Oleh Mei Wardani Sulo, Universitas Gadjah Mada
Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Ungkapan tersebut sangat related dengan pasangan beda agama. Cinta dan iman merupakan dua hal yang seringkali dianggap bertentangan. Cinta adalah salah satu aspek yang tidak lepas dari kehidupan manusia (Angela & Hadiwirawan, 2022). Seringkali cinta dianggap sesuatu yang bersifat universal dan tidak terikat agama maupun keyakinan. Sementara itu, iman merupakan salah satu pokok penting yang harus dimiliki oleh semua individu.
Menurut Tatang dkk. (2022), iman adalah kepercayaan yang berkaitan dengan ranah hati, serta tindakan percaya dan berserah kepada Tuhan. Melalui kedua pengertian tersebut, seringkali menjadi tantangan bagi pasangan yang berbeda agama. Mereka harus menghadapi dilema antara mengikuti cintanya atau mengikuti iman kepada Tuhan. Di satu sisi, cinta yang sangat kuat akan membuat seseorang melakukan hal-hal yang tidak terduga.
Pasangan yang memiliki perasaan cinta yang besar cenderung berusaha untuk mengatasi berbagai tantangan, termasuk perbedaan agama. Di sisi lain, iman juga merupakan komponen terpenting dalam kehidupan. Jika tidak memiliki toleransi yang tinggi, akan sulit bagi pasangan beda agama dalam menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis.
Baca juga: Mau Menikah Beda Negara? Cek Dulu Persyaratannya
Pernikahan merupakan perjalanan panjang antara dua jiwa yang memutuskan untuk bersatu dalam satu ikatan suci. Pernikahan didefinisikan sebagai momentum yang sangat berarti bagi setiap kehidupan manusia berupa ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami dan isteri yang bertujuan membentuk keluarga yang harmonis berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Sekarayu dan Nurwati, 2021).
Banyaknya keberagaman di Indonesia menjadikan banyaknya jenis atau adat dalam pernikahan, salah satunya adalah pernikahan beda agama. Berdasarkan data yang dihimpun, pernikahan pasangan beda agama di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. ICRP (Indonesian Conference On Religion and Peace) mencatat sejak 2005 jumlah pasangan beda agama yang menikah yaitu sekitar 1.425 pasangan.
Menikah beda agama tersebut terjadi di semua kalangan. Karena perbedaan tersebut, tidak jarang pasangan beda agama mendapat tekanan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain mendapatkan tekanan dari masyarakat, terdapat beberapa tantangan bagi pasangan beda agama ini.
Tantangan tersebut antara lain mendapat tekanan dari keluarga, kurangnya dukungan dari komunitas keagamaan, perbedaan keyakinan dan nilai pada masing-masing individu dalam keluarga, serta perbedaan agama ini juga berpengaruh pada identitas dan mental anak. Tekanan dari keluarga ini terjadi ketika kedua belah pihak keluarga tidak memiliki rasa toleransi yang tinggi. Sehingga sebagian pasangan sulit mendapat restu dari keluarga.
Di samping itu, dalam praktiknya pernikahan beda agama ini juga dinilai tidak mudah karena harus menyeimbangkan kedua agama. Pasangan beda agama akan lebih sulit untuk mendapatkan dukungan dari komunitas beragama. Karena tidak semua jemaat atau umat beragama bisa menormalkan hal tersebut, pandangan negatif akan terus bermunculan.
Perbedaan ini juga akan berpengaruh pada keyakinan dan nilai masing-masing individu dalam keluarga karena praktik dan pemahaman beragama sangat berbeda. Dan yang tidak kalah penting, perbedaan agama ini juga akan berpengaruh pada identitas dan mental anak. Anak akan terus mencari dan berpikir tentang identitas agamanya, apakah mengikut ibu atau mengikut ayah. Sehingga tak jarang hal ini menyebabkan mental anak terganggu.
Baca juga: Kriteria Calon Istri yang Baik Menurut Agama Islam
Namun di balik semua tantangan tersebut, juga terdapat hal menarik yang sangat berharga pada pernikahan beda agama. Beberapa hal menarik tersebut yaitu rasa saling mencintai yang kuat antara pasangan, adanya peluang untuk menghormati dan memahami agama lain, meningkatkan toleransi antar umat beragama, serta peningkatan keharmonisan antar anggota keluarga. Rasa cinta yang kuat ini sangat berpengaruh besar bagi pasangan beda agama.
