Buat Catatan Arus Kas, Hasilnya Harus Positif
Banyak orang yang sudah bekerja atau berkeluarga sering merasa heran. “Penghasilan dari gaji atau usaha sebenarnya lumayan, tapi kok sepertinya kurang terus ya. Tabungan juga nggak punya. Uangnya habis kemana sih???”
Jika pertanyaan seperti itu muncul, inilah saat tepat untuk mulai membuat catatan arus kas. Catatan ini tidak hanya bermanfaat dalam pengelolaan keuangan keluarga, tapi penting juga bagi kamu yang masih lajang.
Dengan catatan arus kas, kamu bisa mengetahui detil pemasukan dan pengeluaran rutin maupun non-rutin. Dari situ, kamu tidak akan bingung lagi kenapa kok uang sering habis tanpa bekas. Yang paling penting, kamu bisa lebih disiplin dalam mengelola uang.
Tenang saja, meskipun pakai bahasa akuntansi, catatan arus kas untuk pengelolaan keuangan keluarga atau pribadi ini simpel kok. Tidak rumit, jadi bisa kamu praktikkan sendiri.
Arus Kas Masuk dan Keluar
Dalam catatan arus kas, ada arus kas masuk dan arus kas keluar.
Arus kas masuk adalah semua jenis pemasukan atau penghasilan. Apa saja itu?
– Gaji
– Bonus
– THR
– Hasil usaha
– Bunga deposito
Jika kamu bekerja sebagai karyawan tapi juga memiliki usaha seperti jualan online, menjadi reseller, dan lainnya, maka keuntungan usaha (nilai penjualan dikurangi modal) juga dihitung sebagai arus kas masuk.
Adapun arus kas keluar adalah semua jenis belanja atau pengeluaran, baik rutin maupun non rutin. Misalnya:
– Investasi/tabungan
– Cicilan KPR
– Cicilan kredit kendaraan
– Cicilan kartu kredit
– Pajak kendaraan (STNK)
– Pajak bumi dan bangunan (PBB)
– Belanja kebutuhan rumah tangga
– Biaya pendidikan anak
– Biaya transportasi
– Biaya telekomunikasi (pulsa/paket data)
– Biaya kebutuhan pribadi (salon, baju, tas, sepatu, dll)
– Biaya hiburan (nonton film, makan/minum di cafe, langganan video streaming)
– Premi asuransi
– Amal/sedekah
– Gaji asisten rumah tangga
Bulanan dan Tahunan
Dalam arus kas masuk dan keluar, ada jenis-jenis pendapatan dan belanja yang masuk/keluar setiap bulan, ada juga yang tiap tahun. Nah, pisahkan catatannya agar lebih mudah dalam penghitungan.
Arus kas masuk bulanan misalnya : Gaji, hasil usaha, bunga deposito.
Arus kas masuk tahunan seperti : THR, bonus, pembagian hasil usaha tahunan.
Arus kas keluar bulanan seperti : Belanja transportasi, kebutuhan rumah tangga, cicilan KPR/kendaraan, biaya sekolah anak, dan sebagainya.
Arus kas keluar tahunan : Pajak kendaraan, PBB, premi asuransi, perawatan kendaraan, perawatan rumah, kebutuhan Lebaran, THR asisten rumah tangga, liburan, sewa/kontrak rumah, dan sebagainya.
Arus Kas Bersih Positif
Nah, setelah semua dicatat, maka arus kas masuk dikurangi arus kas keluar, ketemulah angka Arus Kas Bersih. Kalau hasilnya negatif atau minus, itu berarti pengeluaranmu lebih besar dari pemasukan. Coba cek, bisa jadi penggunaan kartu kreditmu terlalu besar.
Kalau hasil arus kas bersihnya positif, itu bagus. Tapi, jika memungkinkan surplusnya diperbesar, maka harus dilakukan.
Bagaimana caranya? Pertama, memperbesar pemasukan, misalnya dengan kerja sampingan. Kedua, mengurangi pengeluaran. Caranya, prioritaskan belanja pada kebutuhan utama. Ada 3 kategori belanja, yakni butuh, ingin, dan penting.
Nah, apa saja sih jenis usaha sampingan yang bisa dilakukan? Bagaimana penjelasan kategori butuh, ingin, dan penting? Simak kelanjutannya dalam serial tulisan Pentingnya Pengelolaan Keuangan Keluarga edisi Sabtu.
Yuk, share informasi ini ke pasangan, keluarga, dan teman-temanmu, agar makin banyak yang dapat ilmu. Follow juga akun Instagram @siapnikah_official dan Facebook fanspage siapnikah.org biar kamu selalu dapat update informasi bermanfaat dari www.siapnikah.org.