Pasangan kekasih yang ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mungkin membayangkan seperti apa kehidupan pernikahannya kelak. Kalau melihat dari unggahan media sosial, sepertinya banyak orang yang menunjukkan kebahagiaannya di hari pernikahan dan juga hari-hari setelahnya.
Tetapi, apakah kehidupan pernikahan memang demikian adanya, selalu dipenuhi kebahagiaan? Setidaknya ada 10 fakta tentang kehidupan pernikahan yang perlu kamu ketahui sebelum melangkah ke pernikahan.
1. Fase “bulan madu” tak bertahan selamanya
Bagi sebagian orang, awal pernikahan mungkin menjadi sesuatu yang terasa begitu menggembirakan. Namun, fase bulan madu tersebut tidak berlangsung selamanya. Menurut sebuah studi tahun 2005 dari University of Pavia, Italia, fase tersebut bertahan hingga sekitar satu tahun setelah menikah.
Setelah itu, tingkat zat kimia yang disebut “faktor pertumbuhan saraf”, yang berkaitan dengan intensitas perasaan romantis, akan mulai menurun.
Seorang psikolog dan pakar hubungan, Helen Fisher mengatakan sebetulnya tidak ada batasan waktu yang jelas tentang kapan fase bulan madu itu akan memudar. Namun, kondisi itu terjadi karena alasan evolusi yang baik.
Sebab, secara metabolik, banyak sekali waktu yang dikorbankan jika harus berfokus pada satu orang sementara kita menghadapi kondisi kecemasan tinggi dalam keseharian.
2. Pasangan suami istri bisa cocok ataupun tidak
Sekitar 1950-1960an, psikolog asal Kanada, Eric Berne mengenalkan model tingkat tiga untuk memahami identitas seseorang. Menurutnya, setiap orang punya tiga tahap ego yang beroperasi sekaligus.
Tiga tahap ego itu yakni:
Orangtua: apa yang telah kita pelajari.
Anak-anak: apa yang telah kita rasakan.
Dewasa: apa yang telah kita pelajari.
Ketika seseorang berada dalam hubungan, relasi dengan pasangan akan berada pada tingkatan berikut:
Orangtua: apakah pasangan memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang sama tentang dunia?
Anak-anak: apakah pasangan menikmati hidup bersama? Bisakah pasangan bersikap spontan satu sama lain? Apakah kamu berpikir pasanganmu menarik? Apakah kamu senang bepergian bersama pasangan?
Dewasa: apakah masing-masing memikirkan pasangannya adalah seseorang yang cemerlang? Apakah kamu bisa menyelesaikan masalah bersama pasangan?
Meskipun bisa memenuhi tiga tingkatan dengan ideal, namun sering kali seseorang dengan pasangannya berjalan saling melengkapi. Misalnya, salah satunya punya sikap yang lebih mengasuh, sementara pasangannya lebih suka bercanda.
3. Hubungan pertemanan bisa membuat bahagia
Sebuah penelitian tahun 2014 yang dilakukan oleh National Bureau of Economic Research menemukan pernikahan memang mengarah pada peningkatann kesejahteraan seseorang. Manfaat peningkatan kesejahteraan jauh lebih terasa bagi pasangan yang memiliki relasi seperti bersahabat dekat dengan pasangannya.
4. Pasangan yang saling mengapresiasi cenderung lebih erat hubungannya
Para peneliti dari Unversity of North Carolina at Chapel Hill meminta para partisipan menyimpan catatan pribadi mereka tentang hal-hal apa saja yang telah dilakukan pasangan mereka untuk mereka, serta bagaimana perasaan mereka terhadap perlakuan tersebut. Ternyata, pasangan yang lebih saling bersyukur memiliki hubungan yang lebih erat.
5. Semakin dekat jarak usia, semakin rendah risiko perceraian
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang Amerika yang pernah menikah, menemukan bahwa perbedaan usia berkorelasi dengan gesekan dalam hubungan pernikahan. Sebuah laporan dari The Atlantic menyebutman penelitian menemukan perbedaan usia satu tahun membuat pasangan 3% lebih mungkin bercerai daripada pasangan yang seusia. Sementara perbedaan usia lima tahun akan membuat pernikahan 18% lebih berisiko berpisah dan perbedaan usia 10 tahun meningkatkannya menjadi 39%.
6. Sadari kalau kamu dan pasangan orang berbeda
Saat mulai tinggal bersama, kamu mungkin akan menyadari dirimu dan pasangan memiliki prioritas dan toleransi yang berbeda. Misalnya, pandangan tentang apa yang akan dan tidak menimbulkan kekacauan dalam rumah tangga.
Terapis hubungan Ellyn Bander mengatakan orang-orang harus menyadari realita bahwa dirinya dan pasangan adalah orang yang berbeda. “Kamu berbeda dari pandangan dan ekspektasiku. Kamu dan pasangan juga punya pandangan, perasaan dan ketertarikan yang berbeda,” ungkap dia.
7. Siap beradaptasi
Kepada Business Insider, Phil Azzi, pria yang sudah menikah selama 15 tahun mengatakan pasangan suami istri harus siap beradaptasi dengan pasangannya, setiap hari. Ia mengatakan pasangan suami istri juga harus siap untuk berargumentasi tentang hal yang sama terus-menerus. “Dan, selalu ingat bahwa pasangan kita juga beradaptasi setiap harinya untuk melihat perubahan dalam diri kita,” kata dia.
BACA JUGA: Pasanganmu Belum Siap Menikah, Ini yang Perlu Kamu Lakukan
8. Kualitas seks lebih penting
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Economic Behavior & Organization menyebutkan aktivitas seksual pasangan suami istri sangat berkaitan dengan tingkat kebahagiaan dalam hubungan. Para peneliti membagi sejumlah pasangan heteroseksual yang sudah menikah ke dalam dua kelompok.
Setelah itu, selama 90 hari setengah jumlah partisipan melakukan jadwal seks mereka seperti biasanya, sementara setengah lainnya melakukan seks dua kali lebih sering. Ketika para peneliti mengukur tentang apa yang dirasakan pasangan-pasangan tersebut dari eksperimen yang telah dilakukan, kelompok yang menjalani seks dua kali lebih sering justru sedikit lebih tidak bahagia.
Pemimpin penelitian tersebut mengungkapkan kepada The New York Times, jika ingin pernikahan bahagia, sebaiknya fokus pada kualitas aktivitas seks bukan kuantitasnya.
9. Pasangan tidak matrealistis lebih bahagia
Penelitian terhadap 1.310 individu yang telah menikah dan dipublikasikan di Journal of Family and Economic Issues menemukan sifat matrealisme atau menjunjung tinggi uang dan harta benda berkaitan dengan tingkat kepuasan pernikahan yang lebih rendah.Hal ini berarti, jika ingin kamu dan pasangan lebih bahagia, cobalah fokus pada hal-hal lain dalam hidup kalian yang tidak dapat dibeli dengan uang, seperti waktu yang berkualitas dan percakapan yang baik.
10. Bicarakan tentang penggunaan medsos sejak sebelum menikah
Pakar hubungan dan konselor pernikahan di New York City Rachel Sussman mengungkapkan ada peningkatan kasus pasangan yang bertengkar gara-gara penggunaan media sosial pasangannya.
Pasangan-pasangan tersebut cenderung berusia lebih muda dan kesal dengan jumlah waktu yang dihabiskan pasangannya untuk bermain medsos atau mengunggah sesuatu di medsos. Mereka juga kesal jika pasangannya masih berhubungan dengan mantan kekasih melalui medsos, terutama Instagram.
Untuk itu, penting untuk membicarakan tentang perilaku menggunakan media sosial sejak sebelum menikah demi menghindari masalah di kemudian hari.