogo, saya membuat buku untuk pendidikan seksual anak SD, SMP, dan SMA. Materinya disesuaikan dengan usia anak. Anak memiliki hak untuk ilmu ini,” jelas Hasto saat membuka Webinar Mencegah Perkawinan Anak.
Perilaku seksual remaja, terutama perilaku seks pranikah, masih mendominasi perdebatan dari sisi moral, psikologis, dan fisik. Remaja pria lebih banyak menginisiasi hubungan seksual pra nikah.
BACA JUGA:
- Waktu yang Tepat untuk Memulai Pendidikan Seks di Rumah
- Cara Menghadapi Anak Remaja yang Tak Menuruti Kehendak Orangtua
- Mendidik Disiplin Anak dari Hal-Hal Kecil
“Terkait relasi gender, laki-laki lebih powerfull sementara perempuan powerless. Pria ingin menunjukkan maskulinitasnya, ingin menguji kesetian dengan melakukan hubungan seksual pranikah. Sementara perempuan merasa terancam ketika dipertanyakan kesetiaannya, jadi mau diajak melakukan hubungan pranikah,” ujar Widyaiswara Ahli UTama BKKBN, Dr Wendy Hartanto, MA dalam kesempatan yang sama.
Wendy menambahkan secara alamiah, laki-laki lebih mudah terangsang. “Remaja laki-laki dengan visual saja sudah terangsang. Sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual lebih mudah. Sementara perempuan lebih kompleks untuk mendapatkan rangsangan,” paparnya.
Remaja laki-laki lebih sering menonton film porno dibandingkan remaja perempuan. Umumnya, remaja secara teratur terpapar dengan materi-materi seksual di televisi, film, dan internet di samping terpapar oleh tayangan video musik yang menggabungkan tayangan seks dan kekerasan. Karena remaja laki-laki mudah terangsang karena visual, menonton pornografi merupakan faktor terkuat yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja laki-laki
Teori-teori pembelajaran sosial digunakan untuk menjelaskan standar ganda. Contohnya adalah remaja perempuan dihukum atau dicela jika melakukan hubungan seks pranikah dengan dianggap perempuan murahan atau diisolasi dari pergaulan. Ini berbeda pada laki-laki, dianggap dapat menambah popularitas atau dikagumi.
Karena itu, perlu sekali memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak baik laki-laki maupun perempuan, bukan cuma fokus pada anak perempuan saja untuk menghindari kehamilan yang tak diinginkan.
“Faktanya, perkawinan anak di masa covid ini sangat tinggi. Salah satu alasannya adalah hubungan seksual pra nikah. Bonus demografi ini tidak bagus. Karena menikah dini berisiko, orangtua belum siap fisik maupun mental. Pendidikan rendah, susah mendapat akses bekerja yang menjanjikan, secara ekonomi kurang. Kesempatan untuk mendidik anak akan terganggu. Ini bisa jadi musibah untuk masa depan Indonesia,” kata Wendy.