Agar Tak Menyesal Mengucap Kata Pisah, Perhartikan 7 Hal Ini Dulu Sebelum Memutuskan

Ilustrasi Putus Hubungan (Foto: Pixabay)

Table of Contents

Pernikahan memang selalu terlihat indah di awal perjalanan. Namun, semakin lama, permasalahan pun muncul silih berganti.

Sebagian besar permasalahan dalam pernikahan memang bisa dibicarakan dan diselesaikan dengan baik. Tidak sedikit juga yang kusut dan menumpuk menjadi masalah baru dan ketidaknyamanan. Hal inilah yang kerap dialami pasangan suami istri hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Namun, dilansir dari Huffington Post, sebelum mengucapkan kata pisah, ada tujuh hal yang sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu.

1. Kondisi
Sebaiknya perhatikan bagaimana hubungan yang kamu dan pasangan jalani, apakah masih berjalan sebagaimana harusnya atau tidak. Jika hubungan itu masih berjalan sebagaimana mestinya, mungkin status pernikahan masih layak untuk dipertahankan.

Namun, jika banyak hal yang tidak berjalan optimal, bahkan sama sekali tidak berjalan, ada baiknya kamu menjadikan sebagai indikasi tidak sehatnya sebuah hubungan. Misalnya, ketika kata-kata cinta dari suami sudah tidak lagi bermakna, perlakuan lembut istri tak lagi ditanggapi baik, komunikasi berjalan satu arah, rumah tangga didominasi emosi, dan sebagainya.

2. Tekad bulat
Sebelum mengambil keputusan besar untuk mengakhiri pernikahan, kamu dan pasangan perlu kemantapan hati. Kalau keraguan masih ada, jangan sekali-kali mengucapkan kata sakral “cerai” apalagi lebih jauh, hingga mengajukan gugatan ke pengadilan.

Kalau hati kecil masih ragu-ragu untuk bercerai atau tidak, itu berarti masih ada harapan bagi sebuah keluarga dipertahankan. Keinginan bercerai tetapi masih disertai keraguan, bisa berarti ada campur tangan emosi di dalamnya. Padahal, sangat tidak disarankan membuat keputusan saat dilanda emosi. Selain itu, mengambil keputusan dalam kondisi ragu-ragu bisa berujung pada penyesalan.

3. Benci dengan pasangan
Kalau kamu sudah pada taraf muak atau benci yang memuncak kepada pasangan, maka perceraian bisa jadi opsi yang terbaik. Karena jika terus dipaksakan bersama, bisa jadi kamu hanya akan mendoakan hal buruk menimpa pasangan kamu.

Jangan pula habiskan waktu untuk menunggu suatu keajaiban terjadi dan mengubah nasib pernikahan. Kamu memiliki kuasa, buatlah suatu keputusan lalu bertindak.

4. Potensi diperbaiki
Ketika menjalani rumah tangga dan kamu menemukan beberapa hal yang membuat tidak nyaman, cobalah perbaiki. Kurangi kebiasaan yang kerap menimbulkan masalah dengan pasangan. Atau, kamu bisa juga lakukan hal-hal tertentu agar pasangan tidak melakukan lagi hal yang tidak kamu sukai. Namun, apabila hal ini tidak juga berjalan efektif maka berpikir untuk berpisah tidak dapat dipersalahkan. Hal itu demi menghormati diri sendiri.

BACA JUGA: Suami Tidak Bekerja, Bagaimana Caranya Bertahan?

5. Utamakan hidup dan kesehatan
Memutuskan untuk tetap bertahan dalam kondisi rumah tangga yang tidak baik, bukan tidak mungkin akan merenggut kebahagiaan, kebebasan, dan kesehatan fisik.

Bisa dibayangkan, apa jadinya ketika kita harus bertahan dan melewatkan sisa usia dengan seseorang yang tidak bisa membuat bahagia. Hanya emosi yang muncul jika kamu melihat keberadaannya, prasangka buruk selalu timbul atas apapun aktivitasnya. Hal itu pasti akan menimbulkan rasa sakit hati yang besar. Namun, jika hal itu tidak terjadi, jangan terlalu mudah untuk mengambil keputusan berpisah dengan pasangan.

6. Sinyal tubuh
Sinyal tubuh seringkali luput dari perhatian . Tubuh memiliki keterkaitan dengan keadaan emosi dan pikiran. Tubuh biasanya mengeluarkan sinyal-sinyal tertentu saat hidupnya sedang tidak berjalan baik. Misalkan, tubuh kamu sudah tidak bereaksi apa pun ketika dipeluk pasangan, padahal biasanya degup jantung akan berdegup kencang.

Atau berat badan menurun drastis, kerap mengalami pusing, hal itu bisa jadi merupakan efek ketidaknyamanan dan menunjukkan kondisi yang tertekan dalam hubungan pernikahan yang dijalani. Jangan pernah mengabaikan tanda sekecil apa pun.

7. Anak
Pasti kamu tidak ingin membiarkan seorang anak tumbuh dalam asuhan dua orang tua yang terikat pernikahan namun hubungan tidak berjalan harmonis. Jika kamu tidak menginginkan buah hati nantinya memiliki pernikahan seperti yang kamu jalani, maka contohkan padanya dengan cara berani mengambil tindakan tegas.

Tindakan yang kamu ambil merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri untuk tidak berlarut-larut terbelenggu dalam hubungan yang tidak sehat. Kamu tidak perlu khawatir, karena anak-anak dapat memberi motivasi yang lebih besar.

Jadi tidak perlu menutupi permasalahan dengan pasangan dan mempertahankan pernikahan untuk anak. Tidak usah pikirkan apa yang orang katakan karena kamu dan anak yang akan menanggung konsekuensinya, bukan orang lain.

Ketika kamu merasa rumah tanggamu berada di ujung tanduk, pikirkan tujuh hal tersebut sebelum terucap kata pisah. Apapun keputusan yang akan diambil sebaiknya telah melalui pertimbangan yang benar-benar matang.

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Artikel Ini?
+1
2
+1
0
+1
5
+1
1
Scroll to Top