Ilustrasi Menikah
Siapa sih yang tidak menginginkan mertua idaman, mertua yang baik hati dan pengertian. Namun, kadang nasib membuat seseorang harus berhadapan dengan mertua yang problematik. Oleh karena itu perlu ada upaya agar konflik dengan mertua yang sulit ini tidak makin besar.
Kesabaran memang tidak ada batasnya. Namun, kadang kesabaran seseorang akan diuji dengan berbagai gempuran masalah. Salah satunya ketika berhadapan dengan mertua yang sulit.
Kalau mertua kamu berulang kali menyakiti baik secara fisik maupun emosional, hal itu bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada perkawinan kamu, lho. Hal itu tentu tak diinginkan. Oleh karena itu dibutuhkan upaya agar konflik dengan mertua tidak semakin besar.
Berikut beberapa cara untuk menangani mertua yang sulit agar konflik tidak makin besar sekaligus melindungi diri sendiri, keluarga dan masa depanmu.
1. Melepaskan diri secara emosional
Anggaplah dia sebagai kenalan dan bukan “ibu yang lain”, kecuali hubungan kalian berdua hangat, ramah, dan penuh rasa kekeluargaan. Jangan memanggilnya dengan panggilan akrab seperti yang kamu gunakan untuk memanggil ibu sendiri. Dia bukan orang tuamu dan memiliki hubungan yang setara dengannya. Panggil dia dengan panggilan hormat yang umum digunakan untuk wanita yang lebih tua dan jika ibu mertua berasal dari daerah lain, biasanya mereka punya panggilan khusus.
2. Memahami masalah yang umum
Sering kali ada banyak alasan kenapa ibu mertua bersikap rewel kepada pasangan baru anaknnya. Dia mungkin merasa posisinya tidak terlalu penting lagi di mata anaknya (atau masih menganggapnya sebagai anak alih-alih suami seseorang). Dia mungkin mengalami kesulitan menjadi orang nomor dua dalam kehidupan anaknya. Dia mungkin memang orang yang sangat berbeda dari kamu. Memahami alasan di balik perilakunya alih-alih merasa tersinggung akan mempermudah kamu menanganinya.
3. Menjauh secara fisik
Kamu tidak perlu pindah ke negara lain, tetapi kamu tidak perlu menghadiri setiap acara. Orang bisa memaklumi jika pasangan menghadiri beberapa acara keluarga tanpa diri kamu. Namun, jangan menjadikannya kebiasaan. Kamu sebaiknya tidak menimbulkan kesenjangan antara pasangan dan keluarganya.
Ibu mertua bisa menganggapnya sebagai kemenangan–dia bisa menghabiskan waktu bersama anaknya dan menghindari kamu sepenuhnya. Walaupun hal ini lebih mudah dilakukan, akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam perkawinan pada akhirnya.
4. Tak perlu mengharapkan mertua akan berubah
Jika mertua mengkritik kamu, menjelek-jelekkan kami kepada anggota keluarga yang lain dan tidak menggubris apa pun yang kamu katakan, dia mungkin sedang menegaskan bagaimana hubungan kalian berdua. Jika dia melakukan hal ini, ingatlah untuk menjaga jarak bahkan ketika dia bersikap ramah. Carilah wanita lain untuk mendapatkan pengarahan, saran, keramahan dan panutan. Kamu mungkin harus mencoretnya sebagai faktor positif dalam hidup.
5. Kenali dan hindari pemicu
Sebelum berhubungan dengan keluarga pasangan, bayangkan kejadian yang selalu membuat kamu jengkel. Ucapan atau tindakan apa saja yang membuat darahmu mendidih? Setelah menentukan pemicu tersebut (yang cenderung sama secara emosional, tetapi diwujudkan dengan cara yang berbeda-beda), pikirkan cara untuk menghindarinya.
6. Jangan memperkeruh emosi kamu
Jika konflik tidak dapat dihindari, silakan saja menanggapinya dengan jujur. Jangan bersikap kasar, tetapi tunjukkan sikap tegas dan jangan menggunakan kata-kata manis. Ingatlah terlepas dari upaya kamu untuk menghindari konflik langsung, mertua tidak menunjukkan rasa hormat terhadap perasaan kamu terkait masalah yang tengah dihadapi.
Jangan sampai perasaan khawatir akan melukai perasaan kerabat atau keluarga pasangan menghalangimu untuk merespons secara tepat, mereka saja tidak menunjukkan tenggang rasa seperti itu.
7. Hindari gunakan perasaan bersalah sebagai senjata
Jika mertua mencoba menggunakan perasaan bersalah sebagai alat manipulasi, kamu bisa dengan mudah mengatasinya. Setiap kali kamu melihatnya mencoba memanipulasi emosi dengan membuat kamu merasa bersalah, bawalah seluruh permasalahan ke permukaan dengan bertanya, “Ibu mencoba membuatku merasa bersalah, bukan?”
Dia mungkin akan menyangkal, tetapi kamu akan segera melihat polanya terulang kembali. Teruslah menginterupsi pola yang membuat kamu jatuh ke dalam perasaan bersalah dengan mengarahkan perhatian pada taktik memanipulasi emosi yang dia lakukan. Kamu tidak perlu bersikap kasar, tetapi harus menghentikannya menggunakan perasaan bersalah sebagai senjata.
Jika kamu menolak untuk terperangkap dalam perasaan bersalah, akan terbuka jalan bagi kamu untuk bersikap lebih objektif dan welas asih dalam melihat fakta dia mungkin menggunakan perasaan bersalah karena merasa tidak berdaya. Jika kamu dapat menanggapi kondisi ketidakberdayaan ini, kamu memiliki kesempatan untuk mengubah hubungan ke arah yang baik.
8. Pikirkan pasangan dan anak
Kamu tentunya tidak mau mengatakan atau melakukan sesuatu yang dapat merusak hubungan dengan mereka. Apakah kamu harus mencoba memecahkan ketegangan? Menahan lidah? Terkadang kamu harus berbesar hati dan bersikap manis demi kebahagiaan orang lain.
Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar