Saat melihat buah hati yang masih balita suka memukul, tentu saja orang tua merasa khawatir. Tak jarang terbersit pertanyaan, apakah aku gagal dalam mendidik anak? Namun, tunggu dulu, sebelum menghakimi diri sendiri, kamu perlu memahami alasan anak melakukan itu dan mencari solusinya.

Dilansir dari Alodokter, perilaku agresif itu merupakan bagian dari tahap awal perkembangan yang umum terjadi pada balita. Hal ini karena balita belum lancar bicara sehingga tangan menjadi alat komunikasi mereka.

Nah, kadang kala salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan adalah memukul. Kamu harus memahami arti di balik perilaku tersebut. Meski begitu, perilaku ini harus diarahkan agar anak tidak terbiasa melakukannya, apalagi sampai melukai orang lain.

Ada beberapa alasan kenapa anak menjadi suka memukul.

1. Mempertahankan area atau barang miliknya
Balita yang posesif terhadap mainannya bisa memukul kalau mainannya diambil. Dia juga mungkin memukul kalau habis kesabaran karena anak lain tidak mau bergantian menggunakan mainan. Kakau kata-kata si buah hati tidak lagi digubris oleh anak lain, ia mungkin akan mencari perhatian dengan memukul.

2. Belum mampu mengungkapkan perasaan
Balita belum memiliki perbendaharaan kata yang banyak, sehingga sangat mungkin dia tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk mengekspresikan kebutuhan atau keinginannya. Ketika frustrasi, balita terkadang memilih memukul sebagai cara untuk mengekspresikan diri.

3. Merasa tidak nyaman
Balita juga bisa memukul saat merasa lelah, lapar, haus, bosan, atau merasakan ketidaknyamanan. Kamu dapat mengurangi kemungkinan ini dengan memastikan ia sudah cukup makan dan tidur sebelum bermain dengan temannya.

4. Perubahan dalam keluarga
Balita bisa saja tiba-tiba menjadi suka memukul atau menggigit ketika ada perubahan besar dalam keluarga. Contohnya adalah pindah rumah, kelahiran adik baru, atau kekerasan dalam rumah tangga.

5. Kurang kegiatan untuk menyalurkan energi
Masa balita adalah masa ketika anak ingin menjelajahi banyak hal. Jika tidak mendapatkan ruang untuk beraktivitas, terkadang balita bisa memukul karena mereka tidak punya ruang untuk menyalurkan energinya.

6. Membela diri
Selain alasan-alasan di atas, balita juga bisa memukul anak lain untuk melakukan pembelaan diri, misalnya ketika ia digigit atau dipukul anak lain.

BACA JUGA: Tak Sekadar Panggilan, Perhatikan Hal Ini Saat Memberi Nama Anak

Tentu saja perilaku ini perlu diarahkan agar tidak jadi kebiasaan. Rupanya, reaksi kamu sebagai orang tua saat melihat si kecil memukul adalah kunci perubahan kebiasaannya. Oleh karena itu, kamu perlu melakukan langkah yang tepat dalam menanganinya.

Pertama, hindari menggunakan kekerasan ketika mendidik anak. Memukul, mencubit, atau melakukan tindakan fisik apa pun yang termasuk kekerasan pada anak justru akan membuatnya semakin agresif. Untuk memberi pelajaran pada si kecil, cobalah melakukannya dengan cara yang lembut, seperti memeluknya dengan tenang seraya menasihatinya, meskipun dengan tegas.

Kedua, jauhkan dari anak-anak lain Apabila memungkinkan, jauhkan dia dari anak-anak lain ketika kamu melihat ia memukul karena mainannya direbut. Untuk mengalihkan perhatiannya, kamu bisa arahkan ke mainan lain. Tetapi, kalau si kecil yang mengambil mainan anak lain, sebaiknya hindarkan ia dari mainan tersebut agar ia tahu bersikap kasar membuatnya tidak mendapatkan apapun.

Ketiga, ajaklah dia untuk minta maaf. Mintalah si kecil untuk meminta maaf apabila ia telah memukul temannya. Meski ia menolak atau tidak tulus, setidaknya kamh sudah mencoba menanamkan kebiasaan baik. Anak mungkin belum bisa membayangkan dirinya ada di posisi anak yang dipukulnya. Namun, sikap baik ini perlahan-lahan akan meresap dalam dirinya.

Keempat, ajaklah ia berdiskusi soal tindakannya. Saat anak sudah merasa tenang, ajak ia berdiskusi tentang alasannya melakukan pemukulan itu. Nasihati anak dengan lembut tetapi tegas misalnya dengan mengatakan, “Dipukul itu sakit. Menyakiti orang lain itu tidak baik.”

Kelima, ajarkan untuk menggunakan tangan dengan baik. Kamu perlu memberikan banyak waktu untuk memeluk, membelai, atau memijat anak agar ia belajar untuk menggunakan tangan dengan cara lembut. Mungkin jika ia ingin mulai memukul, kamu dapat mengalihkannya, misalnya dengan gerakan “Tos!”

Keenam, berikan konsekuensi bila ia mengulangi perbuatannya. Memberikan hukuman tidak harus berupa kekerasan. Ada banyak cara lain yang bisa dilakukan sebagai konsekuensi atas tindakan anak. Misalnya, kamu bisa mengurangi waktunya bermain bersama mainan favoritnya.

Dengan memahami alasan anak memukul dan mengetahui beragam cara menanganinya, diharapkan anak mampu mengubah perilaku ini secara perlahan hingga tidak mengulanginya lagi. Namun, jika perilaku ini terus berlanjut, jangan segan untuk meminta bantuan psikolog anak.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Komentar