Hal tersebut dibuktikan dengan keputusan untuk menikah, sehingga dengan didasari cinta tingkat kompromi mereka tinggi untuk melewati tantangan yang dihadapi secara bersama-sama, selain itu, pasangan beda agama lebih menghormati agamanya pasangannya tersebut. Tak jarang juga mereka berkomunikasi dan berdiskusi tentang pandangan dari agamanya masing-masing. Hal inilah yang meningkatkan pemahaman mengenai agama pasangannya.
Pemahaman tentang agama inilah yang nantinya akan meningkatkan rasa toleransi pada setiap individunya. Pasangan beda agama lebih sering menghormati keberagaman yang ada, baik itu dalam lingkup keluarganya maupun lingkup bermasyarakat. Dari rasa saling menghormati itu akan tercipta sebuah keseimbangan dalam komunikasi, sehingga hal tersebut berpeluang untuk meningkatkan keharmonisan dalam berumah tangga.
Tetapi, semuanya kembali pada pribadi masing-masing dalam memandang pernikahan beda agama. Ada yang menolak tegas, ada juga yang mendukung tetapi dengan syarat tertentu. Namun penikahan beda agama, tidak dianjurkan. Dalam perkawinan beda agama, berlaku ketentuan-ketentuan bagi para mempelai sesuai ketentuan agamanya masing-masing.
Dalam Islam, tidak diperbolehkan menikah berbeda agama (Fatwa MUI/2005). Demikian juga dalam agama lain, di mana pernikahan beda agama ini sangat tidak dianjurkan. Seperti halnya dalam Pasyah (2021), bahwa agama-agama seperti Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha tidak menganjurkan pemeluk agamanya menikah dengan seseorang di luar agama.
Pada akhirnya pernikahan beda agama ini masih menjadi kontroversial di Indonesia. Setiap orang mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap pernikahan beda agama ini. Ada yang menolak keras, bahkan juga ada yang mendukung karena saling mencintai. Selain itu, terdapat orang yang menyukai keseragaman, sebaliknya banyak orang juga yang menyukai keberagaman.
Hal tersebut tentunya berada di luar kendali kita, sehingga kita juga tidak dapat memaksakan kehendak kita. Sebagai individu kita diharapkan dapat memilih pilihan yang lebih bijak, supaya ke depannya tidak terjadi perpecahan di antara kita semua, serta dapat menghindari dampak negatif. Meskipun banyak cerita pasangan beda agama yang sukses dan harmonis dalam keluarga, tak jarang juga banyak yang gagal dalam menjaga keharmonisan tersebut.
Hal tersebut dikarenakan kurangnya rasa toleransi, kepercayaan, dan kompromi dari masing-masing pasangan. Saling mencintai antar pasangan itu sangat baik, namun bersediakah kita bertanggung jawab dengan keputusan tersebut? Dari artikel ini diharapkan kita semua dapat membuat keputusan yang tepat untuk diri kita sendiri dan orang yang kita sayangi di masa depan. Cogita ante salis – berpikirlah sebelum melompat.
DAFTAR PUSTAKA
Angela, E., & Hadiwirawan, O. 2022. Keyakinan cinta mengatasi rintangan dan ideal: kaitan dengan cinta dan harapan pada hubungan romantis di dewasa awal. Seurune: Jurnal Psikologi Unsyiah, 5(1): 1-22.
Bimasakti, M. A. 2020. Keabsahan Perkawinan Beda Agama Dan Kewenangan Mengadili Sengketanya Dalam Perspektif
Hukum Antar Tata Hukum Indonesia. Journal of Islamic Law Studies, 4(1): 36-61.
Pasyah, T. 2021. Penyelundupan Hukum Dalam Hukum Perkawinan Beda Agama di Indonesia; Kajian Dalam Perspektif Fiqh
Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Simbur Cahaya, 28(1): 146-164.
Sekarayu, S. Y., & Nurwati, N. 2021. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi. Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM), 2(1): 37- 45.
Tatang, J., Deak, V., Chukwu, S., & Sihombing, D. 2022. Peran logika dalam tindakan iman dan relevansinya dalam kehidupan kekristenan. Journal of Industrial Engineering & Management Research, 3(3): 239-252.