Pasangan yang hendak menikah sering heboh mempersiapkan pesta pernikahan. Tentu saja itu tak salah, karena setiap pasangan ingin mengenang masa bahagia. Tapi, banyak yang belum memahami pentingnya mempersiapkan diri menjadi orangtua setelah menikah.
Setelah menikah, tentunya calon pengantin (catin) ingin memiliki anak yang sehat dan berkualitas. Oleh karena itu, sedari awal catin perlu merencanakan dan mempersiapkan kehamilan. Sebagai calon ibu nantinya, catin juga perlu memahami tentang periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Kepala BKKBN Dr (HC), dr, Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) mengatakan 1000 HPK merupakan suatu periode emas pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai semenjak terbentuknya janin hingga anak berusia 2 tahun. “Oleh karena itu, untuk menghindari risiko melahirkan anak stunting, pastikan kehamilan di usia yang ideal ya, yaitu usia 21–35 tahun,” papar dia.
Sepanjang periode 1000 HPK nanti, catin jangan lupa perhatikan gizi janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Sebagai ibu hamil dan ibu menyusui, mengonsumsi makanan bergizi seimbang sangat penting. Selain itu, ibu hamil juga perlu memeriksakan kehamilan setidaknya empat kali ke bidan atau posyandu atau puskemas, serta meminum tablet tambah darah sehari sekali.
Hal ini perlu diperhatikan, karena ibu menyusui juga membutuhkan asupan gizi yang baik supaya bisa memproduksi ASI yang berkualitas. Jangan lupa, ketika ibu menyusui, ayah juga harus memberikan dukungan, baik dukungan fisik maupun psikis.
BACA JUGA: Calon Pengantin, Jaga Asupan Gizimu Agar Terhindar dari Anemia
Dukungan fisik bisa dilakukan dengan cara membantu pekerjaan domestik atau menemani ibu ketika harus terjaga di malam hari. Sementara, dukungan psikis bisa berupa memastikan kondisi ibu tenang dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul sehingga pemberian ASI eksklusif bisa tercapai.
Ketika catin memiliki bayi, perlu diingat bayi dapat mengalami penurunan berat dan tinggi badan apabila tidak mendapatkan ASI yang optimal serta makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat baik dari jumlah, jenis, frekuensi dan kualitas berdasarkan usianya. Oleh karena itu, setelah menjadi seorang Ibu, catin perlu memperhatikan tumbuh kembang bayi dengan teliti.
Tumbuh kembang bayi dipantau dengan menggunakan panduan grafik pertumbuhan standar yang disusun oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan digunakan untuk menilai pertambahan berat badan bayi ideal berdasarkan jenis kelamin, usia dan panjang badan.
Hasil pengukuran berat badan bayi dicantumkan pada grafik tersebut untuk menilai apakah berat badannya sesuai dengan berat badan bayi rata-rata. Di Indonesia, grafik ini dituangkan ke dalam bentuk Kartu Menuju Sehat (KMS), yang dapat diperoleh dari posyandu/puskesmas/bidan/dokter.
Ketika menjadi orang tua nanti, catin perlu waspada apabila hasil pengukuran berat badan bayi ada di atas atau di bawah grafik pertumbuhan. Apabila itu terjadi, catin perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan tenaga kesehatan untuk memastikan tumbuh kembang bayi tidak terganggu.
Perlu diingat, selalu pantau kenaikan berat badan bayi menurut KMS untuk mengawasi tumbuh kembangnya untuk terhindar dari stunting.
Selain itu, catin, pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) mulai diberikan saat bayi berusia 6 bulan. Jumlah pemberian MPASI harus mencukupi dengan kualitas gizi yang seimbang dan sepanjang pemberian MPASI, ASI tetap harus diberikan.
Selain memperhatikan asupan gizi ibu hamil dan menyusui serta bayi hingga 2 tahun, catin juga jangan lupa menjaga kebersihan lingkungan, yaitu dengan mempraktikkan prilaku cuci tangan pakai sabun dan buang air besar di jamban yang sehat. Selain itu, tidak lupa membawa anak ke posyandu secara berkala untuk dicek kesehatannya dan diberikan imunisasi